Kita dan kematian
"wafat kan aku dalam keadaan islam dan gabungkanlah aku dengan orang-orang shalih" [QS. YUSUF:101]
Mengingat kematian, adalah hakikat hidup. Tapi ini perkara sulit. Kodrat kita sebagai manusia yang cenderung mencintai dunia membuat kematian sering kali hanya jadi perkara sambil lalu. Berhembus seperti angin, menyejukkan sejenak, berlalu tak membekas.
Kesedihan atas ditinggalkan orang yang paling dicintai sekalipun, hanya perkara waktu untuk kemudian kita bangkit dan terlepas dari kesedihan. Memang begitu seharusnya, karena berlarut dalam kesedihan juga tidaklah baik. Tapi poinnya adalah, apakah esensi dari kematian benar-benar telah kita dapat pahami??
Pagi jumat, tidak masalah lah ya kita bahas topik ini. Dalam mendung, sendu suasana hari 😆
“Dan tiadalah kehidupan dunia ini melainkan senda gurau dan main-main. Dan sesungguhnya akhirat itulah yang sebenarnya kehidupan, kalau mereka mengetahui.” (QS Al-‘Ankabut: 64).
Lalu pertanyaannya, adakah dari kita yang tidak mengetahuinya??? Tentu jawabannya tidak.
Hanya saja kita seolah-olah tidak perduli. Padahal maut bisa datang kapan saja.
Jikalah kita paham bahwa tugas kita di dunia hanyalah untuk menyiapkan bekal akhirat. Tentu tak akan cukup rasanya waktu untuk itu. Tapi sungguh Syaitan sedang berjaya, tak payah ia membujuk dan melalaikan diri dengan kesenangan dunia.
Ah, renungan singkat pagi ini. Mengingat mati, dan mempersiapkan kematian. Renungan dalam, berat memang. Mempersiapkan, berarti memulai dari hari ini. Seberapa jauh pun tertinggal, tetap melangkah maju.