Umi: Setingkat di Bawah Iman
Sehebat apapun pencapaianmu di dunia ini, tanpa membahagiakan ibu, kau tak lebih dari seorang tak tahu asal, tak sadar diri.
Seorang pacar saya pada masa lalu pernah bertanya, apakah dia berada di posisi penting di hati saya. Jawaban yang ia dapatkan mungkin di luar harapan. Bagi saya, dia hanya berada di posisi sekian setelah Umi saya beratus-ratus kali cinta, adik-adik saya ratus-ratus setelahnya, setelah itu saya mencintai segala mimpi saya ratusan kali melebihi dia, sekali cinta untuk keluarga besar, dua tiga kali cinta bagi teman-teman baik, setelah itu dia. Jika kelak kami berjodoh (nyatanya dan untung saja tidak), saya bilang dia berada setelah adik-adik saya. Itu artinya cinta ke dia jauh berada di bawah cinta saya untuk Umi.
Setelah Ayah menyatu dengan cinta Rabbana, satu-satunya cinta yang ia sisakan untuk saya jaga adalah Umi semata. Cinta saya untuk Umi luar biasa besarnya. Bahkan melebihi cinta untuk diri saya sendiri. Saya percaya Umilah satu-satunya yang patut saya cintai. Tidak lainnya. Seseorang yang dicintai Umi saya, itu akan jadi cinta saya. Begitu sebaliknya.
Saya tidak akan mengganti setitik pun cinta untuk Umi dengan yang lain. Sebab dengan mencintainya aku telah dicintai semesta. Itu telah membuat saya kuat. Jika hari ini saya telah berdiri teguh di atas kaki sendiri, sebab lain hanya pendukung, sebab utamanya adalah doa Umi yang terkabul. Saya tenang hati, sebab setiap waktu saya dilindungi doa Umi. Setiap perjalanan, saya tidak membawa pulang cinderamata untuk siapa pun jika tidak ada untuk Umi. Saya tidak mengabari pacar atau (sekarang) tunangan, jika saya tidak mengabarkan Umi sebelumnya.
Saya meletakkan Umi hanya satu tingkat di bawah Iman. Dia segalanya, doanya kekuatan. Itu semua telah membuat saya menang. Dan Umi adalah satu-satunya yang membuat saya tenang. Petuahnya, doanya, canda tawa, serta air matanya telah memberikan saya nyawa yang tak terkira jumlahnya. Tentang kemerdekaan, Umi saya paling paham. Dia tidak pernah memaksa saya memangkas rambut, tidak melarang saya berkalung, bahkan tidak berat hati melihat saya beranting. Dia paham bahwa semua itu pilihan saya. Dia paham saya merdeka. Dan Umi paham tentang tidak menilai siapa pun dari penampilannya. Maka saya mencintai Umi saya melebihi segala cinta.
selalu saja, tulisanmu tentang seorang ibu akan ditulis dengam kesungguhan jiwa, metafora sarat makna dan menusuk pembaca layaknya mantra pengasih pada rindu peluk cium bunda.
Sebab menulis tentang yang dicintai selalu saja istimewa, abangku.
benar sekali bro, cinta kepada ummi tetap yang paling utama setelah cinta kita kepada sang khalik dan rasulnya.
Sebab tidak ada yang benar-benar berkorban nyawa selain ibu saja.
Kamu beruntung Nazar @gulistan masih terbuka lebar pintu surga.
Saleum. Semoga Umi sehat selalu
Bahagia kita semua
Terima kasih atas doanya, abang @zulfikark-kirbi. Amiiiiiin ya Rabbana.
Ya sama-sama Nazar @gulistan
Sebenarnya itu ungkapan kecemburuanku. Kamu masih punya ibu. Kalau pulang jangan lupa cuci kakinya. Di telapaknya ada surga
Allahuakbar. Insyaallah saya akan lakukan, abangda. Semoga allahyarham ibunda abang bangga melihat abang dari syurga.
Aamiin
Ibu adalah pejuang yang perjuangannya tidak bisa di balas meskipun kita berusaha keras membalasnya. Sungguh ibu memiliki drajat tiga kali setelah itu baru ayah.
Hadist berkata demikian, brad.
Siiiaap brother @gulistan
Semoga Umi sehat selalu dan Bang Yeuk @gulistan sekses selalu
mohon bimbingan untuk adik adikmu di bandung ini
Amiiiiiin ya Rabbana. Terima kasih, adek.
Minta tolong Rara agar dimasukkan namamu ke KSI Chapter Bandung ya.
Oke Bang Yeuk,, Siap