Filosofi Rindu "Adakah Kenangan yang tak Dirindukan?"
bagaikan fatamorgana..
dinanti tidak datang
dikejar malah menghilang
Seperti dusta saja
Sabir duduk di dalam kamar yang Kecil sambil mengingat masa SMA nya yang sangat dia rindukan, terlebih sosok sofia yang manis membuat hatinya selalu terasa sepi, setelah keputusan yang ia buat terhadap sofia hingga hilang dari hidupnya. Sofia adalah gadis manis yang pernah berjelajah bersama Sabir 2 Tahun yang lalu, menjelajahi hati satu sama lain. saling berbagi rasa, cinta, perhatian bahkan dunia ini serasa milik berdua. hal yang sangat menyenangkan dalam hidup sabir kala itu. tapi semua nya harus dia ikhlas kan karena dia pergi jauh ke negri sebrang untuk melanjutkan study nya, sedangkan sabir terdampar di pulau kecil untuk menjadi orang yang berguna. sungguh dua jalan yang berbeda tapi untuk tujuan yang sama.
Kisah cinta yang mereka bangun berdua akhirnya runtuh dalam sekejap saja, bukan karena perselingkuhan, bukan karena tidak suka, tapi sabir memaknai cinta itu dengan pandangan yang berbeda, meski tak kuasa dia harus rela melepas Sofia dari ikatan cinta yang selama ini mereka banggakan. Sabir menganggap hubungan itu bukanlah yang terbaik, baginya kalau memang cinta bangunlah ikatan itu didalam Doa biar Tuhan yang menyatukan kisah mereka.
Lamunan sabir tentang Cintanya itu melemahkan dirinya seakan dia telah berlari puluhan kilo jauhnya, sedikit terlihat air mata sabir menetes dia merasa bodoh dengan cara nya melepas Sofia yang menjadi kebanggaannya, yang dia harap menjadi ibu dari anak-anaknya nanti, disamping itu dia merasa bahagia karena bisa menjadikan cintanya itu suci, dia akan membuktikan bahwa dia punya cinta yang besar yang bisa mengalahkan kuatnya ombak dilautan, kokohnya gunung yang mengikat daratan dan menjulang, dia akan membuktikan ketulusan cintanya melebihi harapan hayati kepada zainuddin, melebihi kuatnya kebersamaan Romeo dan Juliet, meski tak bisa seromantis Ali kepada siti Fatimah, tak secinta Nabi Muhammad kepada Siti Khadijah. tapi dia akan berusaha menjadikan cintanya itu sesuci cinta Fatimah kepada Ali, seperti sabarnya musafir yang berpergian. apalah daya dia hanya punya cinta sepihak saja, cinta yang tinggal didalam dadanya saja, mungkin Sofia tak secantik yang orang-orang bayangkan bak Cinderella yang merona, bagai aisyah yang cantiknya luar biasa. Sofia hanya wanita biasa tapi bisa membutakan kata yang keluar dari mulut sabir, menghentikan detak jantung sabir yang menggelora. "orang yang dewasa adalah mereka yang mencintai bukan dari fisiknya, melainkan mereka mencintai karena ada kekurangan yang keduanya bisa saling menerima dan menutupi bersama".
Lamunan sabir sangat jauh sekali sampai pada dimana dia memberanikan diri untuk mengucapkan cintanya pada Sofia dan dengan malu Sofia mengiyakan, meski dengan wajah yang memerah entah karena senang atau malu dengan harapan baru sabir. bahkan sampai satu bulan mereka tak saling bertukar kata bukan karena benci atau pertengkaran, tapi rasa malu yang melanda sepasang kekasih baru ini, sangat kaku ketika bertemu, malu-malu ketika saling lalu. Cinta yang indah kala itu, yang bisa memadamkan api dan meredakan hujan, ah kala itu luar biasa pikirnya, Bagi Sabir cinta meraka bukanlah cinta monyet yang hanya bertahan karena nafsu tapi benar-benar cinta yang ia harap sampai berumah tangga bersama, yang bisa menjadi hujan dikala gersang, yang bisa menjadi sinar dalam gelapnya malam. tapi apalah daya Tuhan berkehendak lain, seakan Tuhan ingin meyakinkan mereka sebatas mana bisa bersabar dalam riakan, sebatas mana bisa bersabar dalam hujanan api, benar-benar cobaan yang maha dahsyat mengikis bathin Sabir. Cinta yang malang bertahan sebatas hayal dan janji-janji dalam harapan.
Sabir yang bertingkah seperti jagoan tak mau sedikitpun menghubungi Sofia, dia tau betul Sofia berharap perhatiannya, Sofia berharap keputusan itu hanya guyonan yang jadikan sabir sebagai sebuah candaan. Tapi sabir hanya ingin Sofia bisa menatap kembali kedalam jiwa nya bahwa dia punya Tuhan yang bisa mengabulkan doa nya, dia berharap Sofia bangun ditengah malam untuk bermunajat dalam Tahajudnya, dia berharap Sofia bisa menjadi kuat dengan izin Tuhannya.Tak henti disitu, cinta yang malang menjadikan pemuda ini Galau sejadinya senyum dalam tangisan, menangis dalam diam. begitu juga Sofia yang tak sedap bercakap, tak terasa nasi yang ia telan, hanya kata-kata jahat Sabir yang ia ingat, Sungguh tega Sabir terhadap dirinya menghancurkan sebuah harapan yang telah ia percayakan, harapan untuk menjaga ikatan sampai ada yang memanggil kakek dan nenek. Sungguh pandangan yang berbeda, beribu tafsir keluar dari hati Sofia, beribu harapan menjadi Doa Sabir disepertiga malam, dia berharap Tuhan menjaga Sofia untuk dirinya
Kami telah upvote..