Pelajaran Meet Up Timses FAMe Hari Ini: Sakralnya Sebuah Komunitas
Tepat pukul 05.27 menit saya tiba di rumah. Setelah perjalanan panjang dari Siantar-Medan-Aceh. Hari ini adalah hari pertama pada kepulangan kedua. Dan sebelum menjalani hari-hari selanjutnya, kepulangan ini terasa sangat singkat karena jadwal balik lagi ke Siantar pada tanggal 13 nanti sudah ada di ingatan.
Hari ini agenda pertama langsung dieksekusi, diskusi dengan Timses FAMe di "Warung Mie Abuwa" di pintu dua PT. Arun, Lhokseumawe. Seperti dijadwalkan sebelumnya, kami berkumpul di sana pada pukul 16.00 WIB.
Akhirnya saya tiba di warung tersebut diikuti kemudian Kak @asmaulhusna91 selaku fasilitator FAMe Lhokseumawe. Tak lama kemudian, Pak @zubiragam yang juga kepala sekolah SMA Sukma Bangsa Lhokseumawe datang menyusul. Terakhir datang Aris. Dia adalah mahasiswa prodi hukum Unimal yang juga bertugas merancang brosur untuk setiap pertemuan di FAMe.
Setelah semua berkumpul, kami segara memesan mie kepiting khas warung abuwa. Sambil makan mie kepiting, diskusi pun dimulai.
Pertama-tama kami bahas tentang kelanjutan FAMe Chapter Lhokseumawe. Ini terkait tentang peserta yang tidak konsisten dan roadshow FAMe ke kampus dan ke lembaga pendidikan lainnya.
Untuk konsistensi peserta yang hadir di setiap kelas FAMe, kami sepakat bahwa itu perkara rumit. Karena tak bisa sebuah kelas menulis memaksa setiap peserta hadir mengikuti kelas tersebut. Setiap orang memiliki kesulitan masing-masing dan kesibukan sendiri-sendiri sehingga toleransi sangat penting disisipkan pada poin ini.
Sehingga kami berkesimpulan bahwa tak boleh ada pemaksaan untuk menagih konsistensi peserta untuk selalu hadir di kelas FAMe setiap minggunya. Biarkan kesadaran diri masing-masing yang memupuk konsistensi di mereka. Sementara ini kami sepakat seperti itu untuk masalah konsistensi peserta FAMe.
Pembahasan selanjutnya adalah tentang memperkenalkan FAMe ke kampus-kampus dan lembaga pendidikan lainnya. Ini sangat perlu dilakukan agar FAMe yang bertujuan untuk membumikan semangat literasi di Bumi Aceh diketahui keberadaannya oleh orang-orang. Karena semua orang semestinya bisa menulis dengan baik dan menarik.
Lebih-lebih lagi pengguna Steemit. Semestinya pengguna Steemit menguasai betul tentang ilmu literasi agar setiap postingan di Steemit benar-benar bernas dan penuh informasi. Maka oleh itu, bagi setiap pengguna Steemit yang ada di Lhokseumawe dan Aceh Utara sangat penting bergabung di FAMe agar bisa menulis dengan baik dan benar di Steemit.
Namun, inti dari meet up dengan Timses FAMe hari ini adalah tentang sakralnya sebuah komunitas. Komunitas, baik itu komunitas pendidikan dan juga komunitas Steemi sangat berguna bagi anggotanya. Komunitas bukan hanya wadah untuk menuangkan ide dan pikiran, ia juga sebagai wadah yang menempa setiap anggotanya menjadi lebih baik dan berkembang.
Komunitas Steemit misalnya, ia ada bukan untuk menjamin bahwa seluruh anggota komunitas tersebut akan memberikan vote pada setiap postingan anggotanya, tapi komunitas itu ada untuk mengarahkan anggotanya ke arah yang lebih baik.
Misalnya, saya bergabung di sebuah komunitas Steemit di Whatsapp, benefit berharga yang saya dapatkan belum tentu berupa vote dari setiap anggota komunitas, melainkan kritikan dan saran yang mereka beri demi kebaikan setiap postingan saya di Steemit.
Dari situlah kemudian saya memilih dan memilah beberapa grup Steemit yang ada di Whatsapp. Sebelumnya saya telah dimasukkan kedalam beberapa grup Steemit di Whatsapp oleh beberapa teman, tapi karena beberapa grup saya lihat tak sehat, akhirnya saya keluar dari grup tersebut.
Tak sehat di sini tentu saja bukan karena semua atau kebanyakan anggotanya pengidap penyakit menular, tetapi di grup tersebut sering terjadi miskomunikasi kecil yang membuat saya tak nyaman. Misalnya seorang anggota grup mengirimkan link postingannya ke grup.. Satu jam kemudian dia marah-marah karena tak ada satu pun anggota grup yang memberikan vote pada postingannya. Itu yang saya sebut tak sehat. Sehingga saya dengan cepat memutuskan keluar dari grup model itu.
Sekarang saya hanya memiliki 3 grup Steemit di Whatsapp yang masih sehat di mana setiap anggota grup yang mengirim link postingannya selalu diikuti oleh kalimat ini, "tolong bantai tulisan saya agar saya tak membuang sampah di Steemit". Bukan kalimat begini, "jangan lupa vote dan resteem postingan saya ya". Padahal postingannya adalah sampah yang dikutip sana-sini.
Maka dari itu wahai pengguna Steemit yang barangkali sedang dilanda kecemasan karena turunnya harga SBD dan Steem, kita semua harus tahu bahwa setiap komunitas itu ada untuk membuat kita lebih kreatif dan maju bersama-sama, bukan bersatu untuk mengemis berjamaah. Begitulah sakralnya sebuah komunitas, Tuan dan Nona~
Regards
Setiap postingannya selalu dikaitkan dengan memberi semangat dan nasehat terhadap pengguna steemit ya. Jiwa steemit setia nih kayanya :D
Hahaha... Hidup SBD naik.. Ehh.. 🤣🤣🤣
Hahaha
Mangalahkan sakralnya tentang kekerabatan ya @samymubarraq