Melestarikan Ingatan Sejarah Sembari Jalan-Jalan
Seorang pria dalam kultur Jawa, konon harus memiliki lima hal dalam genggamannya yakni Wanita, Wisma, Turangga, Curiga dan Kukila. Poin pertama dan kedua Saya rasa tidak perlu diperjelas lagi karena juga dikenal dalam Bahasa Indonesia, poin ketiga turangga berarti tunggangan yang di masa lalu biasanya direpresentasikan dengan kuda, Curiga adalah kewaspadaan yang lalu direpresentasikan dengan kepemilikan pusaka dan yang terakhir menurut Saya ini adalah yang paling menarik, Kukila yang berarti suatu kegemaran, bersifat rekreatif dan relaksasi. Saat Saya pertama kali mendengar konsep ini pada pelajaran Bahasa Jawa di bangku SMA, Saya jadi sadar bahwa sejak jaman baheula, para leluhur Kita sudah mengenal bahwasanya kehidupan tak akan lengkap tanpa unsur “Kukila” yang jika dibawa ke masa kini adalah sebuah hobi.
Bicara soal hobi, saya memiliki beberapa hobi standar laiknya orang kebanyakan seperti menggambar, lalu untuk olahraga Saya sangat menggemari tennis yang sayangnya semakin lama justru jarang bisa Saya salurkan kembali karena jarangnya teman sebaya Saya yang gemar cabang olahraga yang satu ini. Tapi sebetulnya, hobi yang paling saya gemari dan akan Saya ceritakan adalah blusukan! Bukan blusukan dalam konteks seperti yang giat dilakukan oleh Bapak Presiden Joko Widodo, namun blusukan disini adalah menelusuri jejak-jejak sejarah, baik berupa fisik yakni bangunan, infrastruktur kuno, artefak dsb sembari jalan-jalan.
Hobi jalan-jalan sembari menelusuri sejarah ini betul-betul sesuatu yang Saya gemari, hingga Saya merasa tanpa jalan-jalan dalam sebulan saja, bak ucapan Pramoedya Ananta Toer tentang hobi, “menjadi manusia bak sebongkah batu tanpa semangat.” Kalau Saya ingat-ingat sejak kapan punya hobi ini, bisa dibilang sejak kecil, karena sejak kecil kalau berkunjung ke lokasi-lokasi bersejarah semacam keraton, benteng dan candi, sudah pasti Saya bakal bikin repot orang tua Saya, tanpa pengawasan ketat Saya bakalan “ilang” karena terlalu asyik menelusuri sendiri detail-detail yang bagi Saya unik. Hobi ini lalu benar-benar bisa tersalurkan saat saya SMA, dimana akhirnya Saya memiliki “Turangga” Saya sendiri. Ditambah pada saat itu, tahun 2007, akses internet sudah lumayan terjangkau. Saya menemukan sebuah situs pribadi yang memuat tentang bermacam arsip-arsip sejarah tentang kota dimana saya dibesarkan yakni Semarang , yakni laman semarang.nl. Menariknya di situs ini Saya menemukan sebuah peta kuno keluaran tahun 1920, dan saat saya bandingkan dengan peta kondisi terkini, sangat mirip. Tentunya gedung-gedung dan jalan-jalan yang tercantum telah berganti nama. Nah saat itulah hobi blusukan saya semakin menjadi-jadi, dan untuk mengabadikannya Saya mencoba untuk menulis pengalaman blusukan Saya di laman blog pribadi dan dengan nekat, bahasa yang Saya pakai adalah Bahasa Inggris, he-he belagak dikit lah, karena Saya berharap cakupan blog Saya lebih luas.
