Apakah kita pernah dibohongi pakai Pancasila?
Saya masih ingat waktu saya sekolah. Kita diberi tahu kalau kita negara demokrasi. Demokrasi kita bukan demoraksi liberal tapi demokrasi pancasila.
Kita bisa pilih president kok, tetapi secara tidak langsung. Kita boleh pilih Golkar, PDIP, atau PPP. Mereka membentuk DPR, yang kemudian dengan anggota anggota lain yang diangkat (Suharto), bergabung (seperti robot Voltus) menjadi MPR. Nah MPR memilih presiden.
Tentu saja itu bohong. Kamu mau milih partai apa juga yang jadi presiden Suharto. Dalam prakteknya bahkan tidak ada satupun partai politik itu memilih Suharto jadi calon, tetap saja kamu tidak bisa ganti presiden. 500 dari 1000 anggota MPR diangkat langsung. Suharto tinggal taro orang orang dia. Beres. Jadi presiden seumur hidup dia.
Akhirnya dia jatuh dengan cara diluar system.
Mengatakan kalau di satu sisi kita demokrasi, dan di sisi lain, keputusan penting seperti pemilihan presiden tidak ditangan kita, adalah ucapan yang amat menyesatkan. Di kamus banyak orang, semua yang menyesatkan itu disebut bohong.
Salah nggak kalau ada orang bilang kita dibohongi pakai pancasila? Apakah pancasilais merasa tersinggung kalo orang bilang orang dibohongi pakai pancasila (oleh Suharto)? Bagaimana opini pendukung pancasila di sini?
Kemungkinan, pendukung pancasila sejati tidak keberatan. Tetapi mereka yang mau pake pancasila untuk mendukung tirani, korupsi, dan "rent seeking" justru yang akan belagak tersinggung lalu memenjarakan orang yang tidak setuju dengan mereka.
Coba lihat. Saya menambahkan suatu term yang anda mungkin tidak familiar. Rent seeking. Apa itu?
https://en.wikipedia.org/wiki/Rent-seeking
Begini. Rent seeking adalah cara memperkaya diri sendiri tanpa menciptakan kekayaan baru. Jadi "kue" GDP kita sebetulnya berkurang, tetapi orang yang melakukan rent seeking ini sebetulnya diuntungkan. Kalau jumlah kue berkurang dan mereka mendapat lebih banyak, ya tentu saja majoritas orang dirugikan.
Di semua negara yang tidak murni menganut laizes faihre capitalism, orang sering bisa mendapatkan profit, dengan cara yang merugikan ekonomy, dengan me "lobby" pemerintah. Salah satunya adalah korupsi. Tetapi korupsi bukan satu satunya cara.
Seseorang bisa melakukan sesuatu yang secara technis legal, tetapi amat merugikan perekonomian kita dan menguntungkan diri sendiri dan kronynya. Di depan mereka bisa bilang saya tidak korupsi, dan mungkin saja tidak. Tetapi ujung ujungnya majoritas masyarakat Indonesia akan dirugikan.
Contoh, banyak orang ingin pemerintah melarang pihak swasta mendistribusikan bensin. Mereka complain kalau kekayaan kita harus "dikuasai" orang Indonesia. Really? Apa mereka menjelaskan kalau Pertamina itu bisa korup. Apa bila tidak ada pihak swasta yang mendistribusikan bensin, pertamina bisa mengerup keuntungan besar dan keuntungan itu bisa masuk kantong pejabat pertamina. Dengan adanya persaingan yang ketat, oleh pihak pihak swasta, margin pertamina jadi kecil karena terpaksa bersaing. Potensi korupsi pun bisa dihilangkan.
Orang orang yang berniat melakukan rent seeking ini bisa jadi berusaha terpilih dengan menggunakan agama. Dengan membungkus ide mereka dengan agama, ide yang kalau dipraktekkan akan amat merugikan masyarakat bisa laku.
Beberapa pendukung wowo, misalnya bilang kalau menurut agama/pancasila/kebenaran/UUD45/whatever bensin harus dikuasai negara. Mereka mau melarang pihak swasta ikut bersaing mendistribusikan bensin? Artinya kemungkinan besar kita sudah dibodohi pakai agama/pancasila/kebenaran/UUD45/whatever. Orang yang menganjurkan ide jelek bisa jadi tidak bohong. Bisa jadi mereka benar benar percaya idenya bagus. Itu tidak relevan. Ujungnya sama saja kita bisa rugi besar kok.
