Bagian II Menggambar Sungai Kehidupan
Tulisan ini sambungan dari Menggambar Sungai Kehidupan yang telah aku jelaskan pada postingan sebelumnya.
Di sini aku akan menjelaskan perjalanan dari sungai kehidupanku yang dimulai dari aku lahir yaitu masa lalu, masa kini, dan yang akan datang.
Masa Lalu
Di gambar ini aku mengibaratkan diriku sebagai orang yang sedang menaiki kapal. Di kapal itu ada ayah, ibu, kakak, dan abangku. Perjalanan ini dimulai sejak tahun 1992, saat aku dilahirkan di sebuah rumah yang baru selesai dibangun oleh orangtuaku pada tahun itu juga.
Rumahnya berlantai dua dengan bagian atasnya belum selesai dibangun. Kami tinggal di lantai satu yang juga belum rampung dibangun, tapi sudah bisa ditempati oleh keluarga kecil orangtuaku.
Itu tahun ke-10 orangtuaku membangun rumah tangga. Perekonomiannya juga sudah lumayan mapan untuk menanggung tiga orang anak. Alhamdulillah di tahun itu juga ayahku yang mulanya bekerja sebagai sopir angkutan barang-barang, berganti menjadi sopir angkutan umum dengan mobil keluaran tahun 1992 yang diberi nama “Doa Ibu”.
Meskipun mobil itu bukan punya ayah, tapi pemiliknya mempercayai ayah untuk membawakan mobil "Doa Ibu" melintas jalur barat selatan dari Tapaktuan ke Meulaboh. Tidak ada kendala di sini hingga akhirnya aku masuk sekolah ke Taman Kanak-Kanak (TK) pada tahun 1996 dan tamat tahun 1998. Di sini aku menggambarkan TK tempatku bersekolah.
Pada tahun 2000 disinilah mulai terjadi konflik antara Gerakan Aceh Merdeka (GAM) dan Republik Indonesia (RI) yang juga berimbas pada kondisi keluarga kami. Walaupun konflik ini sudah lama terjadi, tapi dampaknya baru kami rasakan di tahun itu, di mana kontak senjata sering kali terjadi.
Akhirnya ayahku kehilangan pekerjaannya karena seringnya terjadi kontak senjata di jalan. Pernah suatu malam ayahku disandra bersama para penumpangnya dan dibawa menuju kaki gunung. Entah apa yang terjadi di situ, hingga setelah kejadian tersebut ayahku berhenti dari pekerjaannya dan memilih duduk menjaga kios kecil kami. Di gambar itu aku gambarkan bagaimana ekspresi ayahku yang deperesi karena kehilangan pekerjaannya.
Kondisi ekonomi keluarga kami pun jadi terganggu yang menyebabkan ibu harus turun tangan untuk membuat asap dapur kami tetap mengepul. Ibu mulai menekuni usaha jahit kasabnya dan juga menjahit baju jadi. Kemudian dia pergi door to door untuk menawarkan barang dagangannya.
Rupanya pendapatan ibu tidaklah seberapa, dikarenakan kondisi ekonomi masyarakat saat konflik itu pun juga sangat susah. Apa lagi tanaman pala yang menjadi andalan bagi petani di Aceh Selatan mati karena terserang penyakit jamur akar putih dan hewan penggerek batang, sehingga membuat para petani rugi besar.
Aku tidak mau tinggal diam, karena kebutuhanku juga harus terpenuhi. Lalu aku menyuruh ibu untuk membuat es, kue, kerupuk, dan permen untuk bisa aku bawa ke sekolah dan dijual kepada teman-taman. Saat itu aku sudah duduk di Madrasah Ibtidayah Negeri (MIN).
Walau aku setiap hari harus jualan di sekolah, tapi aku anak yang berprestasi di sekolah. Dari kelas satu sampai kelas enam, aku selalu juara kelas hingga akhirnya aku mendapat beasiswa pendidikan sebanyak Rp300.000 dari sekolah. Jumlahnya memang tidak banyak, tapi itu bisa menggantikan pakaian, tas, dan sepatu sekolahku.