Menekuni hobi yang tergolong “aneh”, tidak mudah juga pada awalnya. Lokasi-lokasi yang dituju seringkali salah dan pada saat tiba di lokasi, medan yang dilalui sangat susah, atau lokasi yang dituju sudah lenyap. Mencoba mengulik sejarah lokasi tersebut juga ada mendapat pengalaman unik tersendiri. Disangka orang kurang kerjaan sudah hal biasa, dan bagi Saya tidak masalah selama dapat beberapa cerita soal lokasi yang dimaksud, namun bisa juga diusir karena disangka hendak melakukan survey untuk penggusuran (karena banyak juga yang kondisinya sengketa), disangka cari tempat uji nyali, sampai disangka hendak mencari harta karun. Ditengah-tengah kendala menekuni hobi ini fase naik-turun pasti ada, namun Alhamdulillah, tak pernah menemui kata bosan, bahkan semakin menemukan hal-hal unik lainnya bahkan laman-laman web baru yang mendukung untuk pengecekkan keakuratan sejarah temuan-temuan baru Saya.
Konsistensi memang kunci, pada 2012 adalah momentum yang tak pernah Saya lupakan karena blog Saya semakin dikenal akhirnya membuat Saya bisa berjejaring dengan para peneliti, khususnya dibidang sejarah dan arsitektur kolonial. Di tahun yang sama bersama beberapa teman-teman kuliah, mendirikan Komunitas Sejarah Lopen Semarang yang akhirnya banyak memberikan edukasi sejarah kepada anak muda melalui saluran-saluran alternatif seperti jalan-jalan, produksi dan apresiasi film, pameran, dsb. Kenekatan dalam mengelola laman blog dengan Bahasa Inggris juga akhirnya membuat banyak orang-orang diluar sana, utamanya Belanda yang ingin menelusuri jejak sejarah keluarganya, terbantu dan saat mengunjungi Semarang bisa Saya hantarkan ke lokasi-lokasi yang akhirnya Saya tau dengan jelas lokasinya karena sebelumnya sebagian besar sudah pernah Saya telusuri. Ada perasaan haru dan puas saat bisa menjadi bagian dari proses yang tentunya sangat personal itu, penelusuran jejak sejarah keluarga.
Menyelakan waktu untuk sebuah hobi, pastinya tanpa suruhan, tanpa paksaan dan tentunya tanpa bayaran! Beberapa hobi bahkan bisa juga menghasilkan keuntungan, atau suatu hasil yang biasanya tidak diduga-duga. Tak hanya soal keuntungan materi namun bisa juga akses, jejaring dan kesempatan. Melalui hobi Saya ini bahkan suatu kali Saya pernah menghantarkan Menteri Pendidikan, Kebudayaan dan Ilmu Pengetahuan Belanda, Ms. Jet Bussemaker menelusuri kembali jejak sejarah keluarganya yang ternyata ada di salah satu pemukiman lawas di Semarang. Berhubung beliau adalah tamu kenegaraan, mungkin itulah satu-satunya pengalaman blusukan Saya dengan pengawalan ketat dari aparat keamanan.
Bagi Saya pribadi, melalui hobi ini ada perasaan bahwa sedikit-banyak bisa berkontribusi kepada Kota Semarang, tempat Saya dibesarkan pada khususnya untuk melestarikan memori sejarahnya. Dari situ ada kepuasan batin tersendiri, apalagi jika mengingat bahwa hobi ini sudah dilakoni sejak bertahun-tahun silam. Namun bisa disimpulkan juga bahwa melalui hobi, setidaknya aktivitas-aktivitas yang bersifat rekreasional ini akan tetap menjaga jiwa Kita tetap “waras” ditengah-tengah permasalahan hidup yang tentunya setiap waktu akan semakin banyak Kita temui.
Terimakasih untuk dukungannya, Komunitas Steemit Indonesia, juga kepada para Kurator Indonesia yakni @aiqabrago dan @levycore
Salam Komunitas Steemit Indonesia!
Halo @yogifajri! Kami upvote..
terimakasih bung @puncakbukit
hobi yang anti mainstream di padu dengan tulisan yang keren
Terimakasih banyak mbak @ririn :) ayo mbak kapan-kapan kalo senggang blusukan hehe
Sukaaaa Bung!! Lanjoetkan!
Matur nuwun bung! Mari kita realisasiken agenda jang tertunda :D
hayukkkkk :D