Mengenal Berbagai Bahan Kain Untuk Mukena/Telekung
Beberapa bulan lagi akan masuk bulan suci Ramadhan. Tidak terasa, bahkan kita sudah hampir melewati dua bulan penuh sejak 2018 dimulai. Biasanya, di bulan-bulan ini, produsen mukena akan memperbanyak jumlah produksinya untuk mengejar permintaan yang melonjak di bulan Ramadhan. Termasuk diriku. Ya aku, seorang produsen mukena dengan label “AUFADINA”.
Sejak 2015, aku berkecimpung dengan dunia mukena. Yang awalnya membeli mukena yang sudah jadi kemudian menjualnya, selanjutnya di 2016 aku mulai mem-produksi mukenaku sendiri. Jika dihitung, sudah 3 tahun aku menyelami dunia mukena dan bahan-bahannya ini.
Sekarang, aku ingin mengajak para steemian untuk mengenal berbagai bahan yang cocok atau biasanya dijadikan mukena. Apa sajakah itu?
1. Katun Jepang.
Sudah sejak beberapa tahun belakangan ini, mukena tak lagi hanya berwarna putih, tapi sudah dibanjiri dengan berbagai warna dan motif menarik. Semakin kesini, produsen mukena juga semakin kreatif mencari bahan. Salah satunya adalah Katun Jepang.
Sesuai namanya, Katun Jepang ini sebenarnya berasal dari Jepang, yang kemudian setelah munculnya banyak permintaan bahan ini, maka perusahaan kain seperti PT. TOKAI dari Jepang mulai memproduksi bahan ini di Indonesia. Bahan ini kemudian dikenal sebagai Katun Jepang Twill Tokai. Tak kalah dengan Katun Jepang yang ada di Jepang, Katun Jepang yang ada di Indonesia mempunyai kualitas yang sama, namun diproduksi di Indonesia untuk menekan biaya masuk yang besar, dan untuk menekan harga agar tidak mahal di pasaran.
Bagaimanakah karakteristik Katun Jepang, sehingga dapat dijadikan favorit pembeli sebagai pilihan untuk mukena?
Yang pertama adalah “Motif”. Katun Jepang dikenal dengan motifnya yang shabby chic, dan warna-warni yang enak dipandang mata. Bagi pemerhati Negara Jepang atau Korea, kita akan sering melihat furniture mereka yang dialasi oleh bahan-bahan bermotif shabby chic yang biasanya didominasi oleh motif bunga.
Kedua, adalah “Kerapatan Serat”. Katun Jepang Twill buatan PT. Tokai dikenal dengan seratnya yang lebih rapat dibandingkan “katun jepang lokal ala-ala”. Sehingga bahan berjenis katun ini lebih nyaman dipakai dan tidak panas.
(Foto: Dokumen pribadi @fidaarfah)
Lalu apa itu “Katun Jepang lokal ala-ala”? Katun ini sebenarnya tidak mempunyai karakteristik bahan dan serat seperti Katun Jepang Twill buatan PT. TOKAI Jepang. Hanya saja, para pabrikan pembuat/peniru katun jepang, membuat versi yang jauh lebih murah hanya berdasarkan motif shabby chic nya saja. Namun jika kita pegang bahannya, akan terasa jauh lebih kasar, kaku dan juga panas. Jika dijual di pasaran, harganya pun jauh lebih murah.
2. Rayon Viscose/ Rayon Import/ Rayon Zara.
Banyak sekali ya namanya. Namun, walaupun namanya banyak, tapi mereka adalah jenis bahan yang sama. Rayon Viscose berbeda dengan rayon biasa yang sering dipakai pada “Mukena Bali”. Rayon Viscose dikenal dengan kerapatan seratnya, lebih dingin, juga lebih lembut dalam warna.
Aku juga menggunakan bahan ini untuk produk mukenaku, dan bagiku bahan ini masih menjadi favorit karena sangat nyaman dan dingin dipakai. Belum lagi warna-warni polosnya yang bagus-bagus. Selain berwarna polos, Viscose juga mengeluarkan bahan bermotif. Namun, untuk labelku, aku masih belum menyediakan mukena viscose yang bermotif karena harganya masih jauh lebih mahal dibanding yang polos. Sedangkan harga mukena rayon Viscose polos itu masih sama dengan harga mukena Katun Jepang.
Karakteristik Rayon Viscose: Bahannya jatuh dan lemas, sangat dingin dan lembut, sedikit mudah kusut namun juga mudah rapi kembali jika digantung dan dilipat dengan baik, mempunyai warna-warni lembut, Jika dicuci akan terasa sangat berat ketimbang disaat kering.
