Berani Pencet Tombol
Dulu guru fisika kami di SLTP menjelaskan bahwa AC adalah "alternating current" (arus bolak-ballik), istilah yang berhubungan dengan arus listrik. Ingatan itu tertancap di benak sampai puluhan tahun kemudian ketika saya memiliki mobil. Di antara sekian banyak tombol di dashboard, ada satu yang bertuliskan AC. Untuk yang satu ini saya tidak berani menyentuhnya, takut terjadi apa-apa.
Untuk mendinginkan udara di kabin, setiap kali berpergian saya selalu membuka jendela, meski angin dari luar tak lagi bersih lantaran polusi. Atas usul teman, saya pasang kipas angin kecil di dalam mobil. Lumayan.
suatu hari saya harus mengantar ibu seorang teman saya. Ia bertanya, apakah mobil dilengkapi dengan pendingin ruangan. "Oh tidak!" jawab saya. "Lho, kok ini ada tombol AC-nya," katanya sambil menunjuk tombol di dashboard. "Oh, itu tombol listrik bolak-balik." Karena gerah wanita itu memaksa saya memencet tombol itu. "Maaf, Bu. Ini mobil saya. Tentu saya lebih tahu daripada orang lain."
Diam-diam tanpa sepengatahuannya, saya pencet tombol tersebut. Tiba-tiba kehidupan segera berubah, udara di dalam kabinjadi sejuk, segar dan menyenangkan. Semua itu hanya karena sentuhan jari.
Saya tersadar, betapa jutaan ide dan talenta yang tertanam dalam diri manusia bisa hilang begitu saja kalau yang bersangkutan tidak pernah memakainya. Padahal, bila seseorang mau dan berani mencobasesuatu yang baru, secara signifikan pasti akan memperkaya kehidupan, baik untuk dirinya sendiri maupun orang lain.
Lantas apa yang membuat kita enggan memencet "tombol-tombol" keberanian hati, keahlian atau pengembangan diri? Tak lain adalah loyalitas masa lampau, kesetiaan pada orang lain, ketakutan akan hal-hal baru dan devaluasi diri.