Ritual Mandi Laut Sebelum Puasa

Dalam setiap tradisi di Nusantara selalu ada kegiatan menyambut Ramadhan dengan hal-hal menyenangkan. Kalau di Aceh ada dua hal, yaitu Mak Meugang dan Manoe Laot.

Tradisi Meugang adalah membeli sejumlah daging, biasanya lebih banyak dari hari biasanya yang gunanya untuk pesta makan sehari atau dua hari sebelum puasa dan selebihnya disantap saat bulan puasa.

Kalau di Aceh Besar daging yang dibeli itu diolah menjadi Sie Reuboh atau daging yang dimasak dengan bumbu kunyit, cuka, lengkuas, dll serta menggunakan belanga tanah (Kanot Tanoh). Daging itu bisa dibiarkan berbilang minggu tanpa busuk. Daging yang dipilih juga yang ada lemaknya, sehingga ketika dingin ia bisa menjadi seperti salju beku dan melindungi daging dari busuk. Apalagi penggunaan cuka adalah pengawet alamiah makanan.

Ia diambil sedikit demi sedikit dan dimakan biasanya untuk sahur. Rasa asam bisa menggugah selera makan, ditambah dengan sayur bening ragam rupa (Gulee Rampoe). Amboii mantapnya.

Tradisi lain yang dilakukan adalah mandi laut. Pilihannya selalu laut. Jika masyarakat Gayo yang jauh dari laut mereka mandi di danau terbesar setelah Danau Toba, yaitu Danau Lut Tawar. Orang Gayo menyebut danau itu sebagai laut, secara eksistensial dan bukan substitusional.

Sebagian besar warga memilih mandi di laut pada hari minggu terakhir sebelum puasa. Kami sengaja memilih mandi di laut setelah hari minggu. Alasanya di hari minggu sebelum puasa, laut mulai pecah oleh ribuan manusia. Pantai telah menjadi seperti arafah. Manusia berjejajalan pelbagai rupa.

Alasan lain, saya baru tiba dari acara di Jakarta pada 12 Mei malam, sehinga pilihan mandi laut bersama keluarga pada senin adalah pilihan taktis.

Jadilah ritual ini,bukan hanya pembersihan diri tapi juga upaya mempererat hubungan antar-keluarga. Kita berbahagia dengan pelbagai atraksi bersama laut. Pilihan pantai pun selalu menjadi favorit ialah pantai Lhok Nga.

Pantai yang berhadapan dengan Lautan Hindia ini ada arena yang aman, yaitu yang seperti kolam. Kolam itu sebenarnya kumpulan batu karang yang menjaga anak-anak dari seretan arus surut dan tidak menghempas ketika arus pasang karena ombak yang tergulung dari tengah. Kami pun bisa bermain lompat-lompatan di atas batu karang yang telah tumpul, baik secara alamiah atau karena "ulah" manusia.

Tradisi sesungguhnya adalah cara kita memandang kehidupan, termasuk kehidupan agama secara dekat. Agama menjadi dekat dan tidak menakutkan. Tradisi menghidupkan mata budaya agar kita selalu bisa tersenyum dalam mempraktikkan agama.

Kalian juga pasti tersenyum melihat kegiatan ini bukan? Karena sebagian besar dari kita sudah pasti akan memulai puasa pada 17 Mei, ketika Muhammadiyah dan Negara setuju kita memulai puasa pada hari kamis, dengan metode rukyatul hilal (atau melihat "anak bulan") atau pun wujudul hilal (atau dengan perhitungan astronomis posisi bulan di dalam tahun hijriyah).

Happy Ramadan Mubaraq for all fellows.

Forgive all sins. Not forget to share peace and love to all of you. Untuk mahasiswa saya, kita tetap kuliah di bulan penuh cinta dan ampunan dari Tuhan ini. Tetap tersenyum belajar. Jangan cemberut!

16 Mei 2018