Ini behaviour yang meningkatkan rent seeking.
Nanti yang kemungkinan besar terjadi, korupsi di Pertamina naik. Kita beli bensin 50 L dapatnya cuman 40L? Pasti? Tentu saja tidak ada yang pasti dalam memprediksi masa depan. Tetapi dari struktur politik yang ada indikasinya kesitu. Lagi pula, memang sudah pernah kejadian kok. Jaman dulu Pertamina memang begitu sebelum ada Shell.
Di sini, tidak perlu kita berdebat apakah Suharto berbohong. Ada 1001 cara untuk membodohi atau membohongi orang tanpa harus secara technis berbohong. Ada banyak cara kita bisa terbujuk untuk melakukan hal yang nantinya akan amat merugikan kita, tanpa harus satu orang pun secara sadar atau teknis berbohong.
Misal, kita ingin orang pilih opsi A. Keunggulannya kita kasih tau. Kejelekannya kita tidak bilang bilang. Akhirnya orang pilih A dan rugi besar. Dalam arti tertentu pemilih sudah dibodohi. Tapi yang menganjurkan A tidak secara teknis berbohong. Dia hanya tidak bilang bilang. Kalau kamu bilang orang yang menganjurkan A bohong, bisa kamu yang dituntut pencemaran nama baik.
Di Indo ada banyak asuransi yang dijual dengan harga 100 kali lipat harga wajar. Agennya tidak perlu berbohong. Cukup bilang kalau semua dana yang disetor "diinvestasikan" tanpa bilang bilang ada biaya 100% dari investasi. Tentu saja biaya ditulis secara tidak jelas ditempat yang cukup tersembunyi di kertas yang berlembar lembar.
Secara teknis, si agen tidak bohong. Kan memang semua diinvestasikan. Investasi dengan biaya 100% dari investasi.
Tapi customernya kan tentu merasa dibodohi dan dibohongi. Ini contoh asuransi seperti itu bisa lihat sendiri https://www.kaskus.co.id/thread/5a1e9659de2cf2315b8b4567/tolong-bantu-check-kebenaran-indikasi-penipuan-skala-besar-di-avrist/ . Ada perusahaan menjual asuransi dengan biaya 100 kali lipat dan punya omset trilyunan. Tapi kasus seperti ini terus saja terjadi di indonesia karena kalau customernya bilang penipuan, customernya yang dituntut pencemaran nama baik.
Customer jelas dibodohi. Tapi apakah ada yang berbohong? Susah diomong. Agennya bisa jadi betul betul atau belagak betul percaya semua investasi. Perusahaanya bisa jadi sengaja atau tidak sengaja menulis biaya dengan tidak jelas.
Dalam politik dan bisnis, kita harus berbuat keputusan. Kita bukan pengadilan dimana orang harus dibuktikan secara sah dan meyakinkan dulu berbohong sebelum kita menganggap mereka bohong. Kalau ada indikasi orang berbohong atau memberi informasi menyesatkan, ya kita anggap mereka bohong dan kita tidak percaya mereka lagi.
Sebaliknya dalam politik, bisnis, dan marketing, tidak mungkin juga seorang politikus secara jujur dan objective memberi penilaian yang imbang tentang bagus buruknya ide mereka. Ya mereka memberi ide kalau produk mereka bagus. Lalu mereka tidak bilang bilang potensi jeleknya. Dalam arti tertentu, tidak mungkin orang berpolitik tanpa membodohi orang lain. Ya pinter pinternya kita berhati hati dan menimbang dengan hati hati semua ide yang bertentangan. Dua duanya biasanya menyesatkan kalau hanya dengar satu sisi. Dengan hati hati kita bisa memilih yang benar.
