Menjawab Basa-Basi Kotor Saat Lebaran
Ketika menulis ini, saya dalam kondisi lumayan aman. Setidaknya jika saya mendapatkan berupa-rupa pertanyaan yang memojokkan, sudah bisalah saya jawab dengan mudah dan tenang. Namun sebagai anak muda (atau bandet) yang pernah mendapatkan serangan-serangan tak menyenangkan dari banyak orang singkat akal, tak berperasaan itu, hingga hari ini saya tetap muak mendengar seseorang berbasa-basi atau bercanda di ulu hati begitu.
Kerja Apa? Di mana?
Dua tahun lalu saya sempat ribut dengan seseorang ketika ia melemparkan pertanyaan ini di depan keluarga besar kami pagi lebaran pertama. Tatapan seluruh anggota keluarga ketika pertanyaan itu diajukan telah membuat saya merasa terhakimi. Saya pura-pura tidak mendengar, dia mengulang pertanyaan dan menambahkan, "kuliah lama, masa gak kerja kantoran?".
Kekesalan saya pecah, saya jawab, "berapa kali kamu mengirimkan saya uang jajan saat kuliah? Berapa kali SPP saya kamu bayar? Terus, kalau misalnya saya sudah bekerja di kantoran, sudah kaya raya, apa pentingnya untukmu? Saya tidak punya niat membantu kamu dengan harta-harta yang sudah terkumpul itu. Bekerjalah baik-baik di tempatmu, jangan tambah beban pekerjaan dengan mengurus pilihan saya."
Sangking kesal saya tambahkan dengan gertakan yang luar biasa kejam, "berapa gajimu sekarang? Biar saya lipat dua setiap bulan." Padahal saat mengucapkan itu saya bahkan tidak punya jajan lebaran. 😂😂😂
Heboh keluarga kami, saya dianggap sombong. Tak apa. Sombong di atas orang yang tega itu boleh-boleh saja. Setidaknya menurut hukum hidup anak muda.
Kapan Nikah
Untuk saya, pertanyaan ini tiba berkelindan dengan pekerjaan. "Umur sudah berapa? Teman-temanmu sudah punya anak satu dua. E tapi bagaimana mungkin bisa nikah kalau kerja saja tidak jelas!"
Saya pernah menjawab, "jika saya mau, sudah sepuluh tahun lalu saya jadi ayah. Apa susahnya menikah? Saya pandai menaklukkan hati perempuan dan keluarganya sekalian. Mudah sekali. Bahkan bisa nikah gratis. Tapi kemauan saya jika belum ditakdirkan tercapai oleh Tuhan, itu tidak akan tercapai. Perkara kerja, bapakmu dan ayah saya juga tidak jelas kerja apa, tapi kita hari ini ada di dunia. Itu artinya, tanpa pekerjaan jelas pun, orang bisa menikah. Kalau bapakmu dulu menunggu jelas kerja baru menikah, mungkin hari ini kamu tidak di sini, sudah meninggal di kamar mandi!"
Yang bertanya itu kesal. Saya pasang mata sultan. Dia tidak banyak bicara lagi mengenai saya. Jawaban yang terlalu kasar? Coba lihat cara dia bertanya, apa punya perasaan? Kejam dibalas kejam, kata anak muda film India, Vijay.
Kapan Punya Anak
Dua hari lalu seorang kakak sepupu kami yang belum dikaruniai momongan datang bersilaturahmi. Seseorang dari keluarga besar kami bertanya berulangkali perihal anugerah itu, nampak seperti bikin panas. Kakak sepupu saya dan suaminya memilih diam sedih, saya yang jawab, menyindir, "Allah punya rencana yang lebih matang kepada kita semua bahkan menyangkut keturunan. Jika ada yang bertanya pada Akak perihal mengapa belum punya anak, suruh saja mereka tanya ke Tuhan. Memangnya kita yang menciptakan anak-anak itu? Tugas kita berusaha, Tuhan yang berkehendak."
Barangkali memang pertanyaan itu semata basa-basi. Namun sebab kita tidak bisa masuk ke hati orang lain, sebaiknya dihindari. Tanyakan saja yang tidak menyinggung perasaan mereka. Silaturahmi jangan diperkeruh dengan suasana yang merusak bahagia. Sebab nun jauh dari kita, di ruang sendiri, mereka yang belum mendapatkan kesempatan menyicip hal-hal yang kita basa-basikan itu, sedang berusaha dengan tekun, berdoa dengan rajin dan khusyuk, berharap besar segera bisa merasakan hal serupa. Tidak perlu menyakiti, berdoa saja dan berikan motivasi. Itu jauh lebih baik.
Bagi yang sudah punya istri, pertanyaan yang paling menyenangkan adalah, "pajan buka kodam II?" hhehe
Ahahhahahaha
Bagah-bagah puduk aneuk jaro tunyok bak bibi. Sstttttt!!
Hahhahaha
Yahwa Sadiya... pertanyaan dari manusia tu emg Hana habeh2 ...la nikah pun Hana habeh2 😅😅😅😅
Pokoknya tanya. Basa basi gak jelas. Ahahaha
Nyoe tapeusapat lam si uroe na 8 boh pertanyaan, Pengko 😊. Takali ju si thon.
8 x 366 = 8366. Nyan hase jih, Lah. Tapi hana beutoi nyan. Ahahahaha
Rupajih Bandet Syik, Pue Chit Dipeugah Vokalis.
Vocalis tapuduk saboh sago. Di lua nyan bandet ju. Pasukan Tuan Takur. Ahahahaa
Hambo!
Cok ju keu beukai. Ahahaha
Bikin pengen bawa bon cabe kemana-mana pas lebaran yak 😁
Hahahaha, memang that gawat pertanyaan. Alah ilon awai nikah baru kemudian selesaikan kuliah. Meuhan habeh teuh.