Ketakutan
Saya yakin setiap orang paling tidak punya satu ketakutan yang amat menghantui. Dan jenis ketakutan ini biasanya berbeda satu sama lain. Kadang tidak jarang, yang menjadi momok menakutkan bagi satu orang adalah hal sepele bagi orang lain. Ya, lah. Orang kan diuji dengan ujian yang berbeda.
Seorang Prof. pernah bercerita, beliau pernah bertemu seseorang. Perawakannya gagah, tampan dan tinggi besar. Gaya bicaranya pun amat meyakinkan. Penuh percaya diri dan mempesona. Namun, ternyata ada kejadian mengejutkan setelahnya. Ketika mereka sedang bertemu di suatu tempat, tiba-tiba ada ayam jago yang berlari kencang dan melintas ke arah mereka. Dan yang terjadi kemudian adalah, seseorang yang tinggi besar dan penuh pesona itu, menjerit histeris hingga berlari dan berlindung dibalik pohon. Mau tidak mau, kejadian ini meruntuhkan image yang awalnya beliau miliki. Usut punya usut, ternyata beliau punya trauma dengan ayam jago. Dahulu, dimasa kecilnya, beliau pernah di patuk ayam. Dan sepertinya kenangan itu membekas kuat dan terbawa hingga sekarang.
Ada juga, seorang karib saya, beliau tiba-tiba melempar buah mangga yang tengah ia kupas karena kaget ternyata di dalamnya ada ulat tengah menggeliat.
Lain waktu, ada seorang murid di asrama yang menjerit histeris di pagi buta. Waktu itu belum masuk waktu subuh, kami sedang bersiap untuk qiyam. Mendengar jeritan itu, kami kaget dan bergegas menuju TKP. Disana kami temukan dia sudah terduduk lemas. Bersandar di dinding samping pintu kamar mandi. Saya yang bertanggung jawab sebagai warden asrama ketika itu menjenguk ke dalam demi melihat apa penyebabnya. Ternyata, seekor kecoa.
Allahu.
Demikian, lah. Ketakutan ini unik. Almarhum ayah saya pernah berpesan ketika saya takut kepada sesuatu, "Rin, ayo, gedean mana rini sama kecoa, misalnya? Masa takut sama yang lebih kecil?" Selalunya treatment itu berhasil. Menghadapi cacing, kecoa, ayam jago, saya biasa aja. Kecuali...
Imut, ya?
Menurut saya juga. Gambarnya imut. Tapi, kucingnya, enggak. Trauma pada kucing ini sudah ada sejak kecil. Ketika itu, saya tengah makan di atas meja makan kemudian tiba-tiba, seekor kucing manjat dengan dua kakinya menapak dilantai dan dua kaki depannya di tepi kursi yang saya duduki. Plus meongannya yang menyeramkan. M E O N G G G G G! disertai kuku tajam, gigi taring dan mata melototnya! Saya yang masih kecil, sontak menangis kencang. Fix, lah. Sejak saat itu kucing adalah makhluk paling menakutkan bagi saya.
Keadaan ini berkelanjutan karena didukung oleh tipe masyarakat kita yang doyan membully dan suka memanfaatkan kelemahan orang lain. Mereka, ada yang menganggap ketakutan orang ini sebagai lelucon yang dijadikan bahan tertawaan, bahkan sengaja menjadikan kucing sebagai bahan untuk menakut-nakuti saya. Akibatnya, saya takut dengan segala yang berkaitan dengan kucing. Parahnya lagi, segala pergerakan yang cepat, manja, lincah, akan membuat saya bergidik. Entah karena ngeri atau karena geli tak suka. Baik itu berasal dari kucing atau selain kucing, termasuk juga manusia.
Semakin lama, semakin saya menyadari, ketakutan ini tak ada manfaatnya. Belum lagi ketika tau bahwa kucing adalah hewan kesayangan baginda Nabi sallallahu alaihi wa sallam. Duh.
Maka yang saya lakukan selanjutnya adalah berusaha mencoba untuk menghilangkan ketakutan itu. Subhanallah, Allah turut membantu dengan dihadirkannya karib-karib terdekat saya yang biasanya mereka adalah pecinta kucing. Mereka lah yang dengan sabar mengenalkan dan menjamin bahwa kucing adalah hewan yang harmless. Pun, mereka ini berhati lembut. Tidak sembarang menjudge saya yang masih enggan gendong-gendong kucing seperti mereka.
Hasilnya? Alhamdulillah. Ada kemajuan. Kadang-kadang saya berani mbelai-mbelai kucing sesekali. Walau setelahnya tetap panik ketika si kucing mendadak menggeliat-geliat dan ndusel-ndusel di kaki.
Ini salah satu bukti lagi. Kemarin ada seekor kucing tengah jilat-jilat kakinya di tembok taman. Saya dekati pelan-pelan untuk mengambil gambarnya. Alhamdulillah, si kucing bekerja sama dengan baik. Dia tetap berada di tempat, tidak bergerak ke arah saya atau bereaksi tiba-tiba walaupun keheranan melihat saya yang berada didepannya.
Alhamdulillah. Setiap kemajuan walau tak sampai se-inci pun harus disyukuri bukan?
Jadi, sudahkah kamu mengalahkan ketakutanmu?
Salam 😊
Exclusive 30 days free upvotes to your every new post. No need to send any kinds of steem or sbd its full free service. we have paid service too so please check them too. Active the free upvote service and learn more about it here : JOIN NOW CLICK HERE
Etapi kami masih tidak suka sama kucing huhu, apalagi baru-baru ini, makan di suatu tempat, dan tempatnya penuh kucing dan tahu dah didindingya pasti kencing bau dimana2, ahai, terpaksa saya keluar dan mau muntah rasanya, dan memilih makan di luar wkakaka
Huhuhu. Samaa. Paling ga bisa makan di tempat yang banyak kucing lalu-lalang. Kawan rin bilang, rin kejam pas nge-hush-hush-in kucing tu. Huhuhu. Kekmana jadi kita ni. 😂
Kucing 😍😍😍😍
Suka kucing juga yaaa? 😁
Suka x kk
Kereeen.. kk belon bisa suka 😂🙈