Negara kita korupsi tinggi. Tetapi rakyat sebetulnya punya penangkal korupsi. Simple. Pilihlah gubernur atau anggota legislative atau presiden cost effective dan hasil kerjanya sudah kelihatan terbukti. Mengapa Cina bisa maju? Karena semua gubernur mereka pernah jadi walikota. Semua pemimpin mereka pernah jadi gubernur. Kalau mereka demokrasi, mungkin bisa lebih kaya lagi tetapi belum tentu juga. Tetapi dengan terus memilih orang yang dalam skala kecil pernah kerja beres, beberapa provinsi mereka, seperti Shanghai, bisa meningkatkan kemajuan ekonomy sampai 14% tahun pertahun. Itupun tidak cukup bagus karena gubernurnya ketangkep dan dipenjara karena korupsi. Jadi well, sebetulnya potensi pertumbuhan ekonomy yang amat besar masih bisa di capai. Kita sudah mulai ke arah situ. Kalau kita terus bijaksana memilih, kita bisa semakmur dan menyusul cina sekarang.
Di Jakarta, misal, jaman Ahok, penyerapan anggaran rendah tetapi hasil jauh lebih baik dari sebelumnya. Menurut saya itu kemajuan. Apakah Ahok sudah optimal? Belum. Masih banyak yang bisa diimprove. Misal sisa anggaran dipakai untuk mengurangi pajak penghasilan supaya meningkatkan ekonomy lebih maju lagi. Misal masyarakat mendapatkan dividend dari sisa anggaran itu. Ya masih banyak yang bisa dilakukan. Tapi menghemat anggaran negara atau provinsi dan memberi hasil yang bagus itu sudah kemajuan. Ya pilihlah pemimpin seperti itu sampai ada yang lebih baik lagi. Pilih gubernur, presiden, yang hasilnya sudah jelas. Misal pernah sukses jadi walikota. Dll. Sederhana kan?
Kalau calon gubernur baru belum punya track record bagus dan tidak punya ide yang meningkatkan jumlah "kue" kemungkinan besar kita memang dibodohi.
Misal ada cagub bilang kalau dia bisa mengatasi banjir tanpa gusur, cukup digeser saja. Saya kalau dengar orang marketing bilang gitu langsung kabur. Ini indikasi kuat usaha pembodohan. Si cagub bisa menjanjikan orang dimodali pakai oke oce. Begitu jadi gubernur dia bilang oke oce pinjaman dengan bunga lumayan 13%. Itu jujur? Si cagub bisa menjanjikan KJP plus. Begitu jadi gubernur, dana KJP boro boro plus. Ilang. https://megapolitan.kompas.com/read/2017/11/22/14253781/katanya-kjp-plus-kok-malah-minus Bohong?
Anggota DPR bilang kalo korupsi oli perekonomian. Ada benernya sih. Tapi itu kan misleading sekali. Siapapun anggota DPR yang bilang begitu, kecuali kalau dia menjelaskan detail untung ruginya, jangan anda pilih lagi partai politiknya. Hmmm... Siapa sih?
Tapi kebohongan itu biasanya nggak mempan. Rakyat makin lama makin pintar. Itu saja tidak cukup. Jadi pake apa lagi supaya orang bisa ngembat duit rakyat.
Pake agama.
Mereka bilang kalau orang islam harus pilih pemimpin muslim. Okay. Apa mereka menjelaskan kalau tidak ada konsensus dalam hal ini? Tidak. Nah itu dalam kamus banyak orang sudah menyesatkan.
Tapi itu bisa jadi sebetulnya hanya perkataan mereka sekarang supaya terlihat moderate. Banyak dari mereka sebetulnya ingin jauh lebih dari itu.
Banyak dari mereka ingin negara syariah. Di negara seperti itu, hanya ulama, yang bisa "vote". Rakyat biasa dianggap terlalu bodoh untuk vote. Tidak mengerti politik. Kalau jaman dulu ada kudeta, jaman sekarang ada disenfranchisasi. Artinya suatu modus dimana hak pilih majoritas rakyat dihilangkan.
