Filosofi Rindu "masa depan ditangan siapa?"
Malam begitu gelap tanpa bulan
Seolah awan ingin bercerita tentang diri nya
Awan begitu hitam ketika malam
Ntah karena bulan yang hilang
Menunjukkan cerita yang tak pasti
_______________________________________________00_______________________________________________
Banyak orang yang pasrah karena hilangnya harapan, harapan yang dibangun karena tujuan, tujuan yang menjadi target masa depan. banyak kisah yang menggambarkan seseorang di penghujung malam, mereka bergadang karena tujuan, begitu berkeseinambungan, mempunyai sinkron yang luar biasa.
aku terdiam dalam pengamatan yang sangat, sosok Sabir yang berharap jadi matahari malah diangkat menjadi raja awan.
kisah yang selama ini aku baca dalam diam, aku renungi sebagai penghayatan, akhirnya ku tuliskan dalam sebuah pengharapan agar pembaca punya rasa sadar akan pentingnya kehidupan.
Hari itu Sabir prustasi karena tak bisa melanjutkan study ke perguruan tinggi, bukan karena tak sanggup dibidang materi tetapi seolah tak ada dukungan dari ayahnya. suata hari ayahnya memanggil dia untuk menanyai bagaimana keinginan dia setelah tamat dari SMA, dia sebenarnya telah lulus di sebuah universitas di kota dia tinggal. tapi seolah tak ada restu dari ayahnya karena dia lulus di jurusan Informatika Komputer, yang mana ayahnya punya mindset bahwa jika ingin menguasai komputer, kursus merupakan jalan yang bagus karena perkuliahan hanya akan menghabiskan umur saja. Perbincangan hari itu Sabir mempunyai beberapa opsi pilihan untuk perkuliahannya. Yang pertama dia bisa kuliah di jurusan keperawatan dengan dalih dia bisa berguna kepada masyarakat karena bisa merawat mereka yang sakit sehingga tidak sia-sia dia kuliah. yang kedua dia bisa kuliah jika mengambil jurusan Keguruan dengan harapan dia akan berguna bagi masyarakat karena bisa mengajari anak-anak bangsa dan itu merupakan pekerjaan yang mulia. yang terakhir dia tidak kuliah tetapi dia bisa mengaji di kampungnya sebelum menyambung perkuliahan di tahun berikutnya. pilihan ditangan Sabir tapi opsi ayahnya yang menentukan. dia kebingungan dan tak tau harus berbuat apa karena Sabir ingin menjadi seorang Dokter, bukan perawat. karena menurutnya dokter mempunyai tugas yang lebih besar Terhadap masyarakat dan dokter juga tak kalah mulia dari Perawat,Guru, dan sebagainya. bahkan belajar ilmu kedokteran merupakan fardhu kifayah (jika tidak ada yang menuntut ilmu itu di suatu kampung, maka berdosalah seluruh isi kampung tersebut). bahkan dokter belum ada di Desa tempat dia tinggal tapi apa daya ayahnya punya pengharapan lain terhadapnya. Akhinrya Sabir memilih untuk mengaji di desanya.
...................................
Setelah beberapa bulan Belajar, Sabir merasa betah dan bahagia dengan pilihan yang menjadi opsi ayahnya, dia sangat bersyukur ternyata mengaji merupakan salah satu jalan untuk mendekatkan diri kepada Tuhan, bahkan dia tidak punya niat untuk melanjutkan keperguruan tinggi. dia juga sempat marah kepada kakak sepupunya yang terus menanyakan masa depannya karena tidak melanjutkan perkuliahan,"Memang kuliah itu yang akan menyelamatkan dari sakaratul maut?"
"Apa perkuliahan itu yang akan menjamin masa depan seseorang?"
dan banyak pertanyaan lain yang dia lontarkan. pengajian yang dia jalani benar-benar mengubah hidupanya 360 derjat dan Sabir juga sangat menikmati hal itu.
Kegiatan dia di pagi hari ialah ke sawah ataupun kekebun dan siang nya dia mengaji sampai malam dan disambung sampai subuhnya. dia tak pernah sekali pun mengeluh, dia nampak menikmati dan bersyukur dengan pilihannya.
Ada kata pepatah "orang yang sabar itu akan bertuah" itu yang menjadi motivasi dia untuk tetap bertahan di dalam pengajian. sesekali dia juga disuruh mengajar oleh ustad nya, yang awalnya dia tak suka untuk menjadi guru tetapi akhirnya dia sangat senang dengan itu. saya teringat sebuah pepatah "jangan membenci sesuatu secara berlebihan nanti kamu akan menyesal, begitu juga sebaliknya jangan mencintai sesuatu secara berlebihan juga." dan kehidupan sabir ini mengajari saya banyak hal. yang pertama ialah :
laut tidak akan indah jika tidak bergelombang
Awan tidak akan seram jika transparan
kehidupan akan hambar jika tidak ada pengalaman