Strategi Ngirit di Taipei
Siang ini saya datang awal ke kantin kampus agar dapat memilih menu dengan seorang teman, seorang master yang ilmunya melebih seorang doctoral—soalnya sudah 4 tahun master tapi masih belum puas. Ide awal ke kantin sebenarnya bagaimana kita berhemat.
Dibandingkan hidup di Jakarta, di Taipei semuanya lebih ter-standar jika terkait soal makanan. Di Jakarta, untuk ngirit ya nyari warteg yang kadang manajemen olah dan lingkungannya begitulah. Kata teman di Taipei, untuk buka kedai makan di kampus atau tempat public resmi seperti rumah sakit, harus ada staf yang punya kemampuan ahli gizi—kalau di apotik semacam apoteker begitu. Sekali makan rerata mencapai 100 NT seporsi. Karena targetnya ngirit, maka kriteria yang kami tentukan adalah murah, bergizi, sehat, soal rasa mah belakangan. Kedai vegetarian jadi target kunjungan—nilai plus bagi saya adalah karena menu yang moslem friendly-nya.
Dengan memotret menu vegetarian secara cepat, didapatlah 5 menu aneka sayuran yang saya suka dengan hanya 50 NTD. Masih belum puas, ada sop gratis yang bisa kita ambil sendiri. Karena berniat ngirit syukur kuenyang bingit, maka kami ambilah kantung plastic untuk mengertuk sayurannya. Tentu saja, pertimbangan dapat dihabiskan tetap menjadi utama agar tidak mubazir. Jadilah 50 NT dapat porsi sakhohah. Dan saya sudah seneb dengan melahap sopnya doang. Di luar kampus, makan di kedai vege model begitu paling tidak habis 120 NT.
Sejurus kemudian, sakhohah sayuran itu pun kutuntaskan........gak tahu kenapa, kok selanjutnya pengin teriak, mbeeekkk! tapi alkhamdulillah ya Rab atas nikmatmu yg melimpah.
Oya, kalau mau transfer uang ke Indo, bolehlah ke SF express, pemiliknya Uni tarsuni Rakhman dan Napia janiez...juga Vita
Sakhohah = banyak sekali
# nyetimit dan nyampur sari = aspirin