PRAGMATIS, ISRAEL SYARATKAN PERDAMAIAN DENGAN MELUCUTI SENJATA PALESTINA
Spirit of Aqsa - New York | Pada Majelis Umum Perserikatan Bangsa-bangsa (PBB) pada Rabu (26/9), Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump menggelar pertemuan dengan Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu. Ia mengungkapkan bahwa berencana membentuk perdamaian antara Israel dan Palestina dalam waktu dua hingga tiga bulan.
Namun Netanyahu menegaskan bahwa perdamaian yang dimaksud adalah jika Palestina menerima syarat mereka, yaitu harus didemiliterisasi atau menjadi negara tanpa senjata dan mengakui Israel sebagai negara orang-orang Yahudi.
Padahal, di sisi lain Zionis dengan leluasa menghujani Palestina dengan berbagai macam senjata yang terlarang sekalipun.
Meski Israel dan Amerika Serikat sepakat dengan keputusannya yang pragmatis itu, namun Palestina tetap enggan mengakui Israel sebagai negara Yahudi. Sebab, Yahudi adalah sebuah kepercayaan yang tidak seharusnya dijadikan negara.
"Terkait pernyataan Israel tentang mendirikan negara Yahudi, kami tentu saja tidak menyetujuinya. Sebab bagi kami, keputusan itu didapat dari pemahaman sepihak dan tidak membawa keuntungan selain bagi Israel sendiri," kata Penasihat Presiden Palestina, Mahmoud Sudqi Al-Habbash.
Jangan mau berdamai, seram terus Israel
Tanamkan Semangat Bela Al-Aqsa