HAL-HAL YANG MERUSAK IHRAM
Jima’ yang telah dijelaskan di atas bisa merusak ibadah umrah yang disendirikan. Adapun umrah yang berada di dalam kandungan haji Qiran, maka hukumnya mengikuti haji, baik sah atau rusaknya. وَالْجِمَاعُ الْمَذْكُوْرُ تَفْسُدُ بِهِ الْعُمْرَةُ الْمُفْرَدَةُ أَمَّا الَّتِيْ فِيْ ضِمْنِ حَجٍّ فِيْ قِرَانٍ فَهِيَ تَابِعَةٌ لَهُ صِحَّةً وَفَسَادًا
Adapun jima’ bisa merusak haji ketika dilakukan sebelum tahallul awal, baik setelah wukuf atau sebelumnya.
وَأَمَّا الْجِمَاعُ فَيُفْسِدُ الْحَجَّ قَبْلَ التَّحَلُّلِ الْأَوَّلِ بَعْدَ الْوُقُوْفِ أَوْ قَبْلَهُ
Sedangkan jima’ yang dilakukan setelah tahallul awal, maka tidak sampai merusak status haji. kewajiban fidyah di atas tersebut adalah kecuali akad nikah, karena sesungguhnya akad nikah yang dilakukan tidak ter akat nikahnya Haji tidak bisa rusak terkecuali dengan wathi di bagian farji. Berbeda dengan bersentuhan pada bagian selain farji, maka sesungguhnya hal tersebut tidak sampai merusak status haji. Orang yang ihram tidak diperkenankan keluar dari ihramnya sebab telah rusak, bahkan baginya wajib untuk meneruskan amaliyah ihramnya yang telah berstatus rusak. Di dalam sebagian redaksi, tidak dicantumkan ungkapan mushannif “di dalam ihramnya yang rusak” maksudnya ibadah haji atau umrah dengan cara melaksanakan amaliyah-amaliyah yag masih tersisa. أَمَّا بَعْدَ التَّحَلُّلِ الْأَوَّلِ فَلَا يُفْسِدُ (إلَّا عَقْدَ النِّكَاحِ فَإِنَّهُ لَايَنْعَقِد وَلَا يُفْسِدُهُ إِلَّا الْوَطْءُ فِيْ الْفَرْجِ) بِخِلَافِ الْمُبَاشَرَةِ فِيْ غَيْرِ الْفَرْجِ فَإِنَّهَا لَاتُفْسِدُهُ (وَلَايَخْرُجُ) الْمُحْرِمُ (مِنْهُ بِالْفَسَادِ) بَلْ يَجِبُ عَلَيْهِ الْمُضِيُّ (فِيْ فَاسِدِهِ) وَسَقَطَ فِيْ بَعْضِ النُّسَخِ قَوْلُهُ فِيْ فَاسِدِهِ أَيِ النُّسُكِ مِنْ حَجٍّ أَوْ عُمْرَةٍ بِأَنْ يَأْتِيَ بِبَقِيَةِ أَعْمَالِهِ
Ketinggalan Wukuf di ArafahBarang siapa melaksanakan ihram haji dan ketinggalan wukuf di Arafah sebab udzur atau tidak, maka wajib tahallul dengan melaksanakan amaliyah umrah. Maka ia melakukan thawaf dan sa’i jika memang belum sa’i setelah thawaf Qudum. Dan bagi dia, maksudnya orang yang ketinggalan wukuf di Arafah, wajib segera mengqadla’, baik hajinya fardlu atau sunnah (وَمَنْ) أَيِ الْحَاجُّ الَّذِيْ (فَاتَهُ الْوُقُوْفُ بِعَرَفَةَ) بِعُذْرٍ وَغَيْرِهِ (تَحَلَّلَ) حَتْمًا (بِعَمَلِ عُمْرَةٍ) فَيَأْتِيْ بِطَوَافٍ وَسَعْيٍ إِنْ لَمْ يَكُنْ سَعَى بَعْدَ طَوَافِ الْقُدُوْمِ (وَعَلَيْهِ) أَيِ الَّذِيْ فَاتَهُ الْوُقُوْفُ (الْقَضَاءُ) فَوْرًا فَرْضًا كَانَ نُسُكُهُ أَوْ نَفْلًا
Qadha’ hanya wajib dilakukan di dalam permasalahan ketinggalan wukuf yang tidak disebabkan oleh hashr (tercegah). وَإِنَّمَا يَجِبُ الْقَضَاءُ فِيْ فَوَاتٍ لَمْ يَنْشَأْ عَنْ حَصْرٍ
Jika seseorag tercegah untuk melakukan perjalanan, namun ia masih bisa melewati jalan selain jalan yang terjadi pencegahan, maka wajib baginya untuk melewati jalan tersebut, walaupun tahu bahwa dia tetap akan ketinggalan wukuf. Jika ia meninggal dunia, maka tidak wajib diqadla’i menurut pendapat ashah. Bagi dia -orang yang ketinggalan wukuf di samping mengqadha’, juga wajib membayar hadiyah.
