Puasa; Momentum Mengelola Hawa Nafsu
Intinya, bulan Ramadan adalah bulan untuk menambang segala kebaikan seraya mengharap ridha dari pemilik semesta. Barangkali, selama ini setiap mendengar orang-orang bercerita tentang Ramadan yang terlintas di pikiran kita hanya tentang menahan lapar di siang hari dan melakukan "balas dendam" di malam harinya. Jujur saja, bagi beberapa orang Ramadan adalah bulan yang penuh ujian. Segala kegiatan kita di siang hari terbatasi oleh hukum-hukum agama demi kesempurnaan ibadah puasa. Tak ada makan siang di bulan Ramadan. Tak makan di siang hari adalah ujian. Tetapi, apakah hanya itu ujian besar di bulan Ramadan? Bukan tentu saja. Ujian sebenarnya di bulan Ramadan adalah kedewasaan kita dalam mengelola hawa nafsu.
Ya, Ramadan adalah bulan yang bisa dijadikan momentum untuk mengendalikan hawa nafsu kita. Setidaknya begitulah yang disampaikan oleh khatib jum'at lalu di mesjid yang saya datangi. Kata sang khatib, puasa bukan ibadah yang ingin memindahkan nafsu dari badan manusia. Puasa juga bukan ritual yang dipaksakan Allah kepada manusia agar nafsunya mati. Tidak demikian. Puasa, katanya, tak ubahnya seperti tempat karantina bagi umat Islam untuk mengelola hawa nafsu. Di saat puasalah seseorang diuji untuk mengendalikan hawa nafsunya. Berhasil tidaknya seseorang mengelola nafsunya di bulan Ramadan tergantung pada pribadi orang. Yang jelas mengelola hawa nafsu bukanlah hal mudah. Sama sekali tidak mudah.
Saya jadi ingat cerita saat Nabi Muhammad SAW dan sahabat perang Badar. Setelah perang yang alot dan akhirnya dimenangi oleh kaum muslimin itu, seorang sahabat berkata bahwa kaun muslimin sudah memenangi salah satu perang yang sangat besar. Tetapi Nabi Muhammad SAW tak setuju. Kemudian Sang Nabi bersabda, bahwa perang yang lebih alot dan paling besar di dunia ini adalah perang melawan hawa nafsu. Benar-benar susah. Kadangkala kita luput membaca tanda alam, bahwa dosa yang terus kita buat adalah sebab kita gagal mengelola nafsu.
Karena kita gagal menundukkan hawa nafsu, maka kita urung berbagi padahal kita memiliki harta yang cukup melimpah. Karena gagal memanajemen hawa nafsu, kita tidak puasa di bulan Ramadan. Karena kita gagal mengelola hawa nafsu, kita menjadi arogan dan bengis. Semua hal buruk dalam hidup ini bisa dikatakan terjadi karena kita belum mampu mengelola hawa nafsu yang ada di tubuh kita. Maka dengan datangnya bulan Ramadan ini, pergunakanlah sebaiknya. Manfaatkan momentum Ramadan sebagai waktu yang tepat untuk lebih cerdas mengelola hawa nafsu. Karena jika kita berhasil mengelola hawa nafsu, maka segala hal baik rasa-rasanya mudah saja dilakukan.
Sebagai steemian, kita bisa memanfaatkan momentum Ramadan sebagai waktu yang tepat untuk kembali meluruskan komitmen kita di Steemit. Kita kembali menyadarkan diri sendiri bahwa keberadaan kita di Steemit bukan untuk membikin gaduh atau mencari musuh, tetapi keberadaan kita di Steemit adalah untuk berbagi segala hal baik yang dapat diambil manfaatnya oleh steemian lainnya. Maka untuk itu, mari kembali menjadi steemian baik yang mampu mengelola nafsu dan ringan untuk berbuat kebaikan. Semoga kita termasuk orang-orang yang terus memberikan manfaat untuk sesama. Aminn.. Salam literasi.
Regards
Benar banget, dengan semangat dan momentum ramadhan inilah sa'atnya kita stemians sejati mendekatkan diri untuk saling memahami akan kehadiran kita di steemit ini, paling tidak kita tak pernah melupakan tujuan awal kita bergabung dengan platform ini. Sukses selalu @samy
Benar sekali.. Kita harus menekankan lagi bahwa kehadiran kita di Steemit untuk mencari teman dan pengalaman berkomunitas..