[LITERASI] The true power of reading and writing
Media Sosial merupakan salah satu sarana meningkatkan kemampuan literasi di abad 21.
Sebagai suatu bangsa yang ingin maju dalam bidang pendidikan tentunya kualitas membaca dan menulis menjadi hal dasar yang harus diperbaiki dan diperbaharui. Membaca sebagai suatu kebutuhan belum dapat tercipta di Indonesia. Membaca masih menjadi minat perseorangan dan terkadang hanya dilakukan sesaat saja. Sosialisasi dan solusi dari pemerintah tentang pentingnya membaca dan menulis dinilai masih sangat-sangat minim, sehingga menjadikan masyarakat tidak pernah memahami sesungguhnya makna dari “The true power of reading and writing”.
Menurut Rod welford, Menteri pendidikan dan kebudayaan Queensland, Australia. “Literacy is at the heart of a student’s ability to learn and succed in school and beyond. It is essential we give every student from Prep to Year 12 the best chance to master literacy so they can meet the challenges of 21st century life”. Dari kutipan tersebut hal yang ingin disampaikan bahwa literasi adalah inti (jantungnya) kemampuan siswa untuk belajar dan berhasil dalam sekolah dan dalam menghadapi tantangan abad 21. Literasi mengandung pengertian yaitu kemampuan membaca dan menulis. Abad 21 dimana kemajuan teknologi informasi dan komunikasi berkembang begitu pesat tidak akan bisa dihadapi tantangannya jika kemampuan literasi tidak memadai. Intinya, kemampuan literasi menjadi poin penting sekaligus modal utama bagi generasi muda untuk memenangkan tantangan abad 21. Pemerintah harus mengupayakan agar setiap siswa diseluruh indonesia, mempunyai kemampuan yang baik dalam membaca dan menulis. Membaca bukan hanya sekedar hobi perseorang tetapi harus bisa diterapkan secara kaffah segala lini kehidupan.
Di era global seperti saat ini istilah buta huruf bukan hanya diberikan kepada orang yang tidak bisa membaca dan menulis, namun istilah tersebut berlaku bagi orang-orang yang tidak membaca dan tidak pernah menulis (tidak mempunyai tulisan). Di negara-negara maju, masyarakatnya berlomba-lomba membuat karya-karya berupa tulisan yang mampu menembus pikiran jutaan masyarakat dunia, membentuk pemikiran orang lain sesuai apa yang digagaskannya didalam tulisan tersebut. Ini tentang bagaimana seseorang membentuk opini orang lain sesuai dengan apa yang diinginkannya. Tentunya ini sangat erat hubungannya dengan kemampuan literasi seseorang. Rendahnya kemampuan literasi menjadikan seseorang mudah terombang-ambing oleh wacana-wacana yang belum tentu benar.
Indonesia baru saja merilis kebijakan terbaru didalam dunia pendidikan yaitu kurikulum 2013. Kurikulum 2013 memfokuskan pada pendidikan karakter, pembentukan sikap peserta didik yang ditandai dengan besarnya persentase untuk aspek afektif (sikap) yaitu 60%. Suatu hal yang menjadi poin penting dalam kurikulum 2013 yaitu hakikat dari pendidikan itu sendiri yakni pendidikan adalah upaya membentuk sikap peserta didik. Pendekatan saintifik yang digunakan pada pengajaran di sekolah memberi penekanan bahwa siswa dituntut harus mampu berinovasi serta kreatif dalam menemukan hal-hal baru (discovery). Dan tentunya agar siswa mampu menemukan hal-hal baru diperlukan kemampuan literasi yang memadai, siswa banyak membaca buku dan memperoleh informasi dari buku bacaan tersebut.
Kemampuan membaca dan menulis menjadi point utama yang harus segera dibenahi demi meningkatkan mutu pendidikan indonesia. Hasil penelitian PISA menerangkan bahwa minat baca siswa Indonesia semakin menurun dalam 6 tahun terakhir ini. Hasil penilitian terbaru yang dilakukan oleh PISA pada tahun 2012 menempatkan siswa Indonesia pada posisi kedua terburuk atau posisi 64 dari 65 negara. Padahal Vietnam justru masuk pada posisi 20 besar.
Congratulations @haris-steem! You received a personal award!
Click here to view your Board
Congratulations @haris-steem! You received a personal award!
You can view your badges on your Steem Board and compare to others on the Steem Ranking
Vote for @Steemitboard as a witness to get one more award and increased upvotes!