فَإِنْ أُحْصِرَ شَخْصٌ وَكَانَ لَهُ طَرِيْقٌ غَيْرُ الَّتِيْ وَقَعَ الْحَصْرُ فِيْهَا لَزِمَهُ سُلُوْكُهَا وَإِنْ عَلِمَ الْفَوَاتَ فَإِنْ مَاتَ لَمْ يُقْضَ عَنْهُ فِيْ الْأَصَحِّ (وَ) عَلَيْهِ مَعَ الْقَضَاءِ (الْهَدْيُ)
MENINGGALKAN RUKUN, KEWAJIBAN DAN KESUNAHAN IHRAM
Di dalam sebagian redaksi telah ditemukan keterangan tambahan.
وَيُوْجَدُ فِيْ بَعْضِ النُّسَخِ زِيَادَةٌ
Yaitu, barang siapa meninggalkan rukun-rukun yang menjadi penentu sahnya haji, maka dia tidak bisa berstatus halal / lepas dari ihramnya sehingga ia melaksanakan rukun tersebut.
هِيَ (وَمَنْ تَرَكَ رُكْنًا) مِمَّا يَتَوَقَّفُ عَلَيْهِ الْحَجُّ (لَمْ يَحِلَّ مِنْ إِحْرَامِهِ حَتَّى يَأْتِيْ بِهِ)
Rukun tersebut tidak bisa digantikan dengan dam.
وَلَايُجْبَرُ ذَلِكَ الرُّكْنُ بِدَمٍّ
Barang siapa meninggalkan kewajiban dari kewajiban-kewajiban haji, maka wajib membayar dam. Dan dam akan dijelaskan di belakang.
(وَمَنْ تَرَكَ وَاجِبًا) مِنْ وَاجِبَاتِ الْحَجِّ (لَزِمَهُ الدَّمُ) وَسَيَأْتِيْ بَيَانُ الدَّمِ
Barang siapa meninggalkan kesunahan dari kesunahan-kesunahan haji, maka dia tidak berkewajiban apa-apa sebab meninggalkan kesunahan tersebut.
(وَمَنْ تَرَكَ سُنَّةً) مَنْ سُنَنِ الْحَجِّ (لَمْ يَلْزَمْهُ بِتَرْكِهَا شَيْئٌ)
Dari ungkapan matan, telah jelas perbedaan antara rukun, wajib, dan sunnah.
وَظَهَرَ مِنْ كَلَامِ الْمَتْنِ الْفَرْقُ بَيْنَ الرُّكْنِ وَالْوَاجِبِ وَالسُّنَةِ
BAB DAM DI DALAM IHRAM
(Fasal) menjelaskan macam-macam dam yang wajib di dalam ihram sebab meninggalkan kewajiban atau melakukan keharaman.
(فَصْلٌ) فِيْ أَنْوَاعِ الدِّمَاءِ الْوَاجِبَةِ فِيْ الْإِحْرَامِ بِتَرْكِ وَاجِبٍ أَوْ فِعْلِ حَرَامٍ
Dam yang wajib di dalam ihram ada lima perkara.