Satu versi lain yang saya pernah dengar adalah rakyat bisa vote, tetapi "ulama ulama mereka" yang menentukan siapa yang bisa di vote. Artinya ya seperti jaman Suharto juga. Kita boleh pilih partai politik, tetapi hanya partai politik yang disetujui Suharto yang bisa dipilih. Akhirnya keputusan penting seperti, siapa presidennya, tidak ditangan rakyat. Kecuali kalau mereka menjelaskan secara detail apa yang mungkin go wrong, ini indikasi kuat kita lagi dibodohi. Tentu saja hampir tidak ada politikus yang menjelaskan plus minus dari semua ide mereka secara objective. Semua politikus tentu saja bilang kalau ide mereka yang terbaik sama seperti sales bilang kecap mereka nomor satu. Secara teknis bisa jadi ini bukan kebohongan. Tetapi secara praktis kita tentu dibohongi.
Bisa segelintir minoritas membatasi kamu boleh pilih siapa saja kamu seharusnya sudah curiga. Makin pilihan kita dibatasi, makin besar kemungkinan kita digiring untuk memilih orang yang di kantong mereka.
Apa yang terjadi kalau hanya ulama yang bisa vote? Satu hal yang kita bisa duga, ya ulamanya di sogok. Dimana mana orang egois. Kalau yang berkuasa segelintir orang, ya segelintir orang itu yang dibuat kaya. Tanpa di sogok pun akan dengan mudah buat seorang cukong untuk mensponsori ulama yang setuju dengan dia.
Jadi tidak ada yang bohong. Misal ada cukong Chris mau melarang distribusi bensin oleh pihak swasta. Ulama Desmond kebetulan setuju ama si cukong. Si Chris tinggal mensponsori Desmond. Baik Chris maupun Desmond tidak bohong. Tapi nantinya negara kita diatur oleh Chris tersebut. Nanti yang dapet duit ya Chris, si cukong. Lalu rakyat nanti disuruh untuk menyalahkan pengusaha lain yang tidak ikut apa apa, seperti orang orang cina.
Kalo kamu tau, apa kamu masih setuju? Apa mereka bilang bilang tentang resiko ini? Apa kamu dibodohi?
Contohnya Suharto memberi monopoly ke Liem Siu Liong. Ya itu kan seperti kasih duit ke om Liem. Nah, kalo ada orang bilang solusi supaya orang cina tidak terlalu lebih kaya dari orang pribumi adalah kita pilih menantunya Suharto. Itu kan kemungkinan besar bullshit?
Berapa banyak hoax yang ngaco atau paling tidak misleading, yang disebar pendukung kedua capres kita (banyakan yang anti Jokowi sih). Kita semua bohong. Kita semua dibodohi. Emang politik selalu gitu. Ya lalu gimana? Ya kita hati hati memilih. Orang punya ide kita dengar. Orang yang bilang itu bohong kita dengar juga. Kenapa musti sewot?
Kalau mereka bilang dengan anda pilih pemimpin yang seiman, korupsi akan turun, dan ekonomy akan tumbuh lebih cepat, apa mereka tidak bohong? Kan bolak balik hasilnya sering kali berlawanan.
Penghilangan korupsi mungkin bukan prioritas ulama ulama tersebut. Justru sebaliknya, kalau koruptor mau membantu mendirikan negara syariah, dimana mereka, yang berkuasa, ya ulama ulama itu akan setuju saja. Kan menurut mereka, "semua orang islam" wajib mendirikan negara syariah. Itu yang mereka mau. Apa itu yang kamu mau?
Itu saja masih belum cukup. Apakah semua ulama sepakat dengan mereka? Banyak orang, apapun agamanya, tidak menganggap agama hal penting lagi kok dalam pemilu. Banyak orang lebih concern dengan korupsi, infrastrukture, dan lain lain.
Demokrasi dan kapitalisme jauh dari sempurna. Tapi paling tidak sudah teruji. Jadi normal kalau pendukung demokrasi, pancasila, sekularisme, dan kapitalisme juga cukup banyak. Bahkan betul pun ulama saja yang bisa vote, kalo majoritas ulama happy dengan system yang sekarang ya buat apa? Hilang dong ide negara islam?
Ah. Itu mak gampang diatur. Ulama yang beda pendapat dengan mereka dibilang bukan ulama yang sebenarnya. Islam yang beda dengan mereka dibilang kafir juga. Modus lagi. Itu mengapa kita sering melihat mereka mengkafir kafirkan sesama orang islam.
