MAU KETERIMA BEASISWA LPDP? Baca ini dulu!

in #indonesia7 years ago (edited)

Mau keterima LPDP? Baca dulu post ini dan pikirkan apakah LPDP cocok untuk kalian.

IS LPDP GOOD FOR YOU???!

Post ini adalah kompilasi dari thread saya di twitter. Thread di twitter tersebut dibikin atas banyak request di media sosial saya, banyak yang sering bilang "kak, LPDP tu enak gak sih?", "kak, gimana caranya biar bisa dapat LPDP?", "kak, bikin artikel bahas tentant LPDP dong"...dan berbagai request serupa.

Sebelum dilanjutkan, disclaimer dulu:
Post ini dibikin atas:

  1. Pengalaman pribadi saya dan beberapa orang di social circle saya
  2. Informasi yang beredar dan sampai ke saya
  3. Rentang waktu 2015-2017 saat saya menempuh studi di luar negeri (Swedia)
  4. Di post ini saya mau membahas "bad side" dari awardee-awardee LPDP, dan saya akan banyak melakukan generalisir.

Banyak awardee dan alumni LPDP yang baik, tapi yang "buruk" juga ada, dan di post ini saya mau membahas yang kurang baik. Untuk rekan-rekan awardee/alumni LPDP, mohon maaf kalau ada yang tersinggung. Saya akan menggunakan nama samaran untuk contoh kasus-kasus di post ini.

Beasiswa LPDP pasti sudah cukup terkenal di kalangan anak muda usia 20-30an. Saya sendiri kenal beasiswa ini di tahun 2013 saat masih kuliah tingkat 3, dan berhasil mendapatkannya di tahun 2015...6 bulan setelah lulus S1. And to be blunt from the start:

"Many of us awardees and alumni are super super super privileged people"

Kami diberi begitu banyak privilege dari negara, but some of us may not deserve them at all. Bayangkan ilustrasi ini:

Anak muda, baru lulus S1...

  1. Dibayarin kuliah ke luar negeri
  2. Dikasi uang saku gede banget (kalo dirupiahin, berkisar 12-20 juta bergantung negaranya)
  3. Tiket bolak-balik dibayarin
  4. Uang buku dikasih (mostly buat jajan, d kampus saya perpus lengkap banget)
  5. Di Indonesia,dianggap "mantu idaman", "pembawa solusi bagi Indonesia" dan segala macam pujian lainnya
  6. Kesempatan travelling sana-sini
  7. Dapat kenalan sama cowok/cewek ganteng/cantik di luar sana

Dan lain2

Begitu selesai studi dan pulang ke Indonesia...kami diberi:

  1. Pelatihan mau jadi profesional, akademisi, entrepreneur, dll
  2. Disambut dengan acara megah, yang memanggil tokoh2 terkenal
  3. Ada event yang mengkhususkan pertemuan antara alumni dengan beberapa perusahaan untuk kerja

Dan lain sebagainya

Seriously, not all of us deserve this. Maybe I don't as well

Dengan segala macam fasilitas cihuy dan mantap tadi, apa harga yang harus kita bayar? Kalau dihitung-hitung kan Negara memberi kurang lebih 1 milyar rupiah buat kita studi 2 tahun (yang studi PhD 3-4 tahun ya lebih) yang mungkin semua beraasal dari pajak rakyat.

Apakah kita mesti mengembalikan duit tersebut? not necessarily. Namun para penerima beasiswa diharapkan menjadi aset Indonesia. Ribuan, mungkin nanti akan sampai ratusan ribu lulusan S2 dan S3 yang siap membuat Indonesia bersaing secara global.

Teknologi
Riset
Wirausaha
Profesionalisme
Politik
Ekonomi
...
...
dan lain2nya

Indonesia terkenal dengan sumber daya alam melimpah, namun sumber daya manusia yang masih kalah dengan banyak negara. Salah satu visi misi LPDP adalah untuk menambah kualitas SDM. Lalu para lulusan LPDP juga tidak hanya harus pintar den berprestasi, tapi juga mengembangkan orang. Itu yang dimaksud dengan menjadi aset bagi Indonesia.