(وَالدِّمَاءُ الْوَاجِبَةُ فِي الْإِحْرَامِ خَمْسَةُ أَشْيَاءَ
Salah satunya adalah dam yang wajib sebab meninggalkan ibadah, maksudnya meninggalkan sesuatu yang diperintahkan seperti meninggalkan ihram dari miqat. أَحَدُهَا الدَّمُ الْوَاجِبُ بِتَرْكِ نُسُكٍ) أَيْ تَرْكِ مَأْمُوْرٍ بِهِ كَتَرْكِ الْإِحْرَامِ مِنَ الْمِيْقَاتِ
Dam ini dengan cara berurutan/ tertib.
(وَهُوَ) أَيْ هَذَا الدَّمُ (عَلَى التَّرْتِيْبِ)
Maka sebab meninggalkan sesuatu yang diperintahkan, pertama kali yang wajib adalah satu ekor kambing yang mencukupi digunakan untuk kurban.
فَيَجِبُ أَوَّلًا بِتَرْكِ الْمَأْمُوْرِ بِهِ (شَاةٌ) تُجْزِئُ فِي الْأُضْحِيَةِ
Jika ia tidak menemukannya sama sekali, atau menemukan dengan harta di atas harga standar, maka wajib melakukan puasa sepuluh hari, tiga hari saat ihram haji.
(فَإِنْ لَمْ يَجِدْ)هَا أَصْلًا أَوْ وَجَدَهَا بِزِيَادَةٍ عَلَى ثَمَنِ مِثْلِهَا (فَصِيَامُ عَشَرَةِ أَيَّامٍ ثَلَاثَةٍ فِيْ الْحَجِّ)
Disunnahkan tiga hari tersebut dilaksanakan sebelum hari Arafah, maka ia berpuasa pada hari ke enam, tujuh dan delapan bulan Dzil Hijjah. تُسَّنُ قَبْلَ يَوْمِ عَرَفَةَ فَيَصُوْمُ سَادِسَ ذِيْ الْحِجَّةِ وَسَابِعَهُ وَثَامِنَهُ
Dan puasa tujuh hari ketika ia sudah kembali ke keluarganya dan tempat tinggalnya. (وَ) صِيَامُ (سَبْعَةٍ إِذَا رَجَعَ إِلَى أَهْلِهِ) وَ وَطَنِهِ
Tidak diperkenankan melaksanakan puasa tujuh hari tersebut di tengah perjalanan pulang. وَلَايَجُوْزُ صِيَامُهَا فِيْ أَثْنَاءِ الطَّرِيْقِ
Jika ia berkehendak untuk bertempat tinggal di Makkah, maka lakukanlah puasa tersebut di sana, sebagaimana keterangan di dalam kitab al Muharrar. فَإِنْ أَرَادَ الْإِقَامَة َبِمَكَّةَ صَامَهَا كَمَا فِي الْمُحَرَّرِ
Seandainya ia tidak melakukan puasa tiga hari saat masih ihram haji dan telah pulang ke daerahnya, maka wajib baginya untuk melaksanakan puasa sepuluh hari dan memisah antara tiga hari dan tujuh hari tersebut dengan empat hari di tambah lama masa perjalanan pulang ke daerahnya. وَلَوْ لَم يَصُمِ الثَّلَاثَةَ فِيْ الْحَجِّ وَرَجَعَ لَزِمَهُ صَوْمُ الْعَشَرَةِ وَفَرَقَ بَيْنَ الثَّلَاثَةِ وَالسَّبْعَةِ بِأَرْبَعَةِ أَيَّامٍ وَمُدَّةِ إِمْكَانِ السَّيْرِ إِلَى الْوَطَنِ
Apa yang telah disampaikan Mushannif bahwa dam tersebut adalah dam tertib, itu sesuai dengan keterangan di dalam kitab ar Raudhah, kitab asalnya Raudlah dan kitab Syarh al Muhadzdzab. وَمَا ذَكَرَهُ الْمُصَنِّفُ مِنْ كَوْنِ الدَّمِ الْمَذْكُورِ دَمَ تَرْتِيْبٍ مُوَافِقٌ لِمَا فِيْ الرَّوْضَةِ وَأَصْلِهَا وَشَرْحِ الْمُهَذَّبِ
Akan tetapi keterangan di dalam kitab al Minhaj yang mengikut kepada kitab al Muharrar menjelaskan bahwa dam tersebut adalah dam tartib wa ta’dil. لَكِنِ الَّذِيْ فِي الْمِنْهَاجِ تَبْعًا لِلْمُحَرَّرِ أَنَّهُ دَمُ تَرْتِيْبٍ وَتَعْدِيْلٍ
Sehingga, pertama wajib membayar seekor kambing. Kemudian jika tidak mampu, maka wajib menggunakan kadar harga kambing tersebut untuk membeli bahan makanan dan mensedekahkannya.
