Nelayan Pukat Pantai (Fisherman Pukat Pantai)
Dengan kekayaan alam yang dimiliki Indonesia, ada banyak jenis profesi yang dapat dilakukan Masyarakat. Untuk Masyarakat daerah pesisir dapat memanfaatkan kekayaan alam itu sendiri dengan berprofesi sebagai Nelayan, dalam keseharian mereka hanya fokus pada penangkapan ikan baik dengan teknik menjaring atau pun melakukannya secara berkelompok.
Untuk teknik yang dilakukan secara berkelompok biasa disebut dengan tarik pukat, teknik ini merupakan kegiatan yang dilakukan para nelayan di bibir pantai saja. Tanpa harus pergi ke laut lepas, namun untuk teknik ini sendiri pun memiliki kekurangan dan kelebihan tersendiri.
Hanya jenis jenis ikan dasaran saja yang dapat mereka peroleh, lain halnya dengan nelayan lepas pantai. Tangkapan mereka dapat bervariasi untuk jenis ikannya, mulai dari yang besar maupun yang kecil sekali pun. Selain jenis jaring yang digunakan nelayan lepas pantai lebih besar, mereka pun bekerja dengan sistem teknologi yang telah memadai. Gelombang frekuensi pergerakan ikan telah lama mereka gunakan, alat tersebut akan inline dengan komputer yang terpasang rapi di bagian dalam kapal. Sedangkan nelayan pantai yang hanya memiliki pergerakan di bibir pantai, beranggotakan 10 orang dan tanpa didukung alat yang canggih. Untuk pergerakan kawanan ikan sendiri, mereka hanya menggunakan insting sebagai pelaut. Memperkirakan dengan pergerakan bulan di malam harinya, dengan kondisi alam dan pergerakan bulan di malam harinya mereka memprediksikan jenis ikan apa yang akan berkumpul di siang harinya.
Diperlukan ketelatenan dan perkiraan yang sangat tepat untuk memprediksikan kondisi laut itu sendiri, untuk kemampuan tersebut pula tidak dapat dimiliki oleh semua nelayan. Hanya beberapa orang saja yang telah mampu membaca kondisi laut. Nelayan yang telah memiliki kemampuan tersebut dijuluki sebagai Pawang, yang artinya orang yang telah mengetahui seluk beluk masalah laut itu sendiri.
Mekanisme Kerja
Sistem kerja nelayan pukat pantai dilakukan secara berkelompok, biasanya mencapai 10 orang. Dengan pembagian 5 orang, untuk kelompok yang pertama dinamakan "lamat". Kelompok ini berada dibibir pantai lebih awal, kelompok yang satunya akan berada di dalam perahu. Tugas mereka di dalam perahu akan membawa tali beserta jaring untuk dibawa ke laut yang berjarak 5Km, setibanya dilautan mereka akan menurunkan secara perlahan jaring yang telah diikat rapi. Proses ini disebut "laboeh pukat" dan proses ini dikawal oleh Pawang, kemudian mereka akan kembali ke bibir pantai dengan membawa tali yang akan ditarik bersama. Untuk kelompok yang kedua ini disebut "rundoek".
Posisi Pawang ini sendiri setibanya di bibir pantai dapat bebas ke kelompok mana saja, hal tersebut dilalukan untuk dapat tetap mengontrol pergerakan "pukat" tetap berjalan sesuai sebagaimana mestinya. Pergerakan ombak dan hembusan angin sangat berpengaruh besar terhadap tangkapan mereka, langkah atau ayunan kaki mereka pun sangat memiliki pengaruh besar. Bagaimana tidak, jika ada seorang "rakan" yang merupakan anggota dari mereka tidak memiliki ayunan langkah kaki yang sama. Maka pinggang mereka akan sangat terpelintir, hal tersebut dikarenakan proses "tarek pukat" ini sendiri dilakukan dengan jalan mundur dan tali pukat "chuae" terpasangan erat di pinggang mereka.
Proses sekali beroperasi "laboh pukat" ini sendiri untuk sekalinya membutuhkan waktu dua jam, bahkan jika hembusan angin dan ombak kencang dapat selesai hingga 3 jam. Untuk jenis ikannya sendiri pun hanya ikan ikan kecil, jarang sekali mereka dapat tangkapan ikan besar.
