Pasien Gangguan Jiwa Juga Bisa Menggambar
Pasien gangguan jiwa dan gambar yang mereka buat. Foto doc. Griya Schizofren Aceh
Ini kisah tiga tahun yang lalu, saat komunitas Griya Schizofren Aceh (GSA) terbentuk pada tahun 2015. Kebetulan saat itu aku sedang prkatik profesi perawat di Rumah Sakit Jiwa (RSJ) Aceh.
Aku yang sudah terbiasa berinteraksi dengan pasien gangguan jiwa, tidak ada lagi perasaan takut, was-was, atau berpikiran yang macam-macam terhadap mereka.
Mereka sama dengan manusia lainnya, hanya saja psikisnya sedang terganggu sehingga harus dirawat di RSJ. Terlepas dari itu, mereka layaknya orang biasa yang dapat berkomunikasi, menanggapi lawan bicara, dan bisa disuruh untuk melakukan berbagai hal seperti mencuci motor, membersihkan halaman, dan membantu membagikan makanan untuk teman-temannya yang masih di dalam kerangkeng.
Bagi masyarakat awam mungkin sulit mempercayai aktivitas mereka, termasuk dua orang temanku Zia dan Muiz yang saat itu masih kuliah di sosial politik, dan ilmu komunikasi. Mereka belum pernah berinteraksi secara langsung dengan pasien gangguan jiwa, apalagi untuk datang berkunjung ke rumah sakit jiwa.
Dalam pemikiran mereka orang yang mengalami gangguan jiwa itu sadis, sering berteriak-teriak, suka memukul, dan bahkan membunuh bila mereka merasa terancam. Jadi, saat aku mengajak dua orang temanku itu berkunjung ke RSJ, muncul perasaan panik yang luar biasa. Bahkan Muiz mencari informasi di google tentang Hal-hal yang Harus Diperhatikan Saat berkunjung ke RSJ.
Sayangnya tidak ada satu pun artikel yang membahas terkait hal itu. Dia pun mulai berkeringat dingin dan menggenggam tanganku saat memasuki perkarangan RSJ. Begitu pula dengan Zia yang kelihatan pucat pasi memikirkan hal mengerikan apa yang terjadi beberapa menit ke depan.
Bersahabat dengan Orang Dengan Gangguan Jiwa (ODGJ)
Aku, Zia dan Muiz dikelilingi oleh ODGJ saat terapi lingkungan
Setelah hari itu, stigma negatif yang dipikirkan oleh dua orang temanku terhadap ODGJ hilang bagai debu ditiup angin. Bagaimana tidak, mereka diterima baik oleh pasien-pasin tersebut, bahkan sangat asyik diajak ngobrol.
Walau ada sebagian pembicaraannya yang ngaur dan tingkahnya nyeleneh, justru itu hiburan tersendiri bagi Muiz dan Zia. Akhirnya mereka pun ingin berkunjung lagi dan membawa banyak teman yang penasaran dengan ODGJ.
Maka terbentuklah komunitas Griya Schizoren Aceh yang kemudian membuat program kunjungan setiap hari Jumat pagi ke RSJ. Di sini kami mencoba bersahabat dengan ODGJ yaitu dengan melakukan aktivitas seperti bernyanyi, bermain musik, bercerita, dan menggambar.
Hingga pada suatu hari aku mengusulkan kepada teman-teman untuk membuat terapi menggambar, yaitu menggambar sungai kehidupan ODGJ.
Maksud Hati Ingin Menggambar Sungai Kehidupan, Malah Menggambar Bebas
Aku sedikit sanksi ketika ingin memberikan terapi ini, apakah mereka bisa mengerti arahanku atau justru malah membuat mereka bertambah sakit. Jadi sebelumnya aku berkonsultasi dulu dengan kepala ruang rawat di bangsal itu.
Akhirnya perawat yang bernama Bu Nur itu mengizinkanku membawa 15 pasien yang kondisnya sudah stabil untuk mengikuti kegiatan menggambar.
Sebagian pasien memang sudah tenang, tapi perlu usaha untuk membuat mereka berkonsentrasi dan mengikuti arahan yang diberikan. Karena untuk pasien yang mengalami halusinasi terkadang halusinasi itu muncul secara tiba-tiba yang membuat perilaku mereka menjadi aneh.
