ACEHNOLOGI DALAM PENGUMULAN IDENTITAS: Gayo Dalam Konteks Ke-Aceh-an

Sumber foto: instagram post by Aceh

Dalam bab ini penulis menguraikan kembali bagaimana identitas Gayo dalam konteks ke-Aceh-an. Penulis @kba13 mengatakan bahwa ia merasa bahwa Gayo seperti Aceh pada era 1970-1980-an , penulis mengungkapkan ini pada salah seorang dosen juga di UIN ketika perjalanan menghadiri pesta undangan di Bener Meriah. Karena struktur bangunan yang dan model perkawinan yang jarang sekali di jumpai di bagian Aceh lainnya, apalagi dikawasan urban seperti Banda Aceh kini.

Dalam acara perkawinan itu, mereka meletakkan semua hidangan di lantai, dengan pola kebersamaan. Tidak ada hidangan ala prancis, yang dimana nasi diletakkan dimeja, pisah dengan lauk-paukya, dan ketika mengambilnya antri , ambil sendiri-sendiri dan tempat makannya pun kadang tidak berdekatan alias berjauhan.

Penulis juga mengungkap mengapa orang gayo dalam baju adatnya dominan dengan warna hitam, karena rumah adat gayo yang berwarna serba hitam, yang hampir mirip dengan rumah Aceh secara keseluruhan. Gayo juga terkenal dengan kopinya, kopi memberikan brand image kepada Gayo di pentas Nasional.

Nyatanya kopi telah menyukseskan banyak kehidupan mereka yang ada di Gayo.

Kesan Gayo yang penulis tuliskan banyak mengenal meraka dengan nuansa mistik, ketimbang rasional. Citra orang gayo yang banyak berkawan dengan teman sedaerah dan tidak mau mengakui kalau dirinya merupakan bagian dari suku Aceh. Tentu saja kesan ini belumtentu semua benar, akan tetapi ini kesan yang timbul secara alami dari sang penulis.

Bab ini berusaha menyampaikan bahwa terdapat sejarah struktur politik dan budaya lokal yang sangat ketat yang dibalut dengan kedatangan islam, dan salah satu nya adalah Gayo.

Keluar dari Aceh Gayo ada pada istilah negosiasi identitas. Karena gayo telah mengalami proses sejarah yang dikenal dengan perubahan politik dan cara pandang mereka mengenai tentang kebuayaan, maka dalam hal ini identitas Gayo ingin dinaikkan menjadi peradaban.

Simpulnya identitas Gayo dan kontruksi identitas ke-Aceh-an tidak bisa dipisahkan sama sekali, karena hubungan kuat keduanya dalam sejarah kerajaan Aceh.