January Effect 2019, Akankah Terjadi?
Window Dressing atau kenaikan harga saham yang mengerek indeks secara umum biasanya berlanjut hingga Januari, sehingga biasanya disebut sebagai January Effect. Lantas, apa itu January Effect? January Effect (Efek Januari) adalah suatu kepercayaan dimana harga saham cenderung naik di bulan Januari. Meski demikian, kepercayaan ini masih simpang siur; ada yang benar-benar meyakininya, tapi ada pula yang menganggap ini hanyalah mitos.
Benarkah setiap tahunnya selalu begitu? Untuk membuktikannya, mari kita cermati IHSG di bulan Januari selama 7 tahun terakhir, dari 2012 hingga 2018.
Berdasarkan pengamatan yang dilakukan pada chart di atas dengan memerhatikan area-area merah pada grafik, didapat informasi sebagai berikut:
Pada bulan Januari 2012, IHSG naik 1.5%. Indeks bergerak dari harga Close Rp3857 di tanggal 3 Januari 2012, lalu ditutup di harga Close Rp3915 pada 30 Januari 2012.
Di bulan Januari 2013, IHSG naik 2.46%. Indeks bergerak dari harga Close Rp4346 di tanggal 2 Januari 2013, lalu ditutup di harga Close Rp4453 pada 31 Januari 2013.
Di bulan Januari 2014, IHSG naik 1.97%. Indeks bergerak dari harga Close Rp4257 di tanggal 3 Januari 2014, lalu ditutup di harga Close Rp4341 pada 30 Januari 2014.
Di bulan Januari 2015, IHSG naik 0.89%. Harga bergerak dari Close Rp5242 di tanggal 2 Januari 2015, lalu ditutup di harga Close Rp5289 pada 30 Januari 2015.
Di bulan Januari 2016, IHSG naik 1.7%, bergerak dari harga Close Rp4525 di tanggal 4 Januari 2016, lalu ditutup di harga Close Rp4602 pada 28 Januari 2016.
Di bulan Januari 2017, IHSG menguat 0.36%. Indeks bergerak dari harga Close Rp5275 di tanggal 3 Januari 2017, lalu ditutup di harga Close Rp5294 pada 31 Januari 2017.
Di bulan Januari 2018, IHSG naik 3.7%. Harga bergerak dari Close Rp6339 di tanggal 2 Januari 2018, lalu ditutup di harga Close Rp6575 pada 30 Januari 2018.
Dengan melihat trend ini, maka bisa disimpulkan bahwa bullish yang terjadi selama bulan Januari dalam 7 tahun terakhir adalah nyata. Namun, kenaikannya cenderung kecil yaitu antara 0.3% sampai 3.7% saja.
Apabila kita ingin timeframe yang lebih lama, maka kita bisa berkaca pada pengamatan yang dilakukan oleh Desmond Wira. Menurutnya, dari data tahun 1995-2015 (21 tahun), IHSG naik sebanyak 14 kali, dan turun 7 kali di bulan Januari. Jadi, ada sekitar 66.6% probabilitas terjadi January Effect di bursa saham Indonesia sejak 1995 hingga 2015.
Teori Dibalik January Effect
Sebenarnya, tidak ada yang benar-benar mengetahui apakah January Effect adalah kebetulan semata, ataukah nyata berasal dari markup para emiten yang hendak tutup buku. Berikut cukilan sejarahnya:
Sebuah pengamatan dilakukan selama 27 tahun tentang peningkatan harga saham di bulan Januari, lalu pada tahun 1942, seorang bankir bernama Sidney B. Wachtel melaporkan hasil pengamatannya, bahwa terjadi peningkatan harga indeks terutama pada saham-saham berkapitalisasi kecil. Lalu pengamatan dilakukan dimana-mana, dan didapati bahwa hal ini cenderung berlaku di banyak negara di seluruh dunia termasuk di Indonesia.
Teorinya adalah, saham-saham dilepas di akhir tahun untuk menghindari pajak, lalu dibeli kembali di awal tahun. Teori lain mengatakan bahwa kebanyakan investor individu menerima bonus natal dan membelanjakannya di Desember dan Januari. Beberapa juga mengatakan bahwa emiten-emiten yang sedang bersiap untuk merilis Laporan Tahunan, berusaha membeli sahamnya sendiri, agar laporan kinerja sahamnya tampak bagus di Laporan Tahunan. Penelitian mengenai January Effect masih sangat minim terutama di Indonesia. Namun berdasarkan pengamatan selama 7 tahun terakhir, IHSG memang cenderung naik.
Kenaikan Setelah Januari Lebih Potensial
Menurut penulis, yang mesti diperhatikan di sini bukan hanya bulan Januari saja, tapi juga bulan-bulan setelahnya. Pengamatan pada bulan-bulan awal setelah Januari memang tidak populer, tapi sebenarnya sangat menarik. Mari kita perhatikan sekali lagi:
Dapat kita perhatikan bahwa ada kenaikan cukup fantastis pada IHSG di beberapa bulan setelah Januari, yang saya tandai dengan area-area kuning pada grafik. Sejak 2012 hingga 2018, beberapa bulan setelah Januari, kenaikan IHSG justru lebih besar lagi. Hal ini berlangsung paling panjang di 2017. Pada saat itu, IHSG bullish sejak Januari 2017 hingga Januari 2018, lalu koreksi-koreksi kecil terjadi. Setiap tahunnya, IHSG cenderung bullish tidak hanya pada Januari, tapi juga di Februari, Maret bahkan untuk beberapa tahun seperti 2013, indeks masih terus bullish sampai Mei.
Kesimpulan
Apakah Januari 2019 akan terjadi January Effect? Apabila kita berprinsip "History always repeats itself", maka jawabannya adalah Ya. Berdasarkan data 2012-2018, maka probabilitas terjadinya January Effect di 2019 adalah 100%. Berdasarkan data 1995-2015, probabilitas terjadinya January Effect di 2019 adalah 66.6%. Namun, jangan lupakan bahwa bulan-bulan setelah Januari masih layak untuk diperhatikan, karena potensi kenaikannya yang sayang untuk dilewatkan.