Part 1 : Lingkaran Cinta Khalif
Pagi itu, udara kampung Karangcengis begitu sejuk. Embun pagi menghampar putih bagai selimut bumi yang memenuhi semua ruang. Kicau burung bersahutan menyapa pagi dengan bahagia. Sedikit demi sedikit mentari pun mulai menampakan wajahnya. Sinarnya mulai terasa hangat menembus celah awan yang teduh.
Ada perasaan yang tak biasa didalam hatinya. Berbunga-bunga, bahagia, harapan, rindu, malu, semua perasaan itu bersatu dan sulit untuk bisa di ungkapkan. Didalam hatinya ia bertanya-tanya. Apa seperti inikah yang Namanya jatuh cinta?
Dia adalah Ahmad Azzam Khalif. Baru pertama kali dia merasakan gejolak cinta yang begitu mendalam. Ingin rasanya dia segera mencurahkan semua perasaannya. Namun, dia sendiri tak kuasa. Bagaimana caranya. Bagaimana dia mengungkapkannya. Ada perasaan tkut, seandainya jika cintanya tak berbalas. Pasti merasa malu.
Tiba-tiba dari luar rumah ada yang memanggil. “Khalif, ayo… jadi ga kita lari pagi?”. Khalif pun menjawabnya. “Iya, sebentar”.
Dia adalah Muzaqi. Teman sebaya yang setia. Saat akhir pekan seperti ini, Khalif pasti “mudik”. Sebenarnya bukan mudik layaknya lebaran. Khalif adalah siswa kelas 3 SMA. Kebetulan sekolahnya ada di pusat kota. Perjalanan sekitar 1 jam. Sehingga khalif pun harus kost. Dan setiap akhir pekan pasti pulang. Semua teman Sekolah pasti menyebutnya “mudik” kalau pulang akhir pekan.
“Ayo Zaq, kita berangkat”, Ajak Khalif. “Ayo…”, jawab Zaqi.
Mereka berlari ke tempat biasa mereka jogging. Tempat faforit, dekat lapang yang disisi kanan dan kirinya membentang sawah yang luas. Desebelah utara terpampang gagah Gunung Slamet yang indah.
Sesampainya di tempat itu, merekapun ber istirahat. Duduk dijalan sambal melemaskan kaki mereka.
“Zaq, kamu pernah jatuh cinta?” Khalif coba membuka pembicaraan. “Pernahlah, kan aku dah 3 kali pacaran” Jawab Zaqi dengan bangga. “Kamu lagi jatuh cinta Lif?”, tanya Zaqi yang mulai penasaran. “Entahlah” Jawab Khalif sambil membuang muka. Ada rasa malu sebenarnya, karena yang dia cinta itu masih teman mereka juga.
“Udah bilang aja, siapa? Kali aja aku bisa bantu”. Zaqi pun menawarkan diri bantu Khalif. “Gimana ya…?”. Jawab Khalif. “Ah kamu, suka ama cewek aja begitu. Udah lah bilang aja. Nanti aku bantu ngomong. Kamu ga berani ngomong kan?” Zaqi mulai sok tau dengan perasaan Khalif.
Tidak dipungkiri memang, Khalif merupakan anak yang pendiam. Dia anak yang baik, alim, dan ya begitu… untuk urusan cinta memang masih nol. Dia anak seorang Ustadz yang memang sangat di segani di kampungnya. Badannya tinggi, putih, dan tampan. Makanya, sebenarnya banyak cewek yang ngarep.
“Aku suka sama Aisyah, iya sih, bingung gimana aku ngomongnya.” Kata Khalif. “Oke, ntar aku bantu, gampang itu mah, bias diatur”. Kata Zaqi sok pintar dalam urusan cewek. “Udah yuk, kita pulang. Aku lagi ada kerjaan.”
Zaqi memang seumuran, Cuma dia gak melanjutkan sekolah SMA. Mungkin karena biaya. Jadi dia kerja ikut buruh bangunan.
Merekapun bergegas pulang. Sesampai di rumah, khalif membantu orang tua. Bersih-bersih rumah, cuci baju, dan buat kayu bakar di belakang rumah. Sorenya, selepas Ashar dia kembali ke kost. Diantar sama Abah. Kasian abah kalau harus anter malam. Jadi, sorean aja biar abah bias istirahat.
Singkat cerita, akhir pekan pun tiba. Seperti biasa, Khalif mudik.
Sudah tak sabar Khalif kepengin menemui Zaqi. Apa yang sudah ia lakukan. Khalif pun langsung kerumah Zaqi.