Karenanya contoh skenario ideal alumni LPDP yang berkontribusi tuh seperti ini:

  1. Si Jek dari desa Z yang mayoritas penduduk bermata pencaharian petani, kuliah di negara Y jurusan bioteknologi lalu kembali memberdayakan masyarakat desa Z untuk tidak hanya menjual hasil tani, tapi dibikin jadi makanan enak dan lebih bergizi sehingga nilai jualnya naik dan menambah lapangan pekerjaan.

  2. Mas Jo, setelah belajar pemrograman dan financial di Amerika kembali ke desa Y untuk mengembangkan aplikasi jasa finansial agar rakyat kecil di desa Y gak kena jerat lintah darat.

  3. Si Rio melakukan penelitian tentang persenjataan modern lalu hasil penelitiannya dipatenkan bekerjasama dengan PINDAD

...dan contoh lainnya, setelah 3 contoh, i think you got the picture right?

Kenyataannya?
Let us do some reality check...

(DISCLAIMER LAGI! ini generalisir dan meng-highlight contoh jelek ya, contoh yang baik banyak, tapi memang tidak dibahas di post ini)

Kenyataannya....sang awardee LPDP malah

  1. Kuliah di luar negeri "seadanya" males-malesan, ngerjain ini-itu setengah-setengah.
  2. Banyak party, nge-bar, having fun.
  3. Jalan-jalan ke berbagai penjuru Eropa, Amerika, Jepang, dan lain-lain. Pamer, panjat sosial.
  4. Ngemodusin adek kelas yang mau nanya tentang kuliah di luar negeri
  5. Pacaran/nikah sama orang sana.
  6. Cari kerja di luar negeri, lalu gak mau pulang

Poin 2-5 gak salah sih. Tapi poin 2 dan 3 akan jadi "salah" saat mempengaruhi prestasi akademik. Menurut saya, kalau sudah terlanjur di sana, kagok edankeun langsung bikin prestasi yang cemerlang, jangan jadi "okay" student aja.
Untuk poin 6, saya agak ragu untuk berkomentar banyak, tapi semoga komentar saya yang ragu-ragu ini memberikan pencerahan. Ada rekan sesama awardee yang bilang ini agak abu2 sih, dan agak panjang kalau dibahas.
Kalau konfirmasi ke penerima beasiswa yang tua (angkatan-angkatan awal) memang katanya gak ada klausul perjanjian "harus kerja di Indonesia" habis lulus (disclaimer: KATANYA YA dan saya gak cek kebenarannya). Baru pas di angkatan muda (yang intake sejak 2016), ada klausul, harus berbakti pada negeri selama 2n+1 masa studi...(lagi, ini katanya dan saya gak cek)

Masalah kerja dan tidak langsung pulang setelah lulus studi adalah topik yang selalu hangat dibahas di kalangan awardee dan alumni. Memang ada beberapa yang sudah minta izin ke pihak LPDP, bilang kalau dia minta izin kerja di perusahaan luar negeri dulu sebelum pulang, alasannya ini, itu...ada yang diterima, ada yang nggak.

But in general, penerima LPDP dibayarin studi tu sebagai investasi buat Indonesia

Here's where things got interesting:
Selama saya studi dulu, tidak jarang saya dnger dari fellow awardee kasus kayak gini:

(lihat berita jelek dari Indonesia)--> bilang "Indonesia gak nyaman" , mending di (Eropa, Amerika, Australia, Jepang, dll)
(membandingkan fasilitas umum di luar negeri dan Indonesia, yang beda jauh)--> bilang "di sini enak, ga kaya di Indonesia", atau "gue gak nyaman sama kondisi di Indo", atau "ah gue jadi takut balik ni", atau "pengabdian kan gak mesti pulang ke Indo", sampai "gue cari kerja di sini aja, gajinya gede, lulusan S2 d Indo ma overqualified, susah cari kerja"

Itu tadi adalah alasan-alasan banyak yang gak mau "pulang" ke Indonesia setelah selesai studinya dengan LPDP.
Mungkin masih bisa diterima alasannya kalau "mau PhD mumpung ada topik sesuai sama tesis" atau "kerja nyari pengalaman, kebetulan pengalamannya berpotensi bisa dimanfaatkan d Indonesia"

