Tuan Khusus di Hati Saya
Suatu hari nanti saya akan menulis lebih terang tentang bagaimana ia menjadi pahlawan. Itu juga setangkai dengan kisah denda kesumat yang abadi saya simpan dalam badan. Tapi kali ini, saya hanya akan berbicara tentang seorang lelaki yang telah melunaskan saya dari lubang kematian.
Di Jogja, tidak saya ingin jumpai Borobudur atau Prambanan. Saya hanya ingin bersua Tuan. Masa lalu saya hampir khatam andai Tuan tak turun tangan di ujung perang. Tuan telah saya simpan sebagai pahlawan ketika harus saya hadapi amuk kebencian. Terbaik, penuh takzim dan kehormatan untuk Tuan saya persembahkan. Nama Tuan akan selalu saya sebut sebagai manusia yang digerakkan hatinya oleh Tuhan untuk memberi saya denyut harapan.
Tidak bisa saya bayangkan bagaimana menyesalnya saya jika sempat gagal memakai toga di kampus terbesar Aceh itu. Kuliah tujuh tahun sudah bukan waktu yang aman untuk pergi baik-baik. Hanya ada dua pilihan: pindah atau DO. Saya memberi kabar ke kampung tentang kemungkinan pindah saja. Masih teringat jelas suara Umiku berkata, "iya".
Namun suatu malam telponku berdering, panggilan dari pak Budi, dosen kami. Panggilan ngopi di Cutnun sp. 7 Ulee Kareng. Saya tiba di sana dan mendengar ia berkata, "Pindah atau DO? Tidak, kamu punya pilihan ketiga, wisuda di Unsyiah. Semua urusan yang menghambat, selesaikan!"
Saya menyampaikan beberapa alasan mengapa rasanya sudah mustahil bisa diselesaikan. Namun lelaki itu berujar, "tugasmu datang ke kampus, bawa laporan. Selebihnya biar saya tangani. Selesaikan semester ini terus, jangan terlalu banyak buang waktu!"
Keyakinan saya memakai toga malu-malu tumbuh di hati. Sesuai anjuran, saya arung perjuangan titik akhir. Pak Budi setiap jumpa selalu bertanya, "skripsimu sudah bab berapa?" Kelak pertanyaan itu saya tulis dan abadikan dalam lirik lagu "Leumoh Aneuk Muda".
Saya merasa ada yang dimudahkan, kasus selesai, pembimbing skripsi yang mudah dijumpai, tak terlalu banyak koreksi, sidang sarjana yang dikawal oleh pak Budi, dan kemudian saya lulus tanpa banyak begana begini.
Pak Budi tidak lagi intens di Banda ketika saya memakai toga. Dia dalam pengurusan S3. Saya benar-benar ingin menunjukkan bahwa apa yang ia perjuangkan tidak sia-sia. Saya lulus, meski kemudian tidak berjalan di atas rel kearifan pelajaran di kampus. Saya mengejar mimpi lain. Keinginan tersembunyi sejak kecil. Dan ketika mendapatkan, saya telah menyimpan ujarannya dalam lirik lagu penting kami.
Bertahun di panggung dengan mimpi yang terangkul, saya ingin bermain di depan Tuan sebagai upaya menunjukkan bahwa Tuan telah benar memilih orang yang diselamatkan. Dan di Jogja semalam saya bermain di depan Tuan. Saya tahu, Tuan bangga. Apakah Tuan tahu saya sangat bahagia?
Maaf saya terharu membaca kisah ini, heroiknya ronin jadi hambar jadinya
Bila Allah izinkan sampaikan salam saya pada pak Budi
Semangat lah terus bang yek !!!
Kisah yang mendalam...
Jd terharu ketika membacanya, sungguh mulia sekali hati oak budi...
Semoga beliau sehat selalu dan di berikan kemudahan dalam segala urusan,amin.
Semoga beliau selalu dlm lindungan Allah ya
Amiiin ya Rabbana. Amiiiiiin ya Allah.
Aku sering mendengar nama Arianto di belakang nama Bang Budi. Sesekali juga nama Walhi. "Bang Budi mana?" tanya seseorang.
"Bang Budi Walhi..." jawab yang seorang lagi. Salam hormat.
Apa pun namanya, beliau pahlawan bagi banyak mahasiswanya. Guru sejati!
Hana pat bantah...
Nasehatnya langsung ke kalbu.
Saya ingin ngipi dgn dek za...dan juga tuan budi..salam ya
Kita akan segera bertemu, bang@bahagia-arbi. ☺☺
Tuan adalah malaikat tanpa sayap yang Tuhan kirimkan untukmu, DekYeuk! Subhanallah.
Terharu membaca kisah ini. Ditulis dengan indah, menitiskan haru hingga ke lubuk kalbu.
Bayangkan seberapa harunya saya berjumpa beliau semalam, Cutkak. Tumpah air mata sampai tak tahu mau berkata apa. Semoga Allah jaga beliau hingga syurga. Amiiiiiin ya Rabbana
Kayaknya kenal dengan pak budi itu
Orang hebat dan orang hebat saling kenal, saya kira wajar, abang. Ehehe
Cerita yang sangat dalam. Selamat bg, anda memenuhi harapan sang bapak. Semoga terus menawan menjangkau dunia jauh hingga akhirat. Aamiin
Beliau terbaik. Bangga sekali menulis tentangnya. Semoga dilimpahkan untuknya segala kebaikan oleh Rabbana. Amiiin
Aamiin
Kisahnya cukup menarik... Saya kagum dengan sang TUAN meskipun tidak kenal
Ka leumoh aneuk muda watee kuliah jameun..