Antropologi Aceh : Gejala Budaya dan Gejala sosial
Pada bab ini penulis pak @kba13 menjelaskan tentang Kajian Antropologi yang lebih banyak berupaya menjelaskan kebudayaan. dalam Acehnologi Kajian terhadap budaya telah dipaparkan, Karena itu pendekatan antropologi nampaknya sangat berperan utuk menafsirkan budaya Aceh. Hanyasanya jika disebutkan istilah Antropologi Aceh, salah satu tugas utama adalah melakukan penerapan terhadap teori-teori ilmu yang berbasis spirit Aceh dengan tujuan untuk menganalisa budaya Aceh.
Kajian Antropologi Aceh, ingin menguraikan lebih luas lagi mengenai kebudayaan yang dihasilkan oleh rakyat Aceh, hingga mampu bertahan dari setiap serangan dan kepungan yang ada , baik dari Belanda maupun dari Republik Indonesia sendiri. Kehadiran Aceh dengan segala pengalaman kepungan kebudayaan (penjajah, Indonesia, Melayu, Barat) mengajak kita untuk memahami apa sebenarnya yang dimiliki oleh Antropologi Aceh. Sisi Antropologi memang landasan awal untuk memunculkan ilmu Acehnologi. Setelah memahami sejarah, filsafat, sosiologi yang ada di Aceh.
Sejauh ini warga asing bebas berkeliaran di Aceh, baik dengan cara hanya berlibur, bahkan sampai mengangkut hasil bumi ke Negeri mereka, semua ini tidak sembunyi melainkan dengan sepengetahuan pemerintah. Namun dalam hal ini istilah investasi menjadi posisi aman sekaligus menjadi kata keramat dalam pengoperasian rencana mereka. Tidak ada larangan yang terkalu kersa dari pemerintah bagi mereka menenai pengambilan hasil bumi Aceh, keadaan ini menyimpulkan bahwa kebiasaan orang Aceh lebih suka diberikan sejumlah uang. Dalam arti kata , secara tidak langsung orang Aceh rela mengatakan "silahkan saja ambil hasil bumi kami", mengapa? karena orang Aceh sudah bahagia dengan setumpuk uang yang bahkan sebelumnya tidak dimimpikan apalagi sampai memilikinya.
Sebaliknya, orang Aceh tidak punya daya untuk melakukan hal ini untuk mengambil hasil bumi di negara-negara Asia Timur. Kajian antropologi pada Acehnologi ini sebenarnya upaya penulis @kba13 untuk membuat kita sadar bahwa kedatangan mereka ketempat – tempat tertentu merupakan dua mata koin yang tidak dapat dipisahkan dan berbeda diantara dua sisinya.
●Pemuliaan Terhadap Sapi●
Berbicara tentang sapi masyarakat Aceh merasa kelimpungan dengan binatang ini, khususnya ketika menjelang bulan Ramadhan dan hari raya Idul Fitri dan Idul Adha. Bahkan terkadang untuk mendapatkan sapi harus didatangkan dari luar Aceh untuk menampung dan memenuhi keinginan orang Aceh untuk makan daging sapi. Tidak hanya itu , harga sapi di Aceh nyatanya sangat mahal. Sehingga Sapi yang ditabrak dijalan raya sang pemilik malah meminta agar penabrak membayar sapinya, bukan sebaliknya. Artinya keselamatan sapi lebih mulia dari keselamatan manusia.
Ada beberapa faktor mengapa sapi bisa terbilang berharga di Aceh, alasannya yaitu, pertama karena dalam sejarah orang Aceh dahulu selalu makan nasi, hanya orang kayalah yang makan dengan ikan, sedikit sayuran dan orang besarlah yang makan ayam dibakar diatas arang atau direbus untuk makanan mereka satu hari penuh .
Di Aceh dikalangan masyarakat tradisional, mereka tidak meminta harta dari orang kaya, melainkan hanya meminta sepasang sapi yang kemudian sapi tersebut diternakkan. Dalam sejarah orang kaya Aceh pada era 1970-an dan1980-an sapi atau kerbau adalah aset yang sangat paling diminati, tidak sedikit mereka yang kaya hari ini dulunya pernah melakukan bisnis jual sapi.biasanya setelah dijual mereka menyimpan uangnya untuk membeli emas atau bahkan membeli tanah sebagai investasi hidup yang akan mendatang dan sapi merupakan dari baynah (harta) yang sangat berharga.
Bagi rakyat tradisional Aceh seseorang yang sukses ialah mereka yang memiliki emas, tanah, dan ternak, walaupun kondisi rumah mereka sangat tidak sejahtera, namun baynah mereka sangat luar biasa.emas dianggap sebagai harta abadi yang bisa digunakan , mulai dari perkawinan hingga naik haji, dan tanah merupakan harta yang sangat dihormati karena menyangkut status sosial.
Inilah potret bagaimana sapi emas dan tanah memainkan peran yang cukup signifikan dalam kehidupan masyarakat Aceh. Namun sekarang konsep baynah ini tidak begitu diperhatikan. Sekarang sawah yang dulu terhampar luas nan hijau kini sudah berubah wujud menjadi “tanaman, toko-toko dan perumahan, bahkan area perkantoran.
Uraian diatas merupakan gejala budaya dan gejala sosial di Aceh yang terjadi pada era kontemporer. Tentu saja perubahan kebudayaan tersebut memerlukan kerangka keilmuan yang berdasarkan pada nila-nilai sudah tergantikan, namun salah satu fungsi utama dari Antropologi Aceh adalah menggali sistem cara pandang masyarakat Aceh kemudian akhirnya dipantulkan pada konteks kekinian.
Paparan diatas merupakan contoh nyata bagaimana perubahan cara pandang atau cara berpikir orang Aceh dari masa kemasa yang menuntut penjelasan secara teoritik. Disinilah peran Antropologi Aceh di dalam menjelaskan perubahan-perubahan tersebut.
Maka dalam hal ini Acehnologi berperan untuk mengembalikan kembali cara berpandang orang Aceh yang mungkin atau bahkan hampir pudar ditelan masa.
Artikel bagus