Kalau saya simpulkan sih gini:
Most of "naughty" LPDP awardees choose not to go back to Indonesia, karena bsa dbilang keenakan di luar negeri.
(Disclaimer: Ingat, post ini untuk membahas sisi jelek saja, yang bagus banyak kok)

Lalu yang balik ke Indonesia...gak semua juga langsung ngasi kontribusi buat indonesia. Paling gak, tidak terlihat immediate intention nya. Biasanya sampai Indonesia kalau sudah keterima kerja di MNC, dengan gaji significantly higher daripada teman seangkatannya dulu pas kuliah S1 terus udah deh... hilang dari peredaran.
Well, I cannot really judge them, dan gaada jaminan saya gak bakal gitu juga.

In my humble and a little bit subjective opinion, selayaknya yg dapat privilege dari negara tu ya membantu mengembangkan negara

Kalau gak bisa jadi entrepreneur dan menciptakan lapangan kerja, atau riset di bidang yang membantu hajat hidup orang banyak misalkan..
ya coba aktif volunteering,
atau occasionally ngasih seminar motivasi,
atau nulis buku,
atau kalau gaji sudah gede bantu invest di sociopreneur.

Intinya, ini point pertama yang mau saya kasih:

"Dapat beasiswa LPDP = menerima privilege yang banyak, tapi harus siap untuk mengabdi dan bekerja keras untuk Indonesia. Jangan malah "kabur" ke luar negeri tanpa alasan yang jelas"


Sekarang ke poin kedua
ini yang akan saya emphasize ke adek-adek mahasiswa dan SMA

"Mau dapat LPDP means work your ass off!"

Gini. Kita mulai dari kerja keras sejak sebelum dapet beasiswanya...
Per 2015, kurang lebih syaratnya LPDP tuh gini (sekarang mungkin berubah)

  1. IPK 3.0
  2. IELTS 6 (atau TOEIC dan TOEFL berapa gitu yang equivalen)
  3. Ada surat rekomendasi
  4. Perlu bikin essay paling gak 2 tentang mau kontribusi apa buat Indonesia, sama pencapaian terbesar dalam hidup
  5. wawancara
  6. LGD

Jadi paling gak, siapin itu semua.
Kalau kalian cuma nanya ke kakak-kakak awardee dan/atau alumni sekedar "kak bagi tips dong buat keterima lpdp"
Here's my anwer: "KALIAN BELUM SIAP MENERIMA BEASISWA LPDP"

Semua syarat udah ada di website lpdp, and you don't even bother read that? that's why saya bilang belum siap.

Untuk teman-teman yang masih S1... paling gak dapetin IPK 3, IELTS 6 dulu..kerja keras lah di situ. nanti masalah wawancara atau essay mau tanya baru kita bisa diskusi.
DISKUSI YA! bukan bearti saya beri pencerahan lalu 100% keterima LPDP.

Untuk IPK 3 gak mudah
IELTS 6 juga kudu effort
Dapet surat rekomendasi berarti harus menunjukkan hasil kerja baik dan cukup utk menyenangkan dosen (atau bos kalau udah kerja)
Lalu bikin essay, gak asal2an macem ngarang cerpen

Untuk bikin essay, dan mungkin wawancara, pertimbangkan gini:
Posisimu apa merujuk pd jurusan kuliah atau profesi yang sedang dijalani
Keahlianmu apa
Apa yang dibutuhkan /bisa diimprove di indonesia
Bagaimana dengan belajar di luar negeri sesuai dengan profesi/keahlian bisa jd hal positif untuk indonesia

Nah, ceritanya sudah seleksi pertama (administrafif, yang barusan kusebut) nih, datanglah seleksi kedua...wawancara dan LGD (mungkin taun ini ada tambahan atau perubahan ya, sesuaikan aja). Apa artinya ke dua hal ini?