Aku menggambarkan sungai yang menyempit, namun arusnya deras. Maksudnya walau keluargaku sedang mengalami masalah ekonomi, aku harus terus menjalani hidup ini dengan usaha yang bisa kulakukan. Aku menjadi anak yang mandiri secara finasial saat itu, karena uang jajanku didapat dari hasil jualan.
Hingga akhirnya pada tahun 2003 kami harus mengunsi ke daerah yang lebih aman karena situasi konflik yang semakin memburuk. Kami terpaksa harus menumpang tinggal di rumah sanak saudara, tapi tentunya tidak bisa lama-lama karena evakuasi penduduk ini tidak ditentukan sampai kapan batas waktunya.
Ayahku mencoba mencari rumah sewa dengan berjalan kaki supaya bisa kami tempati. Akhirnya dapatlah sebuah rumah di tepi pantai dengan kondisi yang sedikit memprihatinkan. Atapnya bocor dan lantainya pun bolong-bolong.
Uang orangtuaku yang pas-pasan hanya bisa menyewa rumah sederhana itu. Ayahku bekerja keras untuk membuat atapnya supaya tidak bocor dan memplaster lantainya. Hanya ada satu ruangan di rumah yang berukuran 6x3 meter itu dan kami harus berdesak-desakan tidur.
Meskipun tinggal di rumah kecil, tapi aku senang karena dekat dengan laut. Disini lah aku banyak mengenal kehidupan pantai dan juga biota laut. Alhamdulillah saat kondisi itu, ayahku mendapatkan pekerjaan baru yaitu menjadi sopir angkutan umum untuk wilayah Tapaktuan dan Kota Fajar. Kondisi keluarga kami mulai membaik.
Setelah enam bulan mengunsi, pihak TNI mengizinkan kami kembali pulang ke rumah masing-masing.
Pada tahun 2004 aku melanjutkan sekolah ke Madrasah Tsanawiyah Negeri. Perjalanan hidupku di sini lancar-lancar saja, hingga aku tamat sekolah pada tahun 2007. Kemudian aku melanjutkan sekolah ke Madrasah Aliyah Negeri (MAN).
Aku mulai sibuk dengan kegiatan di sekolah, karena aku sekolah full day. Di sinilah aku mengenal organisasi Palang Merah Remaja (PMR) yang mengantarkanku menjadi koordinator PMR Cabang Aceh Selatan. Aku sering keluar kota berkat kegiatan ini.
Aku juga aktif di olahraga badminton yang membuat waktuku semakin sibuk, hingga aku jarang berada di rumah.
Pada tahun 2007, orangtuaku berniat untuk membeli mobil sendiri karena sudah bertahun-tahun lamanya ayahku hanya bisa membawa mobil orang. Timbullah niat untuk mengambil kredit di bank dengan menjaminkan sertifikat tanah, rumah, dan juga sertifikat tanah adik ayahku.
Akhirnya ayahku mempunyai mobil sendiri yang kemudian diberi nama Yelli. Di kaca mobil itu terpampang namaku. Ayah sengaja membuat namaku supaya dimudahkan rezeki mobil itu katanya, seperti dulu saat aku baru lahir yang disertai dengan mobil Doa Ibu.
Aku tidak dilibatkan dalam peresoalan pengambilan kredit, mungkin karena usiaku yang masih remaja saat itu. Aku hanya menuruti laju kapal orangtuaku. Jangka waktu kredit ini selama tiga tahun. Mulanya tidak ada masalah dalam pembayaran, hingga kredit pun selesai pada tahun 2010.
Pihak bank kemudian menawarkan lagi kredit dengan rayuan yang luar biasa, hingga membuat orang tuaku tergoda memperpanjang kreditnya di bank. Pada tahun itu aku menamatkan MAN dan masuk ke perguruan tinggi.