فَيَجِبُ أَوَّلًا شَاةٌ فَإِنْ عَجَزَ عَنْهَا اشْتَرَى بِقِيْمَتِهَا طَعَامًا وَتَصَدَّقَ بِهِ
Kemudian jika tidak mampu, maka wajib berpuasa sehari sebagai ganti dari setiap mudnya. فَإِنْ عَجَزَ صَامَ عَنْ كُلِّ مُدٍّ يَوْمًا .
Yang ke dua adalah dam yang wajib sebab mencukur rambut dan enak-enakan seperti memakai wangi-wangian, memakai minyak -di rambut kepala atau jenggot- dan mencukur adakalanya seluruh rambut kepala atau tiga helai rambut saja. وَالثّاَنِي الدَّمُ الْوَاجِبُ بِالْحَلْقِ وَالتَّرَفُّهِ) كَالطِّيْبِ وَالدُّهْنِ وَالْحَلْقِ إِمَّا لِجَمِيْعِ الرَّأْسِ أَوْ لِثَلَاثَةِ شَعَرَاتٍ
Dam ini dengan cara takhyir (diperkenankan memilih). (وَهُوَ) أَيْ هَذَا الدَّمُ (عَلَى التَّخْيِيْرِ)
Maka wajib adakalanya satu ekor kambing yang mencukupi digunakan kurban, atau puasa tiga hari, atau bersedekah tiga sha’ bahan makanan untuk enam orang miskin atau faqir, masing-masing mendapat setengah sha’ bahan makanan yang mencukupi digunakan untuk membayar zakat fitrahh.
فَيَجِبُ إِمَّا (شَاةٌ) تُجْزِئُ فِي الْأُضْحِيَةِ (أَوْ صَوْمُ ثَلَاثَةِ أَيَّامٍ أَوِ التَّصَدُّقُ بِثَلَاثَةِ آصُعٍ عَلَى سِتَّةِ مَسَاكِيْنَ) أَوْ فُقَرَاءَ لِكُلٍّ مِنْهُمْ نِصْفُ صَاعٍ مِنْ طَعَامٍ يُجْزِئُ فِي الْفِطْرَةِ.
Yang ke tiga adalah dam yang wajib sebab ihshar (tercegah dari wukuf). (وَالثَّالِثُ الدَّمُ الْوَاجِبُ بِالْإِحْصَارِ
Maka bagi orang yang ihram -yang di ihshar- wajib niat tahallul dengan menyengaja keluar dari ibadah hajinya sebab ihshar, dan memberi hadyah, maksudnya menyembelih satu ekor kambing di tempat di mana ia di ihshar, dan mencukur rambutnya setelah menyembelih kambing tersebut. فَيَتَحَلَّلُ) الْمُحْرِمُ بِنِيَةِ التَّحَلُّلِ بِأَنْ يَقْصِدَ الْخُرُوْجِ مِنْ نُسُكِهِ بِالْإِحْصَارِ (وَيَهْدِيْ) أَيْ يَذْبَحَ (شَاةً) حَيْثُ أُحْصِرَ وَيَحْلِقُ رَأْسَهُ بَعْدَ الذَّبْحِ
Yang ke empat adalah dam yang wajib sebab membunuh binatang buruan. (وَالرَّابِعُ الدَّمُ الْوَاجِبُ بِقَتْلِ الصَّيْدِ
Dam ini dengan cara takhyir (diperkenankan memilih) di antara tiga perkara. وَهُوَ) أَيْ هَذَا الدَّمُ (عَلَى التَّخْيِيْرِ) بَيْنَ ثَلَاثَةِ أُمُوْرٍ
Jika binatang buruan tersebut memiliki binatang yang mirip. Yang dimaksud adalah binatang yang mirip dengan binatang buruan tersebut adalah binatang yang mendekati bentuknya. Mushannif menyebutkan yang pertama dari tiga perkara ini di dalam perkataan beliau, “ maka ia wajib mengeluarkan binatang ternak yang mirip dengan binatang buruan tersebut. (إِنْ كَانَ الصَّيْدُ مِمَّا لَهُ مِثْلٌ) وَالْمُرَادُ بِمِثْلِ الصَّيْدِ مَا يُقَارِبُهُ فِي الصُّوْرَةِ وَذَكَرَ الْمُصَنِّفُ الْأَوَّلَ مِنْ هَذَا الثَّلَاثَةِ فِيْ قَوْلِهِ (أَخْرَجَ الْمِثْلَ مِنَ النَّعَمِ)