Dulu orang komunis mengajarkan ke golongan menengah kalau mereka ditindas kapitalis. Padahal, yang dimaksud kaum tertindas itu bukan golongan menengah. Yang dimaksud mereka adalah preman dan begal. Nanti kalau komunis menang, golongan menengah pun diperas oleh begal begal itu. Apa ini bukan pembodohan?
Demikian juga dengan pendukung syariah. Mereka claim bela islam dan ulama. Tetapi yang mereka maksud dengan islam belum tentu 87% orang indonesia yang penduduknya islam. Jelas jelas 30% orang islam masih pilih Ahok kok di pilkada DKI. Banyak orang tidak setuju dengan mereka. Yang mereka maksud ya orang seperti mereka. Nanti waktu mereka punya kekuasaan, orang islam pun mereka kafirkan ribut lagi. Nggak usah tunggu nanti lah. Sekarang saja majoritas korban terorisme ya orang islam sendiri kan?
Nanti semua yang tidak setuju dengan mereka dianggap musuh. Mereka mengclaim kalau mereka ditindas. Padahal, siapa yang menindas mereka?
Mungkin ini mengagetkan. Saya tidak mutlak anti ide mereka lho. Semua ideology ada kelemahan dan kekuatan. Kalo misal mereka bilang gini, "kami yakin ide kami, syariah apa lah, bisa bikin negara makmur, kaya, damai, dll. Ayo adu. Satu provinsi kami pimpin. Provinsi lain coba kapitalisme, provinsi lain coba technique lain lagi. Lihat mana yang makmur."
Beberapa ide sebagian pendukung Wowo cukup bagus. Tetapi ide bagus biasanya bisa laku tanpa agama. Ide dimana pajak penghasilan seharusnya dihilangkan dan diganti pajak kekayaan alam, itu ide menarik. Yang punya ide seperti itu sudah ada. Namanya George Hendry.
Kalo mereka baik baik bilang mau coba skala kecil dulu, di satu kota, atau provinsi, (aceh) misalnya. Mungkin saya pun simpati. Mungkin kita bisa lihat lihat.
Tapi seolah olah mereka sudah tau kalo majoritas masyarakat tidak akan suka dengan hasil pencapaian mereka. Mereka tidak mau coba kecil dulu lalu "diadu" dengan cara lain. Mereka ngotot kalau cara mereka harus langsung dicoba di seluruh negara karena itu cara yang "benar" menurut mereka.
Banyak dari mereka tidak peduli dengan tingkat korupsi di negara kita. Korupsi kan "concern" dari orang tapir dan orang islam lain. Concern mereka ya negara syariah mereka saja. Nantinya negara kita hancur, lalu mereka, paling tidak yang diatas, menikmati uang pajak kita dengan berbagai cara yang bisa lah diakalin.
Kalau ternyata ini benar, apa anda masih mau mengikuti nasehat mereka?
Mereka tidak mau ideology mereka dicoba skala kecil dulu. Mereka ngotot pokoknya harus syariah. Harus ikut ide mereka. Sudah itu yang menurut mereka betul. Mereka tidak peduli orang lain setuju atau tidak. Demokrasi pun mereka anggap haram. Dan kalau orang bilang bohong, mereka bisa belagak tersinggung dan minta orang yang bilang mereka bohong dipenjara. Kalau mereka merasa ide mereka bagus, ya jelaskan saja dan biarkan rakyat musti memilih.
Mereka ingin rakyat pilih presiden yang belum pernah jadi gubernur atau gubernur yang belum pernah jadi walikota. Lalu mereka memberi janji yang tidak realistis. Yang kalau dicoba pasti gagal, tetapi karena belum dicoba, tidak jelas kalau ngaco.
Gimana kita nggak curiga?
Ibaratnya orang merasa bisa lari paling kencang tapi takut lomba lari.
Dan ini modus yang sudah dipakai berulang ulang dalam sejarah. Jaman dulu, memang hampir semua agama mengajarkan orang untuk membentuk negara berdasarkan agama itu. Jaman dulu, memang konsep pemimpin, atau raja, adalah raja itu dipilih atau titisan dari dewa.