LGD = leaderless group discussion
Kalian dikumpulin, dikasih masalah yang complicated. Lalu disuruh diskusi bareng nyelesaiin masalahnya utk menilai bagaimana kalian behave di depan orang. Respect, leadership, dominance, kesopanan, perhatian, dll akan diperhatikan. Are you good enough on those aspects?
Apakah kalian sudah bisa berpikir kritis namun masih bisa menghargai pendapat orang lain?
Apakah kalian bisa memutuskan sebuah masalah yang notabene baru didengar 5 menit yang lalu bersama org yang baru ketemu 10 menit yg lalu? Semua dalam tekanan "harus ada solusi" di bawah 30 menit.
Think deeply about that. Basically LGD itu simulasi dari ribuan diskusi serupa yang akan dihadapi di masa kerja nanti, atau saat kalian jadi akademisi, atau saat jadi pebisnis, politisi, whatever.
..
..
Dan sekarang wawancara. Ini bakal agak panjang karena pernah ada isu menarik
Seperti kata teman saya, LPDP tu kayak kiper, pas bagus kurang diapresiasi, pas blunder dikata-katain.

Somewhere tahun lalu, inget ada masuk berita ttg wawancara LPDP yang dinilai tidak etis? Nanya SARA, ada non-hijaber mau jadi designer busana muslim and all? Lalu ada yang bilang wawancara terlalu menekan, ada isu SARA, lalu yang "agak pribadi" semacam "mau nikah sama bule ya?"

Sebelum membahas lebih dalam, saya tahu, sebagai pria muslim keturunan jawa agak kurang tepat kalo saya ngomong SARA, tapi point nya bukan di situ. Point saya adalah: hal tersebut termasuk wajar (bukan saya condone such act, saya juga menyayangan sekali hal tersebut terjadi), tapi di mana-mana manusia bakal cenderung gitu. Sebagus-bagusnya instansi, pasti ada aja oknum yang kayak gitu. Sengaja gak sengaja, dengan atau tanpa niat buruk. 1, 2, 10, 50% kemungkinan ketemu sama yang kayak gitu pasti ada. Mau menerima beasiswa LPDP ya harus melewati fase tersebut. fase wawancara yang mana ada chance untuk oknum bertindak kurang pantas. ITU
chance nya? 1%, 5%, 10%, bisa kecil bisa besar, tapi ADA. regardless your background...sebagus apapun si penyeleksi sudah dilatih dan segala macamnya.

Makanya: Steel your soul!
Kuatin mental. Kalau memang dirasa ofensif, berani melawan.
Percayalah, di dunia nyata nanti, gak jarang bakal nemuin yang lebih parah dari sekedar pertanyaan SARA atau sexist. Saya juga dapet kok pertanyaan yang aneh-aneh saat wawancara. tapi yaudah saya orgnya agak muka tebal dan gak pekaan jadi yaudah dianggap pertanyaan biasa aja.


Oke habis wawancara...lanjut ni ceritanya keterima LPDP.. Horeeee

So what's next? Ada PK, ada persiapan nyiapin visa, paspor, koordinasi sama universitas di luar negeri (atau dalam negri) segala macam.
Poin-poin ini menurut saya gak perlu dibahas lah.

lalu biasanya adaaa...ketemuan sama temen mulai dari SD sampe rekan kerja buat farewell-an. Di sini menurut saya mental mulai diuji. Ujian pertama adalah gimana meng-handle semua rasa bangga dan euforia itu.

Bayangin gini:

  1. Post di sosmed "kyaa alhamdulillah keterima LPDP, USA I'm coming"
  2. Pada ngasi selamat. mulai dari teman, keluarga, mantan, pacar, pacarnya mantan, mantannya pacar, temen, adek kelas, kakak kelas, bos, kolega, dosen dll
  3. Mulai banyak adek kelas nanya "kak keren banget bisa dapet LPDP, kasi tips dan trik dong"
    4... dan euforia2 lainnya yang bikin idung terbang. pokoknya pada saat itu kalau mau panjat sosial gampang banget.

Tidak lama berselang, berangkatlah para anak muda ke negeri nun jauh di sana, membawa harapan dan mostly kebanggaan. Sesampainya d sana (amerika, australia, eropa, jepang, korea, whatever lah) mulai terkesima...pemandangannya bagus euy. hidup mudah euy. cuacanya enak euy. dan euy euy lainnya.