Maksudnya ia menyembelih binatang ternak yang mirip tersebut dan mensedahkannya kepada fakir miskin tanah Haram. أَيْ يَذْبَحُ الْمِثْلَ مِنَ النَّعَمِ وَيَتَصَدَّقُ بِهِ عَلَى مَسَاكِيْنِ الْحَرَمِ وَفُقَرَائِهِ
Maka di dalam membunuh burung onta, wajib mengeluarkan satu ekor onta. Di dalam membunuh sapi dan keledai liar, wajib mengeluarkan satu ekor sapi. Dan di dalam membunuh kijang, wajib mengeluarkan satu ekor kambing. فَيَجِبُ فِيْ قَتْلِ النُّعَامَةِ بَدَنَةٌ وَفِيْ بَقَرِ الْوَحْشِ وَحِمَارِهِ بَقَرَةٌ وَفِي الْغَزَالِ عَنْزٌ
Untuk contoh-contoh binatang buruan lainnya yang memiliki kemiripan dengan binatang ternak, dijelaskan di dalam kitab-kitab yang diperluas penjelasannya. وَبَقِيَّةُ صُوَرٍ الَّذِيْ لَهُ مِثْلٌ مِنَ النَّعَمِ مَذْكُوْرَةٌ فِي الْمُطَوَّلَاتِ
Mushannif menyebutkan yang ke dua -dari tiga perkara tersebut- di dalam perkataannya, “atau mengkalkulasinya”, maksudnya ternak yang serupa tersebut dengan uang dirham disesuaikan dengan harga di negara Makkah di hari saat mengeluarkan denda tersebut. Hasil kalkulasinya digunakan untuk membeli bahan makanan yang mencukupi digunakan untuk zakat fitrahh, kemudian disedekahkan kepada fakir miskin tanah Haram. وَذَكَرَ الثَّانِيَ فِيْ قَوْلِهِ (أَوْ قَوَّمَهُ) أَيِ الْمِثْلَ بِدَرَاهِمَ بِقِيْمَةِ مَكَّةَ يَوْمَ الْإِخَرَاجِ (وَاشْتَرَى بِقِيْمَتِهِ طَعَامًا) مُجْزِئًا فِي الْفِطْرَةِ (وَتَصَدَّقَ بِهِ) عَلَى مَسَاكِيْنِ الْحَرَمِ وَفُقَرَائِهِ
Mushannif juga menyebutkan yang ke tiga di dalam perkataan beliau, “atau berpuasa sehari sebagai ganti dari setiap mudnya”.
وَذَكَرَ الْمُصَنِّفُ أَيْضًا الثَّالِثَ فِيْ قَوْلِهِ (أَوْ صَامَ عَنْ كُلِّ مُدٍّ يَوْمًا)
Jika masih tersisa kurang dari satu mud, maka sebagai gantinya ia berpuasa satu hari. فَإِنْ بَقِيَ أَقَلُّ مِنْ مُدٍّ صَامَ عَنْهُ يَوْمًا
Jika binatang buruan tersebut tidak memiliki kemiripan, maka ia diperkenankan memilih di antara dua perkara yang dijelaskan mushannif di dalam perkataannya, (وَإِنْ كَانَ الصَّيْدُ مِمَّا لَا مِثْلَ لَهُ) فَيُتَخَيَّرُ بَيْنَ أَمْرَيْنِ ذَكَرَهُمَا الْمُصَنِّفُ فِيْ قَوْلِهِ
Maka ia mengeluarkan bahan makanan sejumlah kadar harga binatang tersebut dan mensedekah kannya. (أَخْرَجَ بِقِيْمَتِهِ طَعَامًا) وَتَصَدَّقَ بِهِ
Atau berpuasa satu hari sebagai ganti dari setiap mudnya. Jika masih tersisa kurang dari satu mud, maka menggantinya dengan puasa satu hari. (أَوْ صَامَ عَنْ كُلِّ مُدٍّ يَوْمًا) وَإِنْ بَقِيَ أَقَلُّ مِنْ مُدٍّ صَامَ عَنْهُ يَوْمًا.
