BAYI ITU BERUSIA 55 HARI

in #indonesia6 years ago

20181103_051957.jpg

Sumber (https://pixabay.com/en/baby-ten-small-newborn-feet-child-baby-b-256857/)

Malam ini saya benar-benar tidak bisa menulis apa-apa. Beberapa ide yang sudah saya buat di buku untuk coret-coret ide, tidak muncul juga tulisannya. Dengan mantap saya putuskan untuk break. Berhenti, mencoba mencari celah di hati yang mungkin bisa saya tulis.

Sambil membuka tulisan teman-teman, salah satunya tulisan mbak @ettydiallova. Saya berharap mendapat pencerahan. Ternyata benar, membaca membuka mata hati dan pikiran untuk menjadi lebih baik. Beberapa tulisan beliau ada yang pernah saya alami. Saya tercenung merenungi diri saya sendiri.

Menyadari bahwa Steemit adalah tempat yang tepat untuk belajar dan bersaing (positif). Saya menoleh ke belakang, wow ... inilah saya, ibarat bayi yang baru lahir dan berusia 55 hari. Apakah yang bisa dilakukan seorang bayi berusia 55 hari? Tentu saja hanya bisa menangis ketika merasa tidak nyaman. Rasa lapar, haus, tidur, pup, semua dengan menangis.

Mbak @diyanti86 sahabat saya ibarat ibu yang sabar menjelaskan setiap detail yang ada di platform keren ini. Entah karena faktor usia, atau karena otak saya tidak pernah belajar dunia digital membuat saya rada kesulitan memahami. Bersyukur mbak Diyanti terus menyemangati ditambah berteman dengan steeminian Indonesia dari luar kota. Perlahan saya berusaha untuk meluangkan kesempatan dalam berkarya dan mengikuti aturan di ajang ini.

Saya jadi ingat bahwa Yang Kuasa akan memberi apa saja yang sesuai dengan kemampuan hambanya (mastathoktum).Di usia 55 hari bergabung dengan Steemit adalah perjalanan dari Firman Allah SWT tersebut. Jika dilogika sangat bisa diterima. Coba bayangkan saja, seorang yang baru memulai dalam kehidupannya (penulis bayi) serta merta akan mendapat bonus dari karyanya selevel dengan penulis yang sudah berpengalaman dan berdedikasi tinggi. Oh, No! Sebuah khayalan yang sangat tidak masuk akal!

Pencapaian dalam hidup selalu dibarengi dengan jembatan penyeberangan yang saya namakan jembatan ‘ISTIQOMAH’. Kenapa? Jembatan ini yang menyaring langkah menuju tujuan. Rosulullah SAW juga bersabda, bahwa amal yang disukai Allah adalah amal yang berkesinambungan, yang kontinyu.

Berkesinambungan mengajarkan pada nilai amaliah, meskipun sedikit tapi terus menerus. Bukan borongan, sekali melangkah banyak ilmu yang diamalkan, setelahnya tidak mengamalkan sama sekali. Menjaga nilai istiqomah memang tidak mudah. Godaan yang paling besar adalah nafsu yang justru ada dalam diri kita sendiri.

Rasa malas akan muncul begitu melihat nilai vote yang sedikit atau tidak seperti harapan. Hal ini mungkin saja terjadi. Atau menjadi lebih narsis, dengan berharap besar ladang uang ‘dolar’ yang menggiurkan menjadi tujuan utama. Inilah sifat manusia, sejenak lupa memola otak untuk berpikir sehat secara religi. Begitu realita tidak seperti harapan berujung pada rasa enggan, bahkan mungkin penolakan secara fatal.

Tetiba saya ingat salah satu postingan mbak @cicisw. Dalam tulisannya beliau menanyakan, tujuan kita menulis itu dalam rangka untuk apa. Target memperbanyak vote atau untuk kebaikan, begitu kesimpulan saya. Hemm ... tulisannya dalam sekali. Jika kembali pada niat menulis untuk ibadah, berarti seberapapun nilai yang kita dapat, tidak akan berpengaruh pada karya-karya selanjutnya. Rasa puas bukan pada pendapatan dolar tetapi pada sisi hati. Tulisan itu memberi manfaat untuk diri sendiri dan orang lain.

Hati saya lega setelah menulis ini, Allah lebih tahu kemampuan saya sejauh apa dan seberapa. Saya yang sekian puluh tahun hanya berkutat dengan dapur dan anak-anak (mengasuh anak-anak), jelas jauh tertinggal untuk urusan teknologi. Saya tidak menyalahkan keadaaan, karena mengenal IT pada usia yang hampir lima puluh tahun. Perjalanan hidup saya memang sudah diatur demikian.

3785533_L.jpg

Sumber (https://pixabay.com/en/holly-mockup-fir-tree-frame-3785533/)

Menyadari semua itu, saya harus dan seharusnya mensyukuri semuanya. Seberapapun ilmu yang saya tahu dan bisa saya laksanakan semampunya, merupkan pencapaian yang luar biasa. Bukan materi dolar atau rupiahnya, tetapi pencapaian secara batiniah yang membuat hati saya bahagia. Alhamdulillah, malam ini saya masih diizinkan Allah untuk menulis.

Terima kasih kepada Steemit dan teman-teman atas apresisianya. Berapapun nilai yang diberikan itulah hasil dari kemampuan saya. Untuk berkompetisi sehat harus dengan didampingi langkah yang sehat juga. Bekerja keras dan yang penting kontinyuitas! Ikhtiar yang sudah diusahakan tidaklah sia-sia dalam membuat sebuah karya.

Semua ini adanya malaikat yang terus mengawasi dan menilai kegiatan organ tubuh ini. Penilaian yang paling adil dan tidak bisa diganggu gugat adalah penilaian Allah, Dzat Maha Melihat di setiap hati hambanya. Meskipun itu hanya sebesar biji zarrah sekalipun.


Kalasan, 3 November 2018

20181103_052437.png

Sort:  

Tetap semangat, Ibu 😘

Kita sama-sama belajar 🤗🤗🤗

Alhamdulillah ya Kak @wahyulestari08, kita punya Allah yang tidak pernah tidur dan Maha Teliti. Jadi tidak ada yang sia-sia, jika diniatkan ibadah :)

Aamiin..benar mbak. Terima kasih mbak.

Posted using Partiko Android

Tetap semangat mba..
jadikan Steemit sebagai tempat untuk belajar, tidak hanya posting dan mendapat rewards.

Terima kasih semangatnya sudah mampir. Senang bisa belajar sama mbak.

Posted using Partiko Android

Mari belajar bersama2 Mba😉

Coin Marketplace

STEEM 0.20
TRX 0.20
JST 0.034
BTC 90099.44
ETH 3096.91
USDT 1.00
SBD 2.93