Aku lulus di dua perguruan tinggi melalui jalur SMPTN, yaitu IAIN Ar-Raniy dan Unsyiah. Awalnya aku lewat di IAIN jurusan Tarbiyah Matematika dan aku sudah mulai kuliah di situ. Namun tiba-tiba aku dinyatakan lulus di Unsyiah jurusan keperawatan.
Sejak lama ibuku menginginkan aku menjadi seorang perawat dan ketika dia mendengarku lulus di jurusan itu, dia pun sangat bangga. Berbagai upaya dia lakukan untuk bisa membiayai kuliahku, hingga bank menjadi solusinya. Ibuku kembali berutang ke bank.
Di tahun 2010 itu, aku harus rela turun dari kapal keluargaku dan berenang menemukan sampan kecil untuk bisa menjadi tumpanganku. Aku harus meninggalkan kampung halaman dan keluargaku untuk hijrah ke Banda Aceh melanjutkan kuliah.
Prestasiku selama kuliah hanya biasa-biasa saja, meski IPK ku berada di atas 33,5 aku kurang menikmati kuliah di tempat itu. Aku sebenarnya ingin menjadi seorang ilmuan dan kuliah di jurusan Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam (MIPA). Tapi, karena ibuku menginginkanku di jurusan keperawatan, aku pun bertahan hingga aku menamatkan kuliah dalam waktu 3 tahun 10 bulan.
Prestasi yang menggembirakan bagiku ialah saat tulisanku setiap bulan terbit di Serambi Indonesia dan aku memenangkan lomba karya tulis tingkat kampus. Setelah selesai wisuda, aku kembali melanjutkan pendidikan profesi keperawatan.
Perekonomian keluargaku saat itu mulai susah. Ternyata selama aku kuliah, kredit tersebut tidak jalan. Mobil ayahku pun sering rusak-rusak. Abangku yang berdagang pakaian juga mengalami kemerosotan.
Untuk mengatasi masalah ini, orangtuaku berhutang kembali ke bank lain. Rupanya kondisi ekonomi kami kian terpuruk hingga saat terkahir masa pendidikanku, orangtuaku tidak mampu lagi membiayai kuliahku. Jangankan untuk uang SPP uang belanjaku pun tidak pernah dikirimkan lagi.
Untunglah aku sering memenangkan lomba blog yang uangnya bisa kugunakan untuk biaya hidupku di Banda Aceh.
Tahun 2017 ialah tahun terburuk bagi keluargaku. Meski pun di tahun ini aku diwisuda menjadi perawat profesional, namun di tahun itu juga orangtuaku bangkrut total. Mobil ayahku terpaksa dijual untuk menutup kredit bank. Dia kehilangan pekerjaannya.
Usaha abangku pun juga terpaksa dipindahkan ke kampung karena tidak bisa menyanggupi biaya sewa toko. Abangku juga terutang di bank yang membuatnya selalu didatangi oleh renternir bank.
Di gambar ini aku membuat putaran air yang begitu deras. Keluargaku terjebak di pusaran air itu. Aku mencoba bertahan hidup di Banda Aceh, karena kalau aku pulang ke kampung pun juga akan menambah beban orangtuaku.
Di Banda Aceh aku terlibat di berbagai macam komunitas, seperti Griya Schizoren Aceh yaitu komunitas peduli kesahatan jiwa, Forum Aceh Menulis (FAMe), Gam Inong Blogger, I Love Songket Aceh, dan Generasi Pesona Indonesia.
Di komunitas inilah aku bisa berkenalan banyak orang, pergi ke luar kota seperti Semarang dan Palembang menggunakan pesawat garuda, keliling Aceh, dan juga sering menang lomba blog.
Dengan itulah aku bisa bertahan hidup di Banda Aceh tanpa harus meminta uang kiriman dari orang tua lagi. Sayangnya aku belum bisa mengirim banyak hasil kerja kerasku kepada orangtua.
Ibuku memintaku untuk pulang dan menyuruhku bekerja di rumah sakit atau puskesmas. Melihat kondisi teman-temanku yang kadang tidak dibayar kerja dan sekadar bakti, mengurungkan niatku untuk menjalani profesiku sebagai perawat. Aku lebih suka menulis, karena aku menikmatinya.