Halusinasi adalah salah satu gangguan jiwa yang membuat seseorang mengalami perubahan sensori presepsi sehingga merasakan sensasi palsu, baik berupa suara-suara, penglihatan, pengecapan, perabaan atau penghiduan (Stuart & Laraia, 2005).
Mereka bisa saja tertawa tiba-tiba, atau ngomong sendiri karena halusinansi yang dibentuk oleh pikiran mereka. Makanya sebelum terapi menggambar ini, aku memberikan penjelasan kondisi ODGJ itu kepada teman-temanku yang latar belakang pendidikannya bukanlah dari kesehatan.
Kegiatan menggambar pun dimulai dan para anggota GSA duduk mendamping ODGJ ini dalam kelompok-kelompok kecil. Awalnya kami bermaksud untuk menyuruh mereka menggambar sungai kehidupan, namun mereka susah menggambarkannya secara runtun.
Orang yang mengalami gangguan jiwa juga akan mengalami masalah dengan daya ingat, baik itu daya ingat jangka pendek, panjang, dan daya ingat saat ini.
Ada juga yang susah untuk memegang pensil karena efek kaku yang ditimbulkan obat, atau tangannya yang tremor (gemetar) akibat saraf motoriknya terganggu.
Aku memutuskan untuk tidak memaksa mereka menggambar sungai kehidupan, tapi apa saja yang terpikir oleh mereka. Baik itu kondisi dia sekarang, keluarga, keinginan, atau apa saja yang mau mereka sampaikan melalui kertas putih itu.
Sejauh ini teman-temanku bekerja cukup baik mengarahkan mereka dengan sabar, hingga setiap ODGJ mempunyai gambar sendiri yang siap untuk diceritakan kepada teman-temannya.
Saatnya Bercerita
Dari 15 orang pasien yang mengikuti terapi menggambar, semuanya mempunyai gambar dan dengan cerita masing-masing. Ada yang sedih dan ada pula yang lucu hingga menimbulkan tawa saat mendengarkan mereka bercerita.
Diantara 15 ODGJ itu ada satu cerita yang sangat membekas diingatanku dan juga bagi para anggota GSA. Yaitu sebuah gambar yang dibuat oleh ODGJ berinisal R tentang sisi kelam kehidupannya.
Di gambar itu ada sawah, pohon, sungai, burung, bebek, dua buah rumah, dan satu gubuk kecil di seberang sungai.
R mulai bercerita dengan gambarnya.
“Saya punya bebek, saya punya sawah, tapi saya hanya bisa duduk melihat bebek dan sawah itu di gubuk kecil ini.”
R menunjuk gambarnya, lalu diam sejenak menimbulkan tanya bagi orang-orang yang mendengarkannya.
Lalu Zia mencoba menggali informasi dari gambar itu dengan mengajukan pertanyaan. “Kenapa R cuma diam? Kenapa nggak turun ke sawah untuk menanam padi atau bermain dengan bebek?”
R menunduk, tiba-tiba raut wajahnya menjadi sedih membuat orang-orang disekelilingnya menaruh penasaran akan cerita selanjutnya.
Singkat R menjawab “karena saya dipasung, saya hanya bisa duduk melihat itu semua.”
Ruangan itu lengang seketika meninggalkan suara detik jam dinding yang terus bergerak maju. Satu-satu teman-temanku tertunduk meresapi cerita R yang dipasung bertahun-tahun di gubuk kecil di tengah sawah.
Gambar sederhana itu rupanya menyimpan luka yang amat dalam bagi R. Bertahun-tahun dipasung membuat R tidak bisa menikmati kebebasan hidup, hingga akhirnya dia dibawa ke RSJ untuk mendapatkan perawatan.
Setelah sembuh dia berharap bisa pulang ke kampung dan membantu bapaknya menanam padi di sawah. Dia tidak mau dipasung lagi dan ingin tinggal satu rumah bersama keluarga.
Sisi positif yang bisa diambil dari gambar-gambar yang dibuat oleh ODGJ itu ialah bahwa mereka juga mempunyai harapan dan tujuan hidup. Mereka tidak ingin sakit dan melupakan masa lalunya yang kelam.
Pandangan sebelah mata yang ditujukan orang-orang kepada mereka hanya membuat mereka terkucilkan dan tidak diharapkan. Padahal mereka juga hidup seperti orang normal lainnya yang mempunyai keluarga, pekerjaan, dan masa depan.
