Kopi Gayo : Product for Future
Bilakah kopi arabika gayo bermula?. Satu pertanyaan yang kerap terlontar. Gayo dan arabika ya seperti ikan dan air. Kopi adalah budaya.
Bagi warga Gayo, salah satu suku tertua di Aceh yang hidup di kawasan Dataran Tinggi. Kopi menjadi identitas suku Gayo. Mereka hidup jauh dari pemukiman ramai dan mengelola kebun kopi.
Akses menuju Kebun begitu sulit bagi mereka yang biasa hidup di kota dan hanya bisa dilakukan dengan berjalan kaki. Meniti karang ditebing terjal.
Lantas kenapa petani kopi Gayo bisa survive di kebun kopi?
Jawabannya sederhana sekali. Pasar yang luas hingga ke luar negeri. Nilai tukar kopi terhadap rupiah bahkan dolar sangat tinggi.
Kopi, bisa dijual setelah dipetik langsung. Toke kopi berebut kopi saat di panen. Bahkan, petani kopi bisa mengutang uang dulu, sebelum kopi dipanen.
Lalu kapan kopi memenuhi ruang dan waktu di Gayo?. Penuturan tetua Gayo, kopi sudah ada jauh sebelum Belanda tiba. Kopi geste atau robusta.
Kopi belum dibudidayakan. Dibiarkan tumbuh hingga 5 sampai 10 meter. Daunnya di rayul atau dibakar untuk teh berbahan kopi.
Kopi arabika menurut John R Bowen, dibawa pertama sekali di Gayo, tahun 1908. Ditanam di Utara Danau.
Dituliskan John R Bowen, Belanda menjadikan kawasan Takengon sebagai kawasan peristirahatan dan perkebunan kopi mereka.
Di tahun 1924 Belanda dan investor Eropa menjadikan lahan didataran tinggi Gayo dipenuhi tanaman kopi, teh dan sayuran
(Buku John R Bowen, Sumatran Politics and Poetics, Gayo History 1900-1989, halaman76).
Selanjutnya, tahun 1933, di Takengon, 13.000 hektar lahan sudah ditanami kopi yang disebut Belanda sebagai komoditas “Product for future”.
Belanda menyebutkan, masyarakat Gayo sangat cepat menerima tanaman baru kemudian mengembangkannya di lahan yang masih terbatas.
Tahun 1920 Belanda mulai membawa tenaga kerja kontrak dari Jawa ke Gayo, untuk menjadi pekerja di perusahaan dammar (pinus mercusi).
😳 ★★Nice Post!; 😳
@ssambalin thank you
Sebuah asset dengan nilai yang tak terhingga untuk masa depan dan mampu mendongkrak ekonomi masyarakat.
Betul bang @anzius86 uang dalam bentuk biji kopi, terima kasih sudah mampir
Terima kasih kembali @winruhdikopi. Tetap semangat. Semoga makin sukses kedepannya.
Amin yaa Allah..
Photo si terakhir ni we si penting ha ha ha
Enti mubisik, beteh jema kase. Akamu ya. Unger jema exploitasi tenaga kerja keluarga dan anak anak dibawah umur... Hahaha