Yang ke lima adalah dam yang wajib sebab wathi’ yang dilakukan oleh orang yang berakal dan tahu akan keharamannya, baik jima’nya pada jalan depan atau belakang sebagaimana yang telah dijelaskan di depan. (وَالْخَامِسُ الدَّمُ الْوَاجِبُ بِالْوَطْءِ) مِنْ عَاقِلٍ عَالِمٍ بِالتَّحْرِيْمِ سَوَاءٌ جَامَعَ فِيْ قُبُلٍ أَوْ دُبُرٍ كَمَا سَبَقَ
Dam ini dengan cara tertib. (وَهُوَ) أَيْ هَذَا الدَّمُ الْوَاجِبُ (عَلَى التَّرْتِيْبِ)
Sebab hal ini, maka pertama kali wajib membayar satu ekor unta badanah. Badanah diungkapkan untuk unta jantan dan betina. فَيَجِبُ بِهِ أَوَّلًا (بَدَنَةٌ) وَتُطْلَقُ عَلَى الذَّكَرِ وَالْأُنْثَى مِنَ الْإِبِلِ
Jika ia tidak menemukan, maka wajib membayar satu ekor lembu sapi. (فَإِنْ لَمْ يَجِدْهَا فَبَقَرَةٌ
Jika tidak menemukan, maka wajib membayar tujuh ekor kambing.
فَإِنْ لَمْ يَجِدْهَا فَسَبْعٌ مِنَ الْغَنَمِ
Jika tidak menemukan tujuh ekor kambing, maka wajib mengkalkulasi harga onta badanah dengan dirham sesuai harga negara Makkah di waktu pelaksanaan kewajiban tersebut. Menggunakan hasil kalkulasi tersebut untuk membeli bahan makanan dan di sedekahkan kepada faqir miskin tanah Haram.
فَإِنْ لَمْ يَجِدْهَا قَوَّمَ الْبَدَنَةَ) بِدَرَاهِمَ بِسِعْرِ مَكَّةَ وَقْتَ الْوُجُوْبِ (وَاشْتَرَى بِقِيْمَتِهَا طَعَامًا وَتَصَدَّقَ بِهِ) عَلَى مَسَاكِيْنِ الْحَرَامِ وَفُقَرَائِهِ
Tidak ada ukuran pasti di dalam bahan makanan yang diberikan kepada masing-masing orang faqir tersebut. وَلَا تَقْدِيْرَ فِيْ الَّذِيْ يُدْفَعُ لِكُلِّ فَقِيْرٍ
Seandainya ia mensedekahkan berupa dirham, maka hal itu tidak mencukupinya. وَلَوْ تَصَدَّقَ بِالدَّرَاهِمِ لَمْ يُجْزِئْهِ.
Jika tidak menemukan bahan makanan, maka ia berpuasa sehari sebagai ganti dari setiap satu mudnya. (فَإِنْ لَمْ يَجِدْ) طَعَامًا (صَامَ عَنْ كُلِّ مُدٍّ يَوْمًا)
Pentasarufan Denda
Ketahuilah sesungguhnya binatang hadyah itu terbagi menjadi dua.