Saat ini
Di tahun 2018 ini, aku berusaha keluar dari pusaran air yang membelenggu keluargaku. Aku ingin membayar utang-utang orangtuaku supaya tidak dikejar-kejar lagi oleh rentenir bank dan penagih utang.
Aku berdoa setiap shalat agar Allah swt memberi jalan ke luar untuk terbebas dari lilitan utang. Apalagi adik ayahku terus mendesak meminta surat tanahnya dikembalikan. Februari adalah batas waktunya.
Aku mencoba mencari pinjaman ke teman-teman namun nihil, teman-temanku tidak bisa membantu. Hingga akhirnya aku dipertemukan dengan teknologi blockchain yaitu steemit.
Posisiku saat ini sedang berenang keluar dari pusaran air itu menuju kapal baru yang nantinya juga bisa ditumpangi oleh orangtuaku.
Di steemit inilah aku berusaha sekuat tenaga supaya bisa mengumpulkan uang dalam bentuk steem untuk membayar utang. Aku belum paham betul teknologi ini, tapi aku yakin ini bisa membawaku keluar dari lilitan utang.
Aku pun bertekat untuk membuat setiap hari tulisan supaya bisa diupvote oleh teman-teman lain yang membaca tulisanku. Aku ingin membuktikan kepada ibuku bahwa aku bisa menghasilkan uang melalui internet dan membayar utang-utangnya.
Masa Depan
Targetku ke depan ialah bisa melunasi semua utang-utang orangtuaku. Oleh karena itu aku harus bekerja keras dan cerdas untuk menggapai semua itu.
Steemit salah satu solusinya. Aku sangat menyenangi permainan ini. Hobyku yang suka menulis bisa berpeluang menghasilkan steem yang akan diuangkan dalam bentuk rupiah.
Sampai saat ini aku belum tahu cara media ini bisa menghasilkan uang, karena aku baru menerimanya di masa depan. Mungkin bulan depan atau bulan berikutnya aku bisa menerima uang dari jerih payahku menulis setiap hari di steemit.
Di tahun 2018 aku juga akan menikah pada tanggal 24 April 2018. Di gambar itu aku buat seseorang yang telah berada di kapal sedang menungguku berenang untuk sampai ke kapalnya.
Di pernikahanku nanti, aku ingin dia memberikan mahar dalam bentuk buku yang disesuaikan jumlahnya dengan harga emas. Investasiku adalah buku supaya bisa menghasilkan berbagai tulisan dari buku yang diberikannya.
Aku juga menggambarkan mobil travel berharap aku bisa membeli mobil untuk ayahku. Di tulisan mobil itu bertuliskan yell saints travel, karena mobil itu akan digunakan untuk membawa wisatawan yang datang berkunjung ke daerah kami.
Aku juga akan merenovasi rumah orangtuaku dan menyiapkan lantai dua supaya aku bisa menempatinya bersama suamiku ketika pulang kampung.
Pada tahun 2019 aku akan melanjutkan pendidikan dengan beasiswa ke Australia. Aku mengambil jurusan Community Development. Aku sangat senang menggeluti dunia komunitas dan memberdayakan orang-orang. Maka dari itu nanti aku akan membuat Dream House dengan bentuk rumah panggung dan disekitarnya nanti tempat berkumpulnya anak-anak komunitas.
Aku juga akan terbitkan buku-bukuku di tahun 2019, yaitu tentang kasab, kumpulan opiniku yang diterbitkan di Serambi Indonesia, novel tentang pengalamanku selama praktik profesi di rumah sakit, kisah keluargaku yang terlilit utang, perjalananku mengelilingi Aceh melalui program Perempuan Peduli Leuser, dan kisah tentang caraku bermain steemit untuk menyelesaikan semua utang-utangku, serta meraih mimpi-mimpiku.