Coba bayangkan suatu negara dimana rajanya dipilih dewa atau Tuhan. Rakyat yang tidak setuju dipenggal. Apakah raja seperti itu mau bangun infrastrukture, sekolah, menurunkan pajak, dan lain lain? Ya tidak. Untuk apa menyenangkan rakyat? Kan yang pilih raja Tuhan. Yang ada rajanya akan hidup di harem lalu rakyatnya menderita. Sesudah itu, karena profit margin dari menjalankan bisnis pemerintahan terlalu tinggi, orang banyak akan ingin jadi raja juga.
Akhirnya perang saudara yang berkepanjangan dan kudeta yang terjadi lagi lagi lagi dan lagi.
Lho. Itu kan yang sering terjadi di negara dimana agama berperan besar dalam politik? Lihat saja Syria, Afganistan, dan lain lain.
Apakah mereka menjelaskan semua ini ke pemilih waktu pemilu? Banyak pemilih tidak akan setuju dengan mereka kalau tau hal hal diatas. Sama seperti banyak customer tidak akan mau berinvestasi di suatu investasi kalau mereka tau ada biaya 100% dari yang diinvestasikan di investasi tersebut.
Tidak. Kalau mereka hanya memberi tahu potensi keuntungan tetapi tidak menjelaskan resiko dan kerugian dengan benar, itu kan pembodohan?
Artinya betul dong kita dibodohi? Kalo iya, ya si Ahok salah dimana dong?
Malah orang yang bilang kita bisa dibodohi pake agama sekarang dipenjara.
Kalau agama tidak berpolitik ya tidak masalah. Agama dia agama dia. Apapun yang mereka percaya karena agama itu urusan mereka.
Tapi begitu agama sudah berpolitik, bahaya sekali kalau orang tidak bisa mengkritik? Kalau teroris ada dimana mana? Kalau negara sudah perang saudara, kan yang susah kita semua juga. Lalu kita harus diam saja begitu karena ini ide suci tidak boleh dikritik? Tidak boleh dibilang bohong?
Ada ide yang berpotensi menghancurkan bangsa tapi nggak boleh dibilang bohong. Itu kan ide yang berbahaya sekali? Nanti mereka tinggal menganjurkan terrorisme, membuat perang saudara, tetapi orang tidak boleh bilang bohong.
Nanti ulama, pendeta, biksu cabul, pake ayat kitab suci untuk membujuk anak kecil, kita tidak boleh bilang bohong lagi. Karena bilang orang bohong pakai kitab suci dianggap menista agama.
Lha sekarang saja sudah ada Abu Tour dan First Travel, yang jelas jelas pakai agama untuk menipu. Tapi nanti orang yang tau atau paling tidak sudah melihat indikasi kalau ini penipuan tidak berani bilang bilang. Takut kena pasal penistaan agama. Akhirnya kan korban jadi banyak?
Bohong kalau karena kita menghormati kepercayaan aneh orang lain kita jadi damai. Itu tidak akan ada habisnya. Yang lebih sering kali terjadi adalah makin kita menghormati kepercayaan karena takut orang lain tersinggung, makin orang akan berpura pura tersinggung untuk banyak hal. Nantinya malah bisa perang. Rakyat sudah pintar. Biarkan saja orang beropini. Kan nanti rakyat bisa menilai sendiri yang mana yang masuk akal dan yang mana yang tidak.
Suharto bisa mengerus kekayaan kita bertahun tahun karena orang tidak bebas bilang kita dibohongi pakai pancasila.
Kalau orang tidak boleh bilang kita dibohongi pakai agama, kita hanya lompat dari mulut orde baru ke mulut pemimpin agama.
Kita perlu menghilangkan pasal 156 KUHP kita. Kita harus pilih partai politik yang mau menghilangkan pasal itu. Kalau tidak banyak ide menyesatkan yang berpotensi merugikan masyarakat bisa dibungkus pakai agama. Lalu orang tidak boleh bilang bohong. Rakyat jadi miskin. Koruptor jadi kaya. Lalu kita perang. Akhirnya perdamaian, persatuan, dan negara kita sendiri bisa hancur oleh orang yang ingin melindungi ide ide berbahaya mereka dari kritik.
Kami telah upvote ya..
thank you
Bro kalo articlenya bagus bisa bantu sebar?