Mari kita ubah cara pandang kita terhadap ODGJ dengan menerimanya dalam kehidupan sosial di masyarakat.
Inspiratif. Mudah-mudahan gerakan ini turut memberikan manfaat bagi saudara-saudara kita. Oya, scrizofen juga sering hinggap pada mereka-mereka yang cerdas dengan IQ tinggi. Bahkan, salah satu peraih nobel dunia mengalami hal tersebut.
Iya benar sekali. Pasien-pasien yang saya jumpai di RSJ juga banyak dari orang pintar dan orang yang berada secara financial, tapi sakit jiwa tidak bisa dihindari bila koping diri tidak bagus. Makanya kita perlu menjaganya supaya jiwa kita tidak terganggu.
ODGJ juga manusia. Jadi, kembali memperkenalkan mereka dengan hal-hal seperti disebutkan di atas akan sangat baik.
Nice work, kak
Iya, semoga cara pandang kita terhadap mereka jadi lebih baik.
Yelly tulisan yg bagus sekali. Apalagi waktu part R bilang kalau dia cuma bs liat dan sawah dan bebeknya. Dia dipasung.
Jadi teringat sama metode menggambar sebagai upaya meluapkan masalah. Tapi yel plis ya kalau tulisan kek gini, nama bg ariel jangan di taq. "Aq bertemu bang @arielogis di selasar yang baru saja dibersihkan..
Hahaha, Yel mau nulis bang @arielogis bersama patnernya yang harus buat bantalan kayu untuk pijakan supaya mengimbangi tinggi bang Ariel saat masuk TV aja lah.
Terkadang, orang yg kepribadian tertutup jg bs menyampaikan pikirannya dlm bentuk gambar..
Bahkan, setiap orang pny potensi bs menggambar, saya percaya kok :)
Iya, setiap orang punya potensi itu dan bisa digunakan untuk mengungkapkan perasaan sedih, marah, jengkel terhadap apa yang dipikirkan dan dirasakan.
Kok jadi merasa haru gitu ya. Ceritanya sangat inspiratif dan menggugah hati. Terima kasih sudah berbagi kisah ini, Yelli. 😉
Sama-sama Kak, semoga bisa menjadi terbuka pikiran kita untuk tidak memandang sebelah mata mereka yang sakit jiwa
Menangis tdk menjadi solusi, vote kaleuh?
Kak buat juga kegiatan untuk steemian, hahaha
Boleh tu Dek, pasti seru lihat gambar para steemian nanti. Kita pakat terus sama Bang @kemal13 dan @rismanrachman.
Karena mereka juga manusia biasa, dan yang seperti mereka itu tidak bisa di abaikan, kita sebagai sesama manusia juga harus membantu mereka supaya bisa kembali seperti sediakala, jangan malah di jadikan bahan candaan.
Postingan yang bagus kakak, salam kenal, saya member baru, mohon bimbingannya kakak.☺
Terima kasih sudah berkunjung, salam kenal juga. Saya juga masih baru satu bulan di steemit dan perlu belajar juga dengan teman-teman yang sudah senior. Kita sama-sama belajar ya.
Terimakasih ya, semoga aja steemit aceh bsa lebih berkembang lagi dan kita bisa saling bantu, ttp semangat dan semoga kita sukses selalu.
Amin ya Allah, semangat
Ternyata menggambar bisa juga jadi terapi kesehatan ya Yell, sama halnya seperti menulis.
Iya Bang. Bahkan kita bisa melatih motorik kita saat membuat gambar di kertas. Dan yang paling penting ialah saat kita menceritakannya kepada orang lain, ada sensasi senang di situ karena sudah berbagi perasaan. Ini salah satu alternatif juga untuk orang yang introvert, karena kalau perasaan itu di pendam, lama-lama jadi bumerang.
Saya mau coba sama anak_anak ah...
Kami upvote ya..
Terima kasih @puncakbukit
Zia, perempuan sosiologi teraktif ☺
Iya, dari dia lah aku banyak tahu tentang ilmu sosial yang jika digandengkan dengan ilmu kesehatan ibarat mie dengan telor, enak disantap 😁
Haha mantap kali contohnya, mie dan telor. Tapi kayaknya dalam hal menulis, lebih "sosialnya" Yelsaint dibandingkan anak ilmu sosial lain