Kemudian Jumat..
Pada titik dan derajat tertentu, kita bahkan tak jarang menomorsatukan rutinitas yang notabene bersifat duniawi di atas ibadah yang bersifat ukhrawi. Lantas kita mulai bertanya pada diri, apakah sepenting itu sebuah rutinitas hingga dia mampu membuat kita berjarak dengan pemilik jiwa dan semua yang ada pada diri ini?
Saya beberapa kali terbesit pertanyaan waras macam itu ketika diri lupa dan alpa disiplin dalam beribadah. Tariklah contoh ketika kita salat subuh saat langit di ujung timur sudah menguning. Atau melewatkan malam-malam dengan rutinitas yang sia-sia. Pertanyaan tersebut muncul, tetapi jawabannya tidak.
Paling banter, hal yang kita lakukan setelah pertanyaan tersebut muncul dalam kepala adalah menyesal beberapa saat. Kemudian, satu atau dua jam setengah setelahnya kita kembali menjadi orang-orang yang kalah dan sangat cepat melupakan kesalahan. Padahal, itu adalah kesalahan kita dengan-Nya. Pencipta kita.
Dia Maha Esa, tetapi kita berkali-kali melupakan-Nya. Saya pikir semuanya terus seperti itu sampai kita usai. Sampai kita berpindah tempat dari dunia yang tak abadi ini ke alam yang kekal dan abadi kelak. Tetapi bukankah terlambat jika menyadari segala kebiasaan buruk itu ketika kita sudah terbaring dalam perut bumi?
Semuanya memang terasa telat dan biasa saja, hingga kemudian jumat datang. Malam di mana ketika kecil selalu diwajibkan membaca yasin dan banyak-banyak beristighfar. Maka untuk itu, ketika malam jumat datang, ingat-ingatlah kesalahan yang saban hari kita ulang. Bukan untuk membuktikan diri ini busuk dan orang lain juga, tetapi untuk mencari penyelesaian agar kesalahan tersebut tak terus-menerus terulang. Semoga bermanfaat. Salam literasi.
Regards
Thanks for using eSteem!
Your post has been voted as a part of eSteem encouragement program. Keep up the good work! Install Android, iOS Mobile app or Windows, Mac, Linux Surfer app, if you haven't already!
Learn more: https://esteem.app
Join our discord: https://discord.gg/8eHupPq