Seminggu kemudian, kuliah dimulai...the real struggle begins
*Kuliah di sini kok gini amat ya?
*Ni tugas gua mesti belajar dari mana?
*Aduh ini gua ga pernah baca sebelumnya
*Ni topik macem apa?
*Aduh ini baca 3 paper segini seriusan?
dan berbagai shock2 lainnya

Belajar di sana gak kayak belajar di kampus2 sini. Kalau gak lebih susah, paling gak sistem belajarnya beda jauh. Tambah lagi culture shock, tambah lagi jauh dari keluarga, tambah lagi iklim yang berbeda jauh.

do you think you can handle those?

Lalu setelah 2 tahun berdarah2 kayak tadi..kembalilah ke Indonesia..
Apakah di Indonesia bakal disambut bak raja?
NO
NO
NO
NO
BIG NO

Apa yang menunggumu di Indonesia? selain keluarga...
UNEMPLOYMENT

Walaupun IPK mu di sana gede (let's say di atas 3.5...padahal di jaman S1 dapet 3 aja empot-empotan) balik ke Indonesia ya nganggur dulu (kecuali some cases yang sudah berkoneksi dengan lihai dan yang sudah mmpersiapkan dgn matang). NAH MAU DAPAT 3.5, d negara asing, dengan kondisi agak kurang menguntungkan...apa bisa dengan leha-leha?
Modal international dinner sm temen dr arab, india, jerman, pakistan, atau ikut ngeksis sama PPI sono (semacam himpunan pelajar Indonesia). Cuma gitu aja emang bisa bikin akademik lancar? ITUPUN BELUM CUKUP!

Akademik "agak keren" aja belum cukup...ujung-ujungnya akan banyak jadi unemployed begitu sampe Indonesia. Kenapa?
Bayangin gini...ada pelamar

  1. Jek, 25 tahun, alumni LPDP S2 di US. Jurusan teknik mesin
  2. Jon, 25 tahun, lulusan S1 teknik mesin UI, pengalaman pernah kerja di perusahaan otomotif 1.5 tahun

Jek dan Jon ngelamar kerja di perusahaan multinasional..anggap aja perusahaan mobil eropa. Mana yg bakal keterima?

Sebagai HRD perusahaan, most likely Jon. Kenapa? dia punya lebih banyak pngalaman praktis. Mulai dari operasi software industri, bergaul sama kolega beda usia, pembawaan diri secara professional, dll (contohnya). Tambah lagi, ada stigma bahwa lulusan S2 cenderung "minta besar" gajinya. Ya buat company kurang ekonomis dong.


Intinya lulusan S2 LPDP banyak yang:

  1. Kurang pengalaman kerja
  2. Kurang keterampilan praktis
  3. Kurang koneksi (iyalah 2 taun d luar Indonesia cooy)
    ditambah lagi ada perasaan dari company utk stay economic, susah deh lo dapet kerja

Kalau yang sudah pernah kerja dulu (misal lulus S1 kerja 2-3 taun lalu dapet LPDP) pas pulang mungkin bahkan boosted banget karirnya. Nah kalau yang anak-anak muda kan udah saya kasi tau tadi contohnya

Makanya saya tanya di awal post: is LPDP good for you?

Nah kalau sudah begini godaan mulai muncul. Di beberapa kasus di luar negeri sana, kalau thesisnya bagus, akademiknya cukup mantap, atau kenal dosen, bakal ada tawaran kerja di perusahaan sana. Ngiler gak tuh kira-kira? Nggak ngiler? yakin?

Gaji engineer di Indonesia, fresh graduate berkisar antara 6-15 juta tergantung engineer apa dan di company mana
Di Eropa? kalo dirupiahin mungkin fresh graduate 30 juta jek!
Yakin gak ngiler?

Di eropa, pembayar pajak (contohnya karyawan) dapat asuransi kesehatan FULL gratis, di beberapa negara bahkan sampai sekeluarganya.