وَاعْلَمْ أَنَّ الْهَدْيَ عَلَى قِسْمَيْنِ
Salah satunya adalah hadyah sebab ihshar. Dan hadyah ini tidak wajib dikirimkan ke tanah Haram, bahkan disembelih di tempat terjadi nya ihshar. أَحَدُهُمَا مَا كَانَ عَنْ إِحْصَارٍ وَهَذَا لَا يَجِبُ بَعْثُهُ إِلَى الْحَرَمِ بَلْ يُذْبَحُ فِيْ مَوْضِعِ الْإِحْصَارِ
Yang ke dua adalah hadyah yang wajib sebab meninggalkan kewajiban atau melakukan keharaman. Penyembelihannya tertentu di tanah Haram. وَالثَّانِيْ الْهَدْيُ الْوَاجِبُ بِسَبَبِ تَرْكِ وَاجِبٍ أَوْ فِعْلِ حَرَامٍ وَيَخْتَصُّ ذَبْحُهُ بِالْحَرَمِ
Mushannif menyebutkan yang ke dua ini di dalam perkataan beliau, “pembayaran hadyah dan bahan makanan tidak mencukupi kecuali dilaksanakan di tanah Haram.” وَذَكَرَ الْمُصَنِّفُ هَذَا فِيْ قَوْلِهِ (وَلَايُجْزِئُهُ الْهَدْيُ وَلَا الْإِطْعَامُ إِلَّا بِالْحَرَمِ)
Minimal perbuatan yang mencukupi adalah ia memberikan hadyah tersebut kepada tiga orang miskin atau faqir. وَأَقَلُّ مَا يُجْزِئُ أَنْ يَدْفَعَ الْهَدْيَ إِلَى ثَلَاثَةِ مَسَاكِيْنَ أَوْ فُقَرَاءَ
Dan mencukupi baginya untuk berpuasa di manapun yang ia kehendaki, tanah Haram atau yang lain. (وَيُجْزِئُهُ أَنْ يَصُوْمَ حَيْثُ شَاءَ) مِنْ حَرَمٍ أَوْ غَيْرِهِ
Binatang Buruan dan Tanaman Tanah Haram
Tidak diperkenankan membunuh binatang buruan tanah Haram, walaupun ia dipaksa untuk membunuhnya. (وَلَا يَجُوْزُ قَتْلُ صَيْدِ الْحَرَمِ) وَلَوْ كَانَ مُكْرَهًا عَلَى قَتْلِهِ
Seandainya ada seseorang yang melakukan ihram kemudian gila, lalu ia membunuh binatang buruan, maka ia tidak wajib menggantinya menurut pendapat al adhhar. وَلَوْ أَحْرَمَ ثُمَّ جُنَّ فَقَتَلَ صَيْدًا لَمْ يَضْمَنْهُ فِيْ الْأَظْهَرِ
Tidak boleh memotong tanaman tanah Haram. (وَلَا) يَجُوْزُ (قَطْعُ شَجَرَةٍ) أَيِ الْحَرَمِ
Dan ia wajib mengganti tanaman yang besar dengan satu ekor sapi, dan tanaman yang kecil dengan satu ekor kambing, masing-masing dari keduanya harus memenuhi kriteria hewan kurban.
وَيَضْمَنُ الشَّجَرَةَ الْكَبِيْرَةَ بِبَقَرَةٍ وَالصَّغِيْرَةَ بِشَاةٍ كُلٌّ مِنْهُمَا بِصِفَةِ الْأُضْحِيَةِ
Dan juga tidak boleh memotong dan mencabut tanaman tanah Haram yang tidak ditanam oleh manusia, bahkan tumbuh sendiri.
وَلَايَجُوْزُ أَيْضًا قَطْعُ وَلَا قَلْعُ نَبَاتِ الْحَرَمِ الَّذِيْ لَا يَسْتَنْبِتُهُ النَّاسُ بَلْ يَنْبُتُ بِنَفْسِهِ
Adapun rumput yang kering, maka diperkenan- kan memotongnya tidak mencabutnya. أَمَّا الْحَشِيْشُ الْيَابِسُ فَيَجُوْزُ قَطْعُهُ لَا قَلْعُهُ
Seorang muhil, dengan terbaca dlammah huruf mimnya, maksudnya orang yang halal, dan orang yang sedang ihram, di dalam hukum tersebut statusnya adalah sama. (وَالْمُحِلُّ) بِضَمِّ الْمِيْمِ أَيِ الْحَلَالُ (وَالْمُحْرِمُ فِيْ ذَلِكَ) الْحُكْمِ السَّابِقِ (سَوَاءٌ)