Habbits
Sekarang saya lagi projek membaca buku tentang Habbits. Karangan ustadz Felix. Jadi malam ini gatal tangan sama pikiran ingin nulis sesuatu tentangnya. Semoga menjadi bahan bacaan buat pembaca yang baik-baik.
Setiap kita manusia pasti memiliki kebiasaan yang sudah terbentuk sejak lama. Parsial-parsial kejadian yang kita alami selama bertahun-tahun membentuk kita menjadi seperti sekarang, jika pernah menyenyam pendidikan di pesantren maka sedikit banyak nya tingkah kita pasti terlihat baik itu dari segi kemampuan pemikiran maupun berbicara. Jika kita pernah suka membaca buku- buku maka pasti juga kita masih memiliki sisa-sisa semangat membaca.
Namun ternyata habbits itu bisa kita rubah sesuai kemauan dan keinginan kita. Ada dua hal yang memberi dampak besar sehingga kita mampu mengubah habbits kita. Kita awal penjelasan ini dengan pengertian habbits ya.
Setelah saya coba tanya mbah google, beliau mendefinisikan habbits sebagai segala sesuatu yang kita lakukan secara otomatis, bahkan kita melakukannya tanpa berfikir atau suatu aktifitas yang dilakukan terus menerus sehingga menjadi bagian dari kita, yang sering kita sebut sebagai kebiasaan.
Headlinenya ada di ujung defisini diatas, “yang sering kita sebut sebagai kebiasaan”. Kebiasaan berasal dari kata biasa. Maknanya berulang kali di lakukan. Jadi sesuatu yang kita lakukan secara berulang kali di namakan habbits.
Dari analogi tersebut maka sebuah habbits bisa terbentuk butuh kepada “ pengulangan”. Pengulangan akan terjadi jika adanya action. Sehingga habbits muncul dari dua faktor yaitu action dan repeation. Aksi dan pengulangan.
Dalam beberapa literatur para ahli khilaf pendapat tentang durasi pengulangan yang harus dilakukan sehingga menjadi kebiasaan. Sebagian mereka ada yang mengatakan 21 hari dan lain sebagainya, namun jika mengingat pembentukan habbits yang Allah perintahkan ke umat muslim itu selama 1 bulan. Muslim diperintahkan oleh Allah untuk melakukan puasa wajib selama satu bulan, berkisar 29 hingga 30 hari. salah satu manfaatnya adalah sebagai latihan agar merasakan bagaimana penderitaan sebagian manusia yang tidak memiliki makanan secara normal.
Hal yang ingin kita tinjau adalah ketika ibadah puasa tersebut telah kita lakukan selama 30 hari, maka di hari ke 31 kita merasa tidak nyaman atau aneh ketika makan siang atau minum disiang hari. Ini menunjukkan habbits kita menahan lapar di siang hari sudah mulai terbentuk.
Dan ternyata pembentukan habbits tidak butuh kepada kesukarelaan. Tidak butuh kepada keikhlasan atau kenyamanan karena kenyamanan akan muncul setelah habbits terbentuk. Habbits dapat muncul melalui paksaan. Kita lihat saja binatang-binatang di sirkus, monyet tak pernah Allah titipkan akal namun dia mampu bergoyang. Anjing tak pernah mengenal bahasa manusia namun hanya dengan kode tertentu dia bisa mengerti komunikasi. Jadi, sekelas binatang di sirkus saja bisa di bentuk habbitsnya lantas kenapa kita tidak? Selamat membentuk Habbits terbaik mu.