Benarkah Anda Bahagia? Ini Hasil Riset Universitas Harvard

Suka bergunjing dan memelihara rasa benci bisa bikin seseorang tak bahagia. Ini hasil riset tentang kebahagiaan.

Ilustrasi: Pixabay

Ternyata, membicarakan bahagia itu asyik, sekaligus juga membagiakan. Sungguh, kita bahagia bisa membagi pengetahuan dengan orang lain yakni pembaca. Nah, kali ini saya ingin berbagi tentang sebuah riset perihal kebahagiaan. Penelitian yang dilakukan oleh Harvard Study of Adult Development ini mencoba membongkar apa itu indikator bahagia.

Ini bukan riset main-main, alias bukan "cilet-cilet" -- dalam bahasa Aceh. Riset itu dilakukan selama 75 tahun. Salah satu kesimpulan riset itu adalah -- catat ya --- faktor terpenting dalam kebahagiaan sejati adalah hubungan kita dengan keluarga, pasangan, dan teman.. Nah, mari kita berkaca pada diri kita sendiri tentang ini.

Intinya, kebahagiaan yang utama jika kita selalu menjaga hubungan baik dengan orang lain. "Hubungan yang baik dengan sesama manusia membuat hidup lebih bahagia dan lebih sehat," tutur profesor psikiatri di Universitas Harvard, Robert Waldinger.

Ilustrasi: Pixabay

Namun, menurut Robert Waldinger, bukan jumlah teman yang menjadi soal krusialnya. Tapi kualitas hubungan pertemanan itu yang terpenting. "Hubungan yang baik membuat kita sehat dan bahagia," ujarnya..

Robert juga mengatakan ukuran bahagia bukan seberapa banyak konferensi yang pernah didatangi atau blog yang pernah ditulis, atau follower di media sosial. "Bukan juga punya banyak uang, karir yang sukses, dan tubuh yang sehat. Bukan itu," ujar Robert.

Soal bahagia ini jangan main-main. Dampak yang timbul karena tak bahagia itu sangat berbahaya. Menurut Prof Robert, orang tak bahagia bisa diserang aneka penyakit, termasuk penyakit psikologis alias penyakit mental. "Stres kronik karena kesepian, tidak bahagia, akan dirasakan tubuh dan berakumulasi," ujarnya.

Riset di atas memperkuat faktor-faktor orang tak bahagia, misalnya selalu memelihara pikiran negatif, ego tinggi, suudzon, standar pencapaian hidup terlalu tinggi, dendam, rasa benci kepada orang lain, amarah berlebihan, cemburu, dan seterusnya.

Tak hanya itu. Ternyata kepercayaan diri yang rendah juga bisa menyebabkan orang tidak atau kurang bahagia. Misalnya, melihat orang lain sebagai pesaing, bahkan ancaman, termasuk tidak yakin dengan kualitas diri sendiri. Sekarang mari berkaca dan bertanya pada diri sendiri apakah Anda sudah bahagia?

JAKARTA, 19 April 2018
MUSTAFA Ismail
@musismail

#refleksi #bukanpuisi #bahagia #riset #harvard