Pohon ganja yang di buat sambal
Karena ia tumbuh sendiri di tepi sebuah teras di suatu tempat--oke tak perlu sok rahasia, persisnya ada di sebuah rumah di kota berhawa panas menjelang pilkada, orang-orang di sekitarnya hanya memandang tumbuhan itu dengan mata mendadak syahdu.
Beberapa orang sontak berjalan agak doyong saat melintasinya dan itu terjadi bahkan tanpa mereka menyentuh daunnya sama sekali, seakan ada efek neurotik melihat tumbuhan dengan daun berjari-jari tujuh.
Ada yang nyaris buta warna: melihat hijau klorofil itu tiba-tiba bak warna daun kering yang kuning keabu-abuan dan makin tak jelas karena sontak mulutnya megap-megap seperti hendak memakan asap yang dalam imajinya meruap entah dari mana, seakan asap yang meliuk bagai naga putih itu tak boleh lenyap sia-sia. Ada juga yang berpikir bahwa tindakannya sangat asik, misalnya, ingin mengontak badan berwenang agar tanaman itu dihancurkan saja karena tak sesuai dengan kepribadian bangsa dan mungkin juga konstitusi negara.
Tapi perbedaan pandangan dan aliran seakan sirna begitu menatap pancaran hijau itu dengan jari-jari daun yang lentik seperti jari gadis penari di acara kenduri tujuhbelasan. Seakan ada sihir yang mempersatukan, mirip sebuah proyek ideologis setengah jadi model nasakom, semua elemen kompak menahan hasrat untuk menghancurkan tanaman kecil ini.
Lalu antara mitos dan fakta pun berkelindan, bercampur sejarah panjang sebuah tanaman yang bernasib sial sejak zaman kolonial. "Tak usah dibabat, biarkan dia tumbuh membesar. Seratnya bisa menjadi tali jemuran yang lebih kuat dari tali kolormu," ujar seorang anak muda yang matanya kian sayu tak kuat menahan pancaran pesona daun itu.
Tak ada yang membantah, tapi juga tak ada yang rela tanaman itu jadi tali kolor. Perdebatan menjadi kian tidak bermutu dengan ide sok asik misalnya menjadikan tanaman itu sebagai komoditi ekspor nasional untuk menambah devisa dan sekaligus mengimbangi ketidakjelasan tax amnesty. Atau, ini lumayan ilmiah, misalnya membuat efek farmakologis dedaunan itu sebagai obat bagi penyakit kronis.
Tak ada kesimpulan. Menjelang malam semua tidur dengan mimpi masing-masing. Pagi harinya mereka menemukan tumbuhan itu telah lenyap tak berbekas. Di atas meja makan mereka melihat sebotol sambal tertutup rapat seperti gambar di postingan ini.
Tapi sihir itu belum pergi. Hanya memandang botol sambal itu lidah mereka mendadak disergap rasa pedas yang menghanyutkan.
Mendadak air liur menetes.
Hahaaa, macam kita tengok orang makan mangga