Membangun Konsistensi (Lagi) di Steemit

Sudah dua minggu lebih saya "meninggalkan" platform Steemit ini. Ada beberapa hal yang membuat saya rehat sejenak dari platform yang saya kenal awal Agustus 2017 lalu. Namun, semua alasan itu saya kira hanya bumbu penyedap saja di balik alasan yang sebenarnya: inkonsistensi.

Saya seringkali menulis tentang betapa pentingnya konsistensi dalam membangun sebuah karier serta reputasi di blantika dunia kerja. Konsisten menjadi dinamo lain yang dapat menaikkan great atau nilai tambah seseorang dalam pekerjaannya selain skill tentu saja. Konsisten layaknya resep rahasia yang sangat mempengaruhi popularitas seseorang.

---

Sumber

Jika saya adalah "buruh" dan Steemit adalah "kantor" tempat saya bekerja, maka saya tentu saja telah menerima surat pemberhentian dari pihak Steemit atas inkonsistensi yang saya punya. Berhenti bekerja selama dua minggu dengan alasan tak terlalu jelas tentu bisa berakibat fatal.

Tetapi saya kira Steemit tak segawat itu. Ada puluhan bahkan ratusan user lainnya yang mulai mundur secara teratur di Steemit dan beralih ke kantor lain. Tetapi layaknya cinta pertama, meski banyak hati yang lain ditemukan setelahnya, kisah dan romansa bersama cinta pertama tetap masih tumbuh walau hanya sebesar zarrah.

---

Sumber

Maka oleh sebab itulah, mulai malam ini saya mencoba membangun konsistensi sekali lagi di platform ini. Bukan karena telah diputus oleh cinta yang lain, tetapi sebagai cinta pertama, Steemit memang terlalu indah untuk dilupakan begitu saja. Saya kira tulisan ini agak lebay dan melankolis. Tetapi memang begitu kenyataannya. Setidaknya bagi saya.

Turun gunung setelah dua minggu menghilang tentu tak mudah. Rutinitas yang dulu bisa dibabat dalam hitungan detik kini mulai terasa sukar dan butuh waktu lebih untuk memulai ulang. Tetapi sekali lagi, memulai hal baik tentu bukan sesuatu yang buruk. Apalagi jika niatnya untuk menjaga kreatifitas dan merawat hobi yang telah ada sejak nalar bekerja. Salam literasi.

---