My First Story
Hai Steemians.
Wah... jadi newbie di komunitas baru nih. Terus terang saya masih tergagap-gagap dengan Steemit.
Lewat sebuah pertemuan yang sama sekali tidak direncanakan saya mengenal Steemit langsung dari Steemit Ambasadornya, mbak @mariska.lubis.
Bener-bener sebuah pertemuan yang tidak direncanakan. Waktu itu saya pulang kerja bersama rekan saya dan entah kenapa saya ingin stay and relax sebentar di rumahnya. Tak lama kemudian Mbak Mariska datang untuk menjemput suami dan anak-anaknya yang sudah ada lebih dulu di rumah teman saya.
Mbak Mariska ini adalah tante dari teman saya. Walau sudah larut malam, kami sempatkan sedikit ngobrol, sampai akhirnya sang tante (yang umurnya lebih muda dari saya) menjelaskan sedikit tentang Steemit.
Singkatnya pada kesempatan itu, Saya mencoba memberanikan diri menunjukkan kepadanya beberapa tulisan yang saya buat. Setelah membacanya, surprisingly dia meng-encourage saya untuk bergabung saja dengan Steemit.
Beberapa hari setelah pertemuan itu saya mencoba untuk subscribe di Steemit, tapi berbeda dengan applikasi lainnya, enrolment saya tidak instantly di-approved. Aneh... pikir saya waktu. Mau nanya mbak Mariska nggak bisa. Perkenalan saya waktu itu dengan beliau memang benar-benar sambil lalu. Jangankan nomer hp, berkenalan nama pun tidak. Jadi saya tidak tau nama dia siapa, dan saya yakin diapun tidak tau nama saya. Hehehehe...
Alhamdulillah kira-kira seminggu setelah itu ada notification di email saya bahwa account saya diapprove. Setelah itu saya coba explore Steemit. “Waduh... ini sih media para Pro!” Kata saya dalam hati. Rata-rata anggotanya adalah blogger. Membaca postingan Steemians sangat membuat saya ciut. Terutama setelah melihat profile mbak Mariska. Ngeriiiiii! italicHow can I compete them?
Nggak usah compete deh, paling tidak sekelas di bawah merekapun mungkin saya nggak nyampe.
Saya ini memang gemar menulis, tapi cuma buat diri sendiri. Naturally otodidak. Saya produk jaman baheula yang sempat terkagum-kagum pada sosok-sosok ngetop jaman 80-90an seperti Arswendo, Jay Bimo, Hilman dll.
Sejak dulu saya nggak suka alias super sebel baca Novel yang tebal-tebal. Yang saya suka hanya cerpen-cerpen di majalah Hai, Anita, dan sedikit-sedikit cerpen di majalah Mangle. Hehehehe.....Tua Banget ya? Iyaah.
Pujangga-pujangga majalah mingguan itulah yang membuat saya kagum, dan mendorong saya sedikit-sedikit mencoba menulis puisi. Hanya saja sayangnya saya tidak tertib, puisi-puisi yang saya tulis sekenanya di lembaran kertas bekas, saya biarkan tercecer. Apalagi kalau puisi itu akhirnya ngelantur jauh dari niat awal penulisannya.
Sampai akhirnya suatu saat saya membaca buku kumpulan puisi milik kakak saya.
“Teh... ini puisinya bagus-bagus” pujiku setelah membaca satu dua halaman.
“Itu kan kamu yang nulis De, masa nggak kenal sama puisinya sendiri?” jawab kakak saya. Saya tidak percaya kalau itu puisi-puisi saya. Tapi hal itu cukup membuat saya menjadi lebih rajin menulis puisi, walaupun tetap saja saya tidak pernah bisa tertib mengumpulkannya. Mungkin karena ilham penulisan sering datang tiba-tiba dan akhirnya sayapun menuangkannya sembarangan.
Sampai tua pun kebiasaan itu tetap begitu, tak pernah berubah. Saat tekhnology memberi kemudahan lewat gadget yang bisa dibawa ke mana-mana, saya mulai belajar menulis cerpen. Sambil istirahat atau bengong di kendaraan umum saya bisa asyik sendiri menulis puisi atau cerpen. Sayangnya saya nggak pernah concern untuk menyalin atau mem-back upnya ke media lain. Kalau HP saya hilang atau dijual, yaaa tulisan itu lenyap begitu saja.
Bagi saya lebih penting menuangkannya daripada mengumpulkan dan kemudian menunjukkannya kepada orang lain. Mudah-mudahan dengan bergabung dengan Steemit saya bisa lebih tertib, lebih organized. Aamiin.
So Steemians here I come ....😀
Cheers - ade mukti
Note:
Cover Majalah Hai Dok kaskus.id
Hello, I'm Oatmeal Joey, and you are coo.
Hi Joey...: thank you. its very kind of you.