Kami Menjaring Sampah
Lokseumawe, 16 Agustus 2018.
Salam semua kepada seluruh millenial di negeri ini yang masih semangat untuk meraih mimpi - mimpinya. Malam yang cerah, sebab tak ada rutinitas malam ini. Saya memilih untuk membeli kopi dan duduk bersama teman saya di sini, Waduk pusong kota Lokseumawe. Mengambil beberapa gambar dan vidio yang akan saya jadikan vlog nantinya. Memandangi kondisi sekitar yang sangat sunyi. Beberapa kios penjual makanan tampak tutup malam ini. Plastik daun dan kertas jadi hiasan jalanan pinggir waduk. Tak ada hingar bingar suara karaoke di kedai makan dan minum sekitaran waduk. Mungkin sebab ini malam jumat. Berkeliling mengitari pinggiran waduk, sampai saya memilih untuk berhenti di pintu air waduk. Pintu air ini berfungsi mengalirkan air waduk saat musim penghujan datang ke laut sehingga kota di lokseumawe yang merupakan pesisir dengan tipikal dataran yang rendah tidak banjir.
Beberapa bapak sedang memancing dan menjala. Perahu kecil dengan lampu di kepala dan jaring jadi senjata mereka. Siluetnya tampak indah dari kejauhan, serta siluet Masjid Islamic Center yang juga terlihat dengan kemegahan lampunya jadi penghias biasan air beriak kecil di waduk. Sekelompok orang menjaring tepat di bawah kami duduk. Mencari udang ikan atau apapun yang bisa dijadikan uang. Pada dasarnya menurut rekan saya mereka pencari udang kecil atau ikan yang akan dijadikan umpan untuk melaut. Tapi beberapa kali saya perhatikan jaring mereka tersangkut seperti kepiting laut. Ada beberapa kali pemuda membeli hasil jaringan langsung yang saya pikir untuk umpan pancing. Diluar perkiraan saya ternyata pemuda pemuda itu membeli udah yang lumayan besar ukurannya, jelas bukan untuk umpan pancing, berdasarkan informasinya udang udang ini dibeli dengan harga Rp. 15000,- sebenarnya lumayan banyak untuk ukuran harga jika beli di pasar terutama di medan. Dan teman saya yang fasih berbahasa daerah saya ajak turun berniat juga membeli si udang2 tersebut. Luar biasa sebenarnya hasil yang mereka dapat. Beberapa udang seperti udang galah ukuran yang besar, beberapa rajungan dan ikan kerapu. Hanya menjaring di pintu air waduk. Sungguh kaya ciptaanmu ya Rabb.
Kami pun menunggu untuk beberapa saat sang bapak menjaring sambil bercerita. Susahnya saat ini untuk mendapat hasil yang besar, loh bukannya hasilnya cukup banyak. Ya awalnya aku berpikir demikian. Setelah iya bercerita tentang kondisi waduk saat ini yang penuh dengan sampah, masyarakan seenaknya membuang sampah kesini dan dengan sengaja membuangnya. Memang beberapa tumpukan sampah seperti tempat pembuangan ada di pinggiran waduk. Berdasarkan informasi sang bapak hasil saat ini jika dibagi rata bertiga hanya menghasilkan 80 – 150 ribu rupiah / malam. ‘Tapi dengan pekerjaan kami yang mengharuskan berendam di dalam air sampai 5 jam sungguh tak terbayar bang” imbuhnya. Dulu itu kamu bisa mendapat sampai 200 ribu satu malam dan uangnya juga masih cukup memenuhi kebutuhan serta menabung lah untuk sekolah anak-anak. Sekarang sekali menjaring bukannya udang atau ikan. Kita dapat plastik dan botol minuman kemasan. Harapannya sunggu kepada pemerintah untuk membantu menjaga waduk, kami cari makan disini, keluarga kami, bukan Cuma saya masyarakat pusong sekitaranya juga menggantungkan hidupnya disini.
Congratulations @wasito! You have completed the following achievement on Steemit and have been rewarded with new badge(s) :
Award for the number of upvotes received
Click on the badge to view your Board of Honor.
If you no longer want to receive notifications, reply to this comment with the word
STOP