Jadilah Generasi yang Mencintai Aceh Seutuhnya
Kita seharusnya belajar dari sejarah. Bagaimana sulitnya Belanda menguasai Aceh saat masa kerajaan. Raja tumbang tapi perlawanan rakyat terus berkobar hingga ratusan tahun. Ini karena kekuatan Aceh bukan pada raja atau petinggi. Kekuatan Aceh terletak pada persatuan rakyat dan semangat jiwa masyarakat untuk menjaga syariat Islam.
Kemunduran Aceh baru dimulai saat Belanda mulai menerapkan politik pecah belah dan adu domba. Demikian juga dengan semangat Aceh saat konflik. Namun keadaan ini justru berbanding terbalik saat damai. Saat kita kembali dihasut dengan politik pecah belah. Seharusnya kita sadar dengan kondisi terkini.
Sudah saatnya kita kembali merenungi apa yang terjadi. Kembali menguatkan persatuan Aceh. Karena tanpa persatuan, maka apa yang sudah dibangun oleh Wali Hasan Tiro dan generasi awal akan sia-sia. Haruskah kita kehilangan segalanya hanya karena mempertahankan ego atau kembali menguatkan persatuan untuk meraih apa yang masih kurang usai damai.
Keadaan memang tak sesuai harapan. Apa yang sudah dijanjikan memang belum terpenuhi semua. Namun ini bukan berarti kita harus tutup buku untuk berbicara soal kekhususan Aceh. Kita boleh kecewa. Kita boleh menangisi apa yang terjadi. Namun jika mau merenung bahwa solusi untuk Aceh hari ini adalah kembali bersatu.
Sulit tapi patut dicoba. Tak ada yang mustahil. Maka kedepankan persatuan Aceh. Jadilah generasi Aceh yang mencintai daerah ini lebih dari siapa pun. Mencintai Aceh dengan darah dan nyawanya. Jadilah generasi Aceh yang marah saat kekhususannya diganggu.
Jadilah generasi Aceh yang murka saat hasil alamnya diekploitasi secara berlebihan tanpa secuil pun keuntungan untuk rakyat. Jangan jadi generasi yang justru memaki bangsa dan menertawakan kelemahan kita sendiri. Menghabiskan waktu di berbagai media sosial hanya untuk mempertontonkan perseteruaan Aceh.
Posted from my blog with SteemPress : http://gampongaraih.desa.id/jadilah-generasi-yang-mencintai-aceh-seutuhnya/