Tahun 2020 aku akan membawa orangtuaku umrah dan membuka tabungan haji untuku, suami, orangtuaku, dan mertua.
Aku akan traveling bersama suamiku, targetnya ialah Thailand, Jepang, Taiwan, dan Malaysia. Aku juga akan berkeliling Australia dan Eropa stelah pendidikanku selesai di Australia.
Aku akan tetap membesarkan komunitas yang membuatku menjadi besar. Teman-temanku di komunitas ialah orang yang nantinya secara bersama-sama denganku melakukan kebaikan untuk membantu orang-orang untuk menggapai mimpi dan cita-citanya.
Melalui gambar sungai kehidupan, aku akan mengwujudkan mimpi dan cita-cita mereka, seperti yang aku tuliskan saat ini.
Orang yang merencanakan mimpi ialah orang yang akan sampai ke tempat tujuannya. Aku berharap kapal pesiarku telah menunggu di masa depan untuk mengntarkan menuju mimpi-mimpiku berikutnya.
Bermimpilah maka semesta akan memeluk mimpi-mimpimu.
#introduceyourself/#introducemyself
The “introduceyourself/introducemyself” tag is for creating one introductory post that tells us about you. Users are encouraged to use this tag exclusively for that, and not to reuse it.
I am sorry. Thanks for remember me.
24 April menikah....
Hmmm
Hari lahir saiyah, DUA
Wah, mantap ini. Bisa menjadi tamu spesial nanti di acara pernikahan Yel. Hehehe
Semoga saja terwujud ya.
Waw konsep yg luar biasa
Yuk buat river of life nya
Konsep yang sangat menarik, Yel.
Iya kak, ini yang kami terapkan di panti asuhan. Kalau ada waktu, sekali-kali ikutlah dengan kmi
Membaca riwayat dan cerita ini, saya terharu.
Begitu hafal dan runtut ceritanya, bagus banget
Sangat inspiratif,jujur, polos dan sederhana.
Saya suka dengan perjuangan orangvtua dan kemandirian @yellsaint.
Mantap tetap semangat!!
Iya bang, alhamdulillah semenjak mendapatkan materi ini saat pelatihan kepemudaan di tahun 2015, saya juga membagikan ilmunya ke teman-teman. Jadi sudah biasa untuk menggambarkan yg seperti ini, sehingga alur ceritanya lebih runtut. Gambar ini juga berfungsi untuk melihat keberadaan kita saat ini, sehingga kita tidak akan melupakan masa lalu kita, namun berusaha untuk melakukan yg terbaik saat ini, supaya impian kita sampai kepada tujuan.
Terima kasih sudah berkunjung.
Konsep cerita kehidupan yang unik dan menarik 👍
@yellsaints24 menceritakan dengan detail kisah kehidupannya dan mengilustrasikannya dalam sebuah gambar yang mampu membangkitkan imajinasi para pembaca.
Luar biasa!! Good Job sist 👍👍
Silakan dicoba @alvaro017. Insyaallah kamu pasti melihat hal yang mengejutkan dari sungai kehidupanmu.
Inspiring... Mau buat juga ah :)
Ditunggu River of life nya bang @kakilasak. Pasti sangat menginspirasi.😁
Selamat berjuang @yellsaints24 semoga sejahtera menggapai mu.... sukses untuk mu amin..yarabb.....
Amin ya Allah. Terima kasih @myus. Semoga dirimu juga sejahtera menggapai mimpi-mimpimu. Semangat.
Perjalanan hidup yang luar biasa. Konflik memang menyisakan luka bagi kita semua.
(saya suka lukisannya. Sarat makna 😊
Biarlah itu menjadi kenangan dan terukir indah di dalam ingatan, tapi jangan sampai konflik itu terulang lagi. Terima kasih sudah berkunjung.
Alhamdulillah, selamat Yelli untuk rencana pernikahannya. Semoga persiapannya lancar dan lancar terus sampai semua mimpi Yelli tercapai. Aamiin
Amin, makasih ya kak Cut. Tunggu undangan dari Yel nanti ya, hehehe