Hanya jenis ikan pasir saja, seperti Ikan "Seukiroeng, Mubajie, Ciriek (petek), Bileih (teri), Noeh (sotong) dan Aneuk Lhee (Ikan Sarden)..
Keluh kesah sebagai nelayan pukat pantai pun pernah saya rasakan, selesai Sekolah Tingkat SMA saya pernah ikut Orang Tua untuk merasakan jadi nelayan. Perolehan rupiah yang terkadang bervariasi pun pernah saya rasakan saat itu, mulai dari 15.000 s/d 135.000 saja untuk setiap harinya. Namun jika kita perhatikan dari sudut pandang yang kita miliki, menjadi nelayan sangatlah sulit. Hidup keras, pekerjaan kasar dan uang yang tidak seberapa. Namun bagi mereka, pekerjaan tersebut sangatlah menggembirakan. Selain memang harus bersyukur, mereka tidak harus terikat dengan kontrak kerja seperti karyawan yang bekerja dibawah tekanan dan target dari perusahaan. Namun apa pun profesi yang kita jalani saat ini, syukur dan saling menghormati sesama sangatlah penting. Hal tersebut untuk tetap menjaga toleransi sesama dan memperkaya khasanah bumi Indonesia dengan keragaman manusianya..
With the natural wealth of Indonesia, there are many kinds of professions that can be done Society. For coastal communities can take advantage of the natural wealth itself by profession as Fisherman, in their daily life only focus on catching fish either by clapping techniques or doing it in groups. For techniques that are done in groups are called trawler pull, this technique is an activity done by the fishermen in the beach only. Without having to go to the open sea, but for this technique itself also has its own advantages and disadvantages.Only the type of fish that they can get, just as with offshore fishing. Their catch may vary for the species of fish, ranging from both large and small. In addition to the types of nets that are used by larger offshore fishermen, they also work with technological systems that have been adequate. The frequency waves of fish movement have long been used, the tool will be inline with a neatly installed computer on the inside of the vessel. While the coastal fishermen who only have the movement on the beach, consisting of 10 people and without the support of sophisticated tools. For the movement of swarms of their own fish, they only use instincts as sailors. Estimating with the moon's movements in the evening, with the natural conditions and the moon's movements in the evening they predict what kind of fish will gather in the afternoon.It takes patience and a very precise estimation to predict the condition of the sea itself, for that capability also can not be owned by all fishermen. Only a few people have been able to read the conditions of the sea. Fishermen who have the ability is dubbed as Pawang, which means people who already know the ins and outs of the sea problem itself.Work mechanisme Fishing seafarers' working system is done in groups, usually reaching 10 people. With the division of 5 people, for the first group called "lamat". This group is lying on the beach early, the other group will be in the boat. Their duty in the boat will carry a rope along with a net to take to the sea which is 5Km apart, upon arrival the ocean will slowly lower the net that has been tied neatly. This process is called "laboeh pukat" and this process is escorted by the handler, then they will return to the shore by bringing the rope to be pulled together. For the second group this is called "rundoek".Position of the handler itself upon arrival on the beach can be free to any group, it is dilalukan to be able to keep control of the movement of "pukat" still running as it should. The movement of the waves and wind gusts greatly affect their catch, step or swing their legs also have a great influence. How not, if there is a "friend" who is a member of them do not have the same footstep swing. So their waist will be very twisted, it is because the process of "tarek pukat" itself is done with a retreat and rope trawl "chuae" tightly attached at their waist.This once-operated "duck trawl" process takes two hours for itself, even if gusts of wind and strong waves can be completed for up to 3 hours. For their own fish even small fish, rarely can they catch big fish.Only types of sand fish, such as fish "Seukiroeng, Mubajie, Ciriek (petek), Bileih (teri), Noeh (cuttlefish) and Aneuk Lhee (Sardine Fish) ..
Complaints as a beach trawler fisherman I have ever felt, finished High School School I once joined the Parent to feel so fishermen. Rupiah earnings are sometimes even varied I ever felt at that time, ranging from 15,000 to 135,000 just for every day. But if we look from the point of view that we have, being a fisherman is very difficult. Hard life, hard work and little money. But for them, the job is very encouraging. In addition to being grateful, they do not have to be tied to contracts like employees who work under pressure and targets from the company. But whatever profession we live at this time, gratitude and mutual respect for each other is very important. It is to maintain the tolerance of others and enrich the treasures of Indonesia with the diversity of humanity ..