Biasanya, yang punya gelar master, gelarnya kan "aneh-aneh". Misal: Sustainable Energy. Robotic engineering. Reservoir engineering. Nanotechnology. European Law. Asian anthropology. Middle east studies. Di Indonesia hampir gak ada lowongan kerjaan sesuai gelar gitu, nah di negara tempat studi sering ada lowongan yang pas banget dengan gelar master yang diraih.

Jadiiii....

  1. gaji gede
  2. asuransi
  3. kerja sesuai bidang/passion
  4. tambah lagi: fasilitas hidup enak
  5. di Indonesia susah dapet kerja, apalagi yang sesuai sama bidangnya

MASIH YAKIN GAK AKAN TERGIUR UNTUK GAK PULANG???!!


Beberapa orang jempolan memilih yaudah jadi entrepreneur aja. Bikin startup atau bisnis berbasis apa yg mereka pelajari di luar sana...saya appreciate bahkan kadang iri sama mereka. Tapi out of ribuan, orang yg gtu berapa sih? paling puluhan. seratus sekian maksimum. Sisanya? Ya yang tadi dijelaskan


Point ke sekian thread ini:

Jadi awardee LPDP (apalagi yang freshgrad) berarti kerja keras selama bertahun-tahun di sana, lalu balik sini harus kerja keras lagi utk sekedar dapet kerja. Paling gak mesti belajar lagi nyari koneksi, cari dan pelajari skill-skill praktis yang diperlukan, belajar how to behave, dan segala macamnya.
In short, kalian keluar dari zona nyaman, tapi menuju ke zona yang jauh lebih tidak nyaman

Jadi awardee LPDP berarti:

  1. Kerja keras dr sebelum lulus S1
  2. Kerja keras mmprsiapkn IELTS/TOEFL/TOEIC
  3. Kerja keras mmprsiapkn essay LGD,wawancara dll
  4. Kerja keras dpt nilai akademik bagus d luar negeri
  5. Kerja keras mnyesuaikan diri dengan iklim kerja Indonesia saat pulang
  6. Rela me-lapur-kan gaji besar, fasilitas enak, kerja sesuai bidang dengan mudah dll di luar negeri demi negaramu sendiri
  7. Rela lebih dari sekedar "kerja" aja, tapi juga berkontribusi buat kemajuan Indonesia

apalagi ya..

Intinya, bnyk org Indonesia yg udah kerja capek-capek, lalu sebagian dri hasil keringatnya diambil sebagai pajak. Significant amount of that pajak (pokoknya skalanya triliunan rupiah) dipakai buat membiayai para penerima LPDP...dengan harapan setelah menerima beasiswa jadi aset bangsa.

Kalau sduah keterima, ya kagok edan-in langsung bagusin sekalian bikin prestasi yang fantastik. jangan leha-leha dan "asal lulus". Jangan lupa bikin koneksi yang bermanfaat selama di luar sana..siapa tau berguna ke depannya.

Kalau sudah lulus, tetap persiapkan diri untuk

  1. berkorban. gak apa2 gak hidup enak di luar sana demi Indonesia
  2. kerja keras lagi. mau untuk kerja, jadi pengusaha, jadi akademisi, peneliti, dan lain2nya

JADI, SEBELUM MEMUTUSKAN MAU IKUT BEASISWA LPDP ATAU GAK, PIKIRKAN HAL-HAL DI ATAS
sebelum nanya ke penerima beasiswa "kak bagi tips keterima dong" atau "kak gimana caranya ini, itu"
pikirkan dulu, apakah beasiswa LPDP adalah beasiswa yang sesuai dengan dirimu? Please pikirkan matang-matang. Saya sebagai alumni dari angkatan agak tua berharap penerus penerima LPDP nanti adalah orang yang berkomitmen buat Indonesia jadi lebih baik.

Kalau gak seluruh Indonesia paling gak daerahnya dulu deh. atau paling gak neighborhoodnya sendiri deh. Postnya segini dulu. next time saya mgkn akan bikin part 2 mengenai enaknya dan kesempatan apa yang bisa diperoleh dengan LPDP.

Yang mau diskusi/debat,asal masih civilized, saya layani

Coin Marketplace

STEEM 0.21
TRX 0.20
JST 0.034
BTC 90497.28
ETH 3136.30
USDT 1.00
SBD 2.97