“Assalamu’alaikum Zaq” Khalif mengucap salam sambil ketuk pintu. “Wa’alaikum salam” Zaqi pun menjawab salamnya. “Masuk Lif, yuk ke kamarku aja. Sambil dengerin music”. Ajak Zaqi.
Lagu yang diputar grup band Jamrud dengan lagu yang lagi ngehits waktu itu yang berjudul Surti Tejo.
“Eh, gimana? Katanya mau bantu.” Tanya Khalif. “Aisyah?” Zaqi balik nanya. “Iya” Jawab Khalif. “Hahahaha…” Zaqi pun ketawa. “Malah ketawa” Khalif heran. “Kemarin aku ketemu. Katanya kamu harus ngomong sendiri.” Kata Zaqi. “Waduh, tapi dianya gimana kira-kira. Mau emangnya dia sama aku?” Tanya Khalif. “Aku Cuma dipeseni kaya gitu, kamu suruh ngomong sendiri”. Jawab Zaqi.
Rasa penasaranpun makin menjadi. Namun perasaan takutpun masih menyelimuti hatinya. Malu banget pastinya kalau cintanya bertepuk sebelah tangan. Setelah dapat jawaban dari Zaqi, Khalifpun pulang. Waktu sudah sore menjelang maghrib. Harus mandi dan siap-siap ke Masjid.
Selesai shalat magrib, Khalif di pasrahi abahnya untuk ngajar ngaji. Sudah biasa kalau abah ada acara pasti Khalif yang ngajar ngaji. Santri abah banyak, mereka biasa ngaji dari waktu Maghrib sampai Isya.
Dan ternyata Aisyah juga berangkat ngaji. Dia termasuk senior juga, jadi dia bantu ngajar ngaji.
Setelah semua selesai, sedikit-sedikit aku mencuri-curi pandang. Entah apa yang Aisyah lakukan. Sepertinya dia lagi sibuk menulis sesuatu. Tapi entahlah.
Setelah sholat Isya, kita pun pulang. Tiba-tiba Aisyah menyapa Khalif.
“Lif, sebentar” Panggil Aisyah. “Iya, ada apa?” Tanya Khalif. Khalif mencoba tenang. Walaupun sebenarnya di benaknya itu perasaannya gelisah, karena orang yang sedang ia cintai ada didepannya.
“Ini, tapi bacanya nanti, jangan sekarang”. Aisyah memberikan sepucuk surat. “Udah?” Tanya Khalif. “Iya”. Jawab Aisyah. “Owh, ya udah kamu hati-hati dijaalan.” Kata Khalif.
Semakin penasaran Khalif denga nisi dari surat yang ada di genggamannya. Khalifpun bergegas sgera pulang dan masuk ke kamar untuk membaca suratnya.
“Khalif, mungkin aku lancang jika aku harus mengungkapkan perasaan ini. Namun aku sungguh tak kuasa. Aku begitu sangat mencintaimu. Perasaan ini sudah sulit aku bendung. Satu pekan ini aku begitu gelisah. Hasrat hati ini begitu besar. Ingin rasanya aku segera menemuimu.
Khalif, maaf jika aku mengungkapkan perasaan ini. Aku tahu kamu pasti tidak suka. Aku sudah lancing. Tapi ini kejujuran. Kejujuran tentang perasaanku padamu. Sebenarnya aku sudah lama memendam perasaan ini. Tapi mungkin kamu tidak menyadari. Aku sering memperhatikanmu. Aku sering mendekatimu. Aku benar-benar jatuh hati padaamu. Ijinkan aku mencintaimu.
Aisyah”
Begitulah isi suratnya. Yang dia tulis langsung didepan mata Khalif. Khalif begitu terkejut. Khalif tak menyangka. Khalif baca surat itu berulang-ulang. Sebenarnya Khalif mengira, kalau cintanya itu bakal ditolak. Tapi ternyata…
Khalif begitu sangat senang. Sampai dia senyum senyum sendiri. Sedikit tak percaya dengan isisuratnya. Ternyata cintanya tak bertepuk sebelah tangan.
Bersambung....
Congratulations @lilla001! You received a personal award!
Thank you for taking part in the early access of Drugwars.
You can view your badges on your Steem Board and compare to others on the Steem Ranking
Do not miss the last post from @steemitboard:
Vote for @Steemitboard as a witness to get one more award and increased upvotes!
Congratulations @lilla001! You received a personal award!
You can view your badges on your Steem Board and compare to others on the Steem Ranking
Do not miss the last post from @steemitboard:
Vote for @Steemitboard as a witness to get one more award and increased upvotes!