Orang cenderung mengasosiasikan embun dengan kesegaran dan angin pagi. Tetesan air yang berukuran kecil di padang rumput dan menggantung di daun untuk melembabkan pepohonan adalah berkah terbesar yang disaksikan setiap pagi. Tapi karena lingkungan modern yang sudah banyak bangunan, keajaiban indah seperti ini sudah jarang dihargai.
Saya mengenang kembali kenangan indah di masa kanak-kanak, saat kita bermain di halaman yang basah dan berkabut yang membuat kaki kotor. Saya teringat akan kenangan ini saat mengagumi gambar embun pagi yang dipajang di galeri kota. Itu semua saya lihat pada tahun 2010, ketika pameran seni dan media sosial mulai berfokus pada fotografi makro.
Saya memulai fotografi pada akhir tahun 2011 dan terhipnotis oleh foto-foto indah yang memperlihatkan tetes embun pagi yang diambil oleh master macro photography di Indonesia, Teguh Santosa. Dia juga seorang penulis "Down on My Knees to The Finest Details of Your Creation" ("Bersujud Aku dalam Detail Cipta-Mu). Saat beliau bergabung dengan Macroworldmania pada tahun 2012, ia membuat tetesan embun menjadi objek baru pada fotografi makro.
Saat lomba foto , gambar jatuhnya embun termasuk dalam Still Life Photography karena harus memenuhi tiga syarat dalam kategori ”water droplets on the grass”. Ketiga kondisi tersebut adalah: tangkapan tetesan berbentuk bulat sempurna dengan bayangan jelas dari latar belakang, komposisi tetesan, dan kejernihan dedaunan atau rerumputan sebagai latar belakang gambar.
Serupa dengan ‘Ndolosoran’ istilah Indonesia untuk fotografi makro, gaya tetesan embun dengan sinar matahari adalah yang paling terbaik, terbit di langit yang cerah dengan mengumpulkan tetesan embun di padang rumput yang hijau. Dengan fungsi Live-View, EOS 70D kesukaan saya ini, saya bisa melihat pemandangan secara real-time dan di tempat yang saya inginkan dengan sudut layar yang fleksibel. Ini adalah yang terbaik untuk posisi yang kurang menyenangkan. Ketika saya berbaring atau posisi tengkurap di lengan bawahku.
Ketajaman lensa Canon makro memang tak terkalahkan. Memiliki sensor yang mampu memproduksi salinan refleksi warna-warni. Kedalaman lapangan yang sempit Depth of Field (DoF) juga membuat saya untuk lebih banyak mengeksplorasi keindahan daun dan bunga mungil yang tidak mudah terlihat dengan mata telanjang.
Bunga dan kecerahan langit pada tetesan air dan gambar dedaunan dengan efek bokeh di latar belakang berhasil membawa saya untuk mendapatkan nominasi Fotografer Makro Terbaik Tahun 2013 dan 2015. Saya merasa rendah hati karena menjadi satu-satunya perempuan di 10 besar nominasi besar Fotografer Terbaik oleh Macroworldmania. Gaya feminim pada fotografi makro saya menjadi signature dan karya unggulan di berbagai media dan galeri internasional. Saya pun merasa terhormat bisa mengikuti beberapa kompetisi foto nasional sebagai juri di kategori Still Life sejak 2013.
source