(Foto: Dokumen pribadi @fidaarfah)
3. Katun Toyobo
Belakangan, katun Toyobo juga terdengar gaungnya karena dipakai oleh berbagai brand fashion muslim untuk gamisnya. Ternyata, bahan ini juga berasal dari Jepang. Nah, aku menemukan bahan ini ternyata juga cocok untuk dipadukan sebagi bawahan/rok mukena katun Jepang. Walau harganya sedikit lebih mahal dari katun jepang, tapi hasil dari perpaduannya memuaskan. Toyobo juga dikenal tidak panas, karena pada dasarnya memang katun dan lagi-lagi berserat rapat dan kuat. Begini nih jadinya jika bahan toyobo dijadikan perpaduan bahan mukena:
(Foto: Dokumen Pribadi @fidaarfah)
4. Katun lokal putih
Katun lokal berwarna putih ini biasanya untuk mukena yang dibordir, selayaknya mukena yang selalu kita lihat sejak dulu. Walaupun, sekarang sudah banyak sekali mukena dengan berbagai motif dan warna, namun mukena yang memakai bahan katun berwarna putih dan di bordir ini pun masih banyak sekali peminatnya. Aku sendiri adalah pengagum mukena berbordir, karena ketika kecil selalu melihat ibuku menjahit dan membordir mukenanya sendiri. Bordir mukena pun banyak jenisnya. Namun aku menyukai bordir manual, karena ada kelihaian tangan seseorang disana untuk menciptakan sebuah seni lukis berbahan benang diatas kain.
5. Rayon biasa/lokal
Rayon ini dikenal sebagai bahan untuk “Mukena Bali”. Harganya sangat terjangkau karena murah. Berbeda dengan rayon viscose, rayon biasa ini berbahan lebih tipis, serat benang lebih jarang, lebih cepat pudar, namun juga dingin karena tipis.
6. Velvet Semi Sutra
Bahan ini adalah bahan mukena putih dengan versi agak mahal. Bisa juga dibordir, dan biasanya dijual dengan harga diatas Rp 400.000 – 800.000. Karakteristik dari bahan ini adalah, bahannya jatuh, mengkilap, terkesan mewah, namun tidak panas.
7. Silky
Nah untuk bahan ini, sebenarnya tidak aku rekomendasikan. Namun, karena baru-baru ini, beberapa produsen mukena menggunakan bahan ini untuk mukena, maka aku juga akan membahasnya. Mengapa tidak aku rekomendasikan? Sebab bahannya sangat tipis dan menerawang. Dan bagiku, bahannya tidak layak untuk mukena. Keunggulan dari mukena berbahan silky hanyalah motifnya yang sangat cantik dan harganya jauh lebih murah dari mukena “Katun Jepang.”
Itulah beberapa bahan yang biasanya dibuat produsen untuk mukena. Dari ketujuh bahan diatas, aku lebih merekomendasikan bahan Katun jepang, Rayon Viscose, dan Katun lokal berwarna putih yang dibordir. Karena harganya masih rata-rata. Tidak mahal, tapi juga tidak terlalu murah. Sesuailah dengan kualitas bahannya, juga tak perlu mengocek dompet sampai bolong atau menjebol mesin ATM, ya. Hehehehe…
bisa ini steemit jadi berdagang juga. dapat dari steemit dapatv juga dari hasil orderan. detail informasinya. makasih
betul-betul betul
Wah. Rupanya ada kerjaan sampingan juga. Ini yang lebih ngerti momsky (@divinnahb) kayaknya. Sukses ya kak untuk usahanya. Amiin.
hehehehe.. yoih Pak Pilo. Kalo pas lagi nggak komen di grup atau di steemit.. berarti sedang berdagang Pak :D
Bisa pesan ga,,, byrnya pake sbd,,, heheeh,,,
hehehehe.... bisa nggak yaaa
Follow me for upvotes | Send 0.200 Steem or 0.200 SBD and the URL in the memo to use the bot for a resteem and to get over 5 upvots.
Bahan dasar lokal belum ada y?
Ada diatas pak @bagindooo
Kelewat y..td bacanya tq
Banyak amat jenisnya. Beragam dengan berbagai kegunaan. Salah menggunakan salah merasakan. Terima kasih atas detil informasinya kak
betul sekali adrianhabibi
Informasi yang bermanfaat sebelum belanja nih....
Bahan apapun itu. Yang terpenting pakailah bahan yang bisa memberi kenyamanan saat kita sedang menggunakannya dalam salat. Tidak perlu yang macam-macam ataupun bahan yang mahal harganya. Kalau saya pribadi mencari mukena yang berbahan adem atau dingin. Jadi, saat saya pakai salat saya bisa dengan nyaman dan bisa khusuk. Itu bagi saya yang terpenting. Sukses dan salam mba Fida.
betul sekali kak. yang penting nyaman dan dingin>
kalo yg dingin saya paling suka bahan viscose
Tulisan yang informatif dan inspiratif. Bisa jadi rujukan untuk yg mau mulai home industri mukena. Salam.
salam juga Pak. terima kasih
Kalau Sri lbh suka pake bahan katun dan rayon kak. Dingin dan gak berat. Baru tw ni kk @fidaarfah ternyata produsen mukena. Dimana ya alamat kalau kami mau liat koleksi mukenanya?
Kakak kan di Depok, Sri.
Kalau mau lihat2 koleksinya bisa di IG: @aufadina_store ya
Sip kakak. Sapa tw kita bisa jd partner. Sri yg psrkan scra online. Hihii