konflik gereja di singkil
Berbeda lagi dengan cerita lainnya isu yang ketiga masalah konflik yang terjadi di singkil tanggal 13/10/ 2015 tepatnya hari selasa . di Aceh singkil selama ini telah hidup turun temurun berbagai etnis atau suku bangsa seperti jawa, batak, gayo, alas, pak pak, aceh, melayu dan lainnya dengan segala bahasa , dan adat budayanya. Pada sekitar 36 tahun lalu, tepatnya pada 1979, pernah ada kesempatan antara warga Aceh singkil tentang pendirian rumah ibadah umat kristiani. Dalam kesempatan itu, gereja dibenarkan berdiri hanya satu unit. Sedangkan undang undang (Sejenis gereja kecil) empat unit . lalu 22 tahun kemuian atau tepatnya 2001, perjanjian itu diperkokoh kembali .
Komitmen ini seakan mendapat legitamasi, seiring dengan dikelurkannnya pergub Aceh tentang pedoman pendirian di rumah di Aceh pada 2007. Adanya SKB tiga menteri, dirambah dengan dikeluarkan undang undang no 11 tahun 2006 tentang pemerintahan Aceh (lihat pasal 127 ayat 4) sehingga aceh tentunya termasuk kab Aceh singkil, berlaku prinsip hukum .
Sekarang jumlah ibadah umat kristiani di aceh singkil terus bertambah, telah melebihi dari yang pernah disepakati. Saat ini, ada empat unit gereja dan dua puluh tiga undung undung, yang sebagian didirikan tanpa izin atau illegal. Ini terkesanadanya ‘’pengakangan’’ tehadap kesepakatan dan regulasi ada, yang kemudian memantik emosi warga. Akibat nya beberapa warga muslim merasa gerah dan berang
Sudah berbilang kali warga muslim mengingat kepihak yang berkompeten. Malah dengan melancarkan unjuk rasa segala. Tetapi persoalan ini seakan dilihat sebelah mata dan dijawab dengan deal deal yang irama rentak tarinya meliuk liuk liyar. Pengakangan dan pembiaran seperti di atas, membuat penyebab pertentangan atau konflik di Aceh singkil semakin meruyak lebar.
Tepatnya 13 oktober satu gereja di bakar massa di desa suka makmur gunung meriah di desa suka makmur aceh singkil, bentrok terjadi antar warga dan diduga satu korban tewas. Kerisuhan terjadi akibat desakan warga muslim penduduk mayoritas di wilayah itu agar pemerintah setempat membongkar gereja tak berizin, jika tuntutan itu tidak dipenuhi, warga akan membongkar sendiri.
Atas desakan itu, pemerintah singkil menggelar rapat membahas masalah tersebut di kantor bupati, rapat berakhir sampai larut malam (senin malam) . selanjutnya unsure musyawarah pimpinan daerah kabupaten singkil memutuskan akan melakukan pembongkaran gereja sepekan lagi, tapi warga menenetang keputusan tersebut. Merewka menginginkan pembongkaran gereja dilakukan selasa ini.
Selasa siang warga kemudian bergerak sendiri dengan melakukan pembongkaran terhadap gereja yang tak berijin itu, kemudian berakhir dengan bentrok . polisi dan TNI dilaporkan berjaga jaga di sejumlah lokasi untuk menghindari konflik meluas.
Massa, yang di duga bersal dari daerah sekitar gereja, membakar rumah ibadah umat Nasrani itu, setelah membakar gereja masa dengan berbagai jenis kendaraan bak terbuka yang diperkirakan berjumlah 700 orang itu, menuju sebuah gereja lagi yang terpaut 10 kilomneter dari gereja. Sesampai disana , masa tidak leluasa membakar karena sudah ada blockade dari petugas TNI dan polri. Namun entah lewat mana, ada tiga orang yang lolos saat itulah terjadi bentrok dengan masyarakat Kristen.
Setelah terjadinya konflik terebut terjadilah kesalahan pahaman anatara dua gampong bulusema dengan siompin sehingga mengakibatkan tawuran palajar SMA tiga orang siswa luka luka dan aktifitas belajar mengajar terhenti.dan sekolah diliburkan atas permintaan tokoh masyarakat setempat, sebab tawuran antarpelajar itu menjadi pertikaian antar desa pelajar berasal, yakni desa bulusema dan desa siompinkecamatan yang sama. Sebenarnya tidak diliburkan, tapi karena permintaan tokoh masyarakat setempat, agar tidak terjadi bentrokan lagi.