Review Acehnologi (II : 15) Kosmologi Aceh
Pada hari ini saya akan kembali melanjutkan mereview yang membahas tentang Kosmologi Aceh yang terdapat di dalam buku Acehnologi Volume 2 pada bab 15.
Pada bab ini yang ingin dikaji adalah bagaimana menemukan konsep Kosmologi Aceh dan ini menjadi kajian Kosmologi yang sangat penting untuk di bahas. Sebelum membahas lebih dalam lagi, kita setidaknya harus tahu dulu apa yang dimaksud dengan Kosmologi. Kalau kita berbicara tentang Kosmologi maka akan dikaitkan dengan kefilsafatan. Nah kosmos itu sendiri berarti alam. Jadi jika digabungkan menjadi Kosmologi artinya berhubungan dengan alam semesta baik mikro maupun makro. Kalau dalam konteks barat mereka akan menyebutkan dengan teori Big Bang. Mereka akan fokus pada dunia sains seperti astronomi dan fisika. Kosmlogi tidak hanya di bahas oleh orang Barat tetapi ajaran Islam juga membahas tentang Kosmologi juga.
Di dalam bab ini memberikan arti kosmologi yaitu penjelasan tentang bagaimana manusia dan mengapa berjalan diatas bumi, dengan memahami alam, lantas menjadi pengetahuan, lalu diarahkan sebagai sebuah keyakinan, setelah itu menjadi sistem keyakinan, yang pada gilirannya memberikan arahan, hingga dia meninggalkan alam ini (Hal. 419). Nah mempelajari kosmologi itu ada tujuannya yaitu dapat memberikan dampak yang signifikan terhadap apa yang mempengaruhi suatu kepercayan atau keyakinan yang dianut oleh manusia, baik yang diarahkan kepada aspek kefilsafatan, maupun religi yang dianut manusia.
Seperti yang kita ketahui bahwa kosmologi Islam pernah muncul di Aceh, karena Islam telah bekontribusi sangat penting dalam memberikan pikiran dalam kajian kosmologi. Seperti mengenai tentang kuburan para ulama di Aceh. bahkan dalam buku ini menyebutkan bahwa kuburan ulama juga memberikan bukti bagaimana sistem kosmologi yang terjadi di Aceh. Maksudnya yaitu kuburan para ulama di Aceh banyak terdapat di daerah penggunungan, karena penggunungan itu adalah kosmologi karena kosmologi itu sendiri yaitu alam semesta.
Hal ini disebabkan oleh pandangan masyarakat yang menganggap bahwa penggunungan merupakan sebagai salah satu pusat energi bumi selain dari laut. Dan gunung itu disimbolkan sebagai kekuatan seorang laki-laki (maskulin), dan laut disimbolkan dengan feminism. Hal inilah yang harus diseimbangkan antara kekuatan gunung dan laut, karena keduanya saling berkaitan, sehingga memberikan suatu spirit bagi manusia. Bahkan di Jawa saja ada filosofis tentang siapa yang dapat menguasai gunung maka ia dapat menguasai masyarakat. Sehingga muncul pemikiran jika para ulama lebih suka dimakamkan di penggunungan atau sebuah bukit ketika sudah meninggal. Karena tanah yang tinggi merupakan tempat mendapatkan power dari energi bumi sehingga menjadi tempat pilihan dimana ulama ingin dimakamkan di tempat ini.
Sistem kosmologi di Aceh berbeda dengan daerah luar (Jawa). Karena sistem kosmologi di Aceh dihasilkan dari para ulama mengenai konsep penciptaan, mengkaji kealaman sehingga mencapai ke dasar berfikir sehingga membangun peradaban di Aceh. yang kemudian menghasilkan sistem antara manusia dengan manusia, manusia dengan alam, dan hubungan manusia dengan pencipta yaitu Allah. Bisa kita lihat tentu saja kosmologi disetiap daerah berbeda-beda walaupun berbeda tapi tetap penting untuk dibahas karena setiap penjuru memiliki sitem kosmologi.
Dari pembahasan kosmologi diatas dapat disimpulkan bahwa pada dasarnya kajian kosmologi tidak terlepas dari kajian religi, walaupun sekarang dikaitkan dengan ilmu-ilmu sains. Dalam hal ini dapat kita ketahui bahwa Acehnologi bukanlah semata-mata yang membahas mengenai budaya, tetapi juga menggali aspek metafisika dan meta-teori.