Steemit dan Sisi Lain Manusia
Tulisan ini muncul setelah membaca postingan terakhir Bang @levycore tentang kekecewaannya pada diri sendiri yang menurutnya tak tampil maksimal pada acara Meet Up KSI Chapter Banda Aceh beberapa hari lalu. Menurutnya, ia tak begitu lihai berorasi sehingga banyak kata yang tak terucap pada acara itu.
Tapi, kalau boleh saya menulis dan berpendapat, hebat tak hebatnya seseorang itu adalah mutlak relatif. Ia serupa dengan hukum alam tentang seorang perempuan yang diperebutkan di sekolah. Kebanyakan siswa mengejarnya dengan gila. Tapi tolong buka mata, di luar para penggemarnya itu, pasti ada, selalu ada laki-laki yang bahkan sama sekali tak tertarik dengan perempuan idola itu. Karena apa? Ya.. Hukum relativitas berlaku di sana.
Begitupun tentang ukuran kehebatan seseorang. Bang @levycore mungkin melihat dirinya sebagai seseorang yang tak terlalu hebat dalam urusan berorasi dan menyampaikan pesan secara maksimal di depan banyak orang. Lantas ia meminta maaf atas ke-tidak-hebat-annya berorasi itu. Bagi sebagian orang, justru itulah hebat yang sebenarnya. Mengetahui kekurangan dan terus menemukan formula untuk memperbaikinya.
Memang, bagi beberapa orang, menguasai panggung dengan sempurna adalah kehebatan. Tapi bagi sebagian yang lain, kehebatan adalah ketika seseorang menyadari kekurangan dan memperbaikinya dengan penuh seluruh. Kita tak perlu menyerah pada kekurangan. Selalu ada hukum relativitas sepanjang sejarah umat manusia.
Beberapa orang besar bahkan butuh gagal berkali-kali untuk menjadi hebat dan menghasilkan karya fenomenal. Nietzsche misalnya, barangkali ia tak pernah bisa membuat karya hebat "Thus Spoke Zarathustra" andai saja kisah cintanya dengan Lou Andreas Salomé lancar dan tak menemui masalah.
Saya pikir Chairil Anwar juga tak mungkin menghasilkan puisi paling magis andai percintaannya dengan Mirat lancar-lancar saja. Begitupun yang berlaku pada Albert Camus. Mungkin ia tak pernah menelurkan sebuah novel semi monolog berjudul "La Chute" andai hubungan persahabatannya dengan Jean Paul Sartre tak menemukan batu sandungan.
Barangkali tak banyak yang tahu, bahwa, perasaan kecewa yang menyeret seseorang pada batas menyerah karena berbagai kekalahan dan kekurangan menghasilkan karya yang menakjubkan. Saya yakin tak banyak yang percaya tentang itu. Tapi, sampai saat ini saya masih meyakininya demikian.
Selama di Steemit, saya sudah sering melihat orang-orang yang hampir menyerah pada keadaan. Oleh sebab itulah, bagi saya, Steemit adalah cermin yang menampakkan sisi lain manusia.
Beberapa teman tak lagi saya temukan di Steemit karena berkali-kali merasa gagal dan tak populer. Ekspektasinya berada jauh dari realita. Lantas ia tutup akun dan menjadi manusia kalah. Namun, beberapa teman yang lain justru tak berhenti mencoba konsisten dengan segala kekurangan yang ada. Akhirnya dia berhasil menjadi manusia merdeka karena telah menemukan dirinya dan juga bakatnya di Steemit.
Dalam sejarah hidup manusia, selalu ada dua hal yang saling berlawanan. Pada titik itu kita tidak boleh menyerah, tapi harus memilih. Pada beberapa perenungan, saya berpikir, bagaimana kerennya dunia ini andai semua manusia berhasil bangkit setelah mengelola kegagalan dengan apik. Karena menurut saya, terlalu banyak hal hebat dan kreatif yang bisa dilakukan ketika sedih ketimbang menangis sendirian.
Beberapa orang menikmati rasa pahit kegagalan dengan mengurung diri di kamar dan berhenti berkarya. Beberapa yang lain menghadapi kegagalan dengan membebat telinga lantas menggeber musik hingga batas suara maksimum. Ada pula yang seharian penuh menangis dengan konyol di sudut ruangan paling kumuh dan gelap yang ada di dalam rumah.
Haruskah kita merasa gagal dengan keterbatasan yang kita punya? Saya kira tidak. Jika kita merasa gagal hanya karena keterbatasan yang kita miliki atau lelah diolok-olok kawan, itu sama seperti seseorang pindah klub bola kesayangan hanya karena idolanya tak lagi populer.
Memiliki keterbatasan adalah mutlak persoalan yang dimiliki setiap manusia. Yang berbeda hanya pilihan yang diambil oleh masing-masing orang untuk mengatasinya.
Kita semua adalah manusia masokis. Setiap hari bekerja selama 8 jam untuk mencari uang dengan keras. Lantas menghabiskan seluruhnya dalam waktu yang singkat. Setelah semuanya ludes, kita menyesali keputusan itu namun tetap mengulang bekerja lagi 8 jam sehari untuk bersenang-senang dengan cara yang sama. Apakah itu kekurangan? Barangkali ya.. Tapi orang tetap hidup dengan kekurangan tersebut.
Kekurangan yang ada pada setiap manusia adalah perkara menghadapi hal terberi dalam hidup yang seringkali digawat-gawatkan keberadaannya. Kekurangan adalah kita. Ia ada pada setiap manusia. Tapi memilih menderita seumur hidup dengan kekurangan atau memilih menjadi manusia merdeka karena berhasil mengelola kekurangan tersebut adalah pilihan.
Bagi saya, di Steemit hanya ada dua jenis manusia. Di satu sisi adalah manusia yang kalah karena gagal mengelola kekurangan dengan benar, di sisi lain adalah manusia sukses dan kreatif karena berhasil bangkit dan mengubah kekurangan menjadi sumber kekuatan. Jadi, kita pilih yang mana teman-teman Steemian?
Regards
Tulisan yang sangat luar biasa, kita tidak boleh menyerah dengan keadaan diri, tapi berusaha terus - menerus untuk memperbaikinya, karena tidak ada manusia yang paling semu karena kegagalan adalah keber hadilan yang tertunda.
Komentar yang luar biasa bang.. Terima kasih.. Salam.
bah, ini nieh yang mantap.
bener banget huk relativitas itu sama, seperti makna sukses kita di steemit, apakah hanya bergantung pada $$$ atau pada pengetahuan dan banyaknya teman yang diraih.
bukan begitu om. 😂😂😂😃😃
Sepakat Abang keren.. Saya selalu satu barisan dengan Mas berlensa tajam ini.. 😎😎
Saya sangat setuju dengan pendapat dari kawanku @samymubarraq, kadangkala kita merasa ada kekurangan Akan tetapi selalu mempertahankan bahwa itu benar, saya salut sama Curator Indonesia @levycore. Beliau sangat jujur dan apa adanya, sukses terus dan kita patut belajar banyak dari Curator kita yaitu @aiqabrago dan @levycore, terima kasih
Benar bang.. Selalu ada cara terbaik untuk mengubah kekurangan menjadi awal kebangkitan.. Saleum.. :)
Hidup ini tidaklah mulus-mulus saja. Selalu ada faktor-faktor tertentu yang membuat hidup rasanya menjadi sulit. Hidup ini tidak luput dari persaingan. Selalu ada seleksi alam yang membuat persaingan ini terasa semakin "seru" dalam artian yang positif
Tepat sekali bro.. Terima kasih sudah berpendapat.. Salam.