Rindu Hati Berziarah Ke Makam Sang Pahlawan Terobati Sudah [Tjoet Nyak Dhien]
Assalamua'laikum Warahmatullahi Wabarakatuh
Salam Sejahtera untuk kita semua semoga kesehatan dan keselamatan selalu menyertai kita semua.
Kembali lagi dengan perjalanan saya yaitu wisata sejarah di Kota Tahu (Sumedang) namun disetiap perjalanan selalu disertai dengan Doa dari sang Ayah dan Ibu yang telah membesarkan saya hingga sekarang ini.
Tak lupa juga saya ucapkan terimakasih tak terhingga kepada rekan perjalanan saya dan orang yang telah melibatkan, menjemput dan mengkondisikan dalam perjalanan saya selama menempuh perjalanan 23 Hari hingga tiba di Makam Sang Pahlawan yaitu Cut Nyak Dhien Pahlawan Nasional dari Tanah Rencong
Rindu Hati Berziarah Ke Makam Sang Pahlawan Terobati Sudah
(Q.S At-Taubah : 111) Menghiasi di bagian Makam, pada dinding makam sebelah kiri terdapat tulisan karena Jihadmu Perjuangan Aceh beroleh kemenangan dari Belanda kembali ketangan rakyat sendir kegirangan, itulah sebab sebagai kenangan, kami teringat terangan angan, akan Budiman Pahlawan Junjungan, Pahlawan Wanita berjiwa Kayangan saya menempuh 23 hari perjalanan menuju Makam Sang Pahlawan pada tanggal 13 mei 2016 saya pernah menulis di diary book atau buku diary dan...!!! Tepat pada tanggal 24 juli 2016 Mimpi itu terwujud untuk berziarah ke makam sang pahlawan Jenderal Wanita Angkatan Darat Kingdom Of Aceh
Selama dua malam menginap di kota Sumedang bersama rekan-rekan Bikers dari kota tahu mereka mengantarkan saya ke situs Makam Cut Nyak Dhien yang dilindungi Undang - Undang R.I No 11. tahun 2010 tentang cagar budaya. namun, saat tiba di lokasi kami di sambut dengan hujan rintik - rintik dan tentunya tidak menyurutkan semangat saya untuk berziarah ke makam sang pahlawan, lalu kami masuk ke gerbang utama yang merupakan Makam keluarga gunung puyuh, yayasan pangeran Sumedang.
Ternyata waktu itu tak ada yang menyangka bila perempuan tua yang mereka panggil ibu perbu itu adalah The Queen Of Aceh Battle dari perang Aceh pada tahun (1873 hingga 1904) yang bernama Cut Nyak Dhien yang lahir di Aceh 1848 dan Meninggal di Sumedang pada tanggal 6 November 1908. ya, hari hari terakhir Cut Nyak Dhien memang dihiasi oleh kesenyapan dan sepi jauh dari tanah kelahiran dan orang orang dicintai. Cut Nyak Dhien yang sudah renta dan mengalami gangguan penglihatan dan mengajar agama di tempat pengasingan nya di Kampung kaum, kelurahan rego wetan tak jauh, 100 meter sebelah barat Masjid Agung Sumedang. Namun ia tetap merahasiakan jati diri sampai akhir hayat nya.
Makam Jenderal wanita angkatan darat Kingdom Of Aceh ternyata tidak hanya dikagumi di daerah nya di Aceh, tapi juga menjadi panutan masyarakat sunda. saya melihat makam sang pahlawan tertata dengan sangat rapi dan bersih. bahkan makam tersebut berada diantara makam para tokoh-tokoh Sumedang yang juga menjadi keluarga Cut Nyak Dhien selama diasingkan Belanda ke Kota Tahu (Sumedang).
Inilah kesan pertama saya ketika berziarah ke Makam Cut Nyak Dhien, saat memasuki area makam yang pagarnya terpisah dengan komplek utama, terlihat sejumlah lampu taman yang mengelilingi makam yang dibangun dari batu marmer dan dilindungi oleh bangunan nuansa rumah adat khas Aceh dari kayu-kayu pilihan yang didatangkan dari Aceh guna menjaga kekhasan makam. ternyata apa yang selama ini saya bayangkan jauh berbeda dari apa yang saya lihat. kalau biasanya komplek perkuburan itu terkesan seram dan sepi, akan tetapi tidak dengan ini saat melihat rimbunnya dedaunan, pohon yang menjulang tinggi ke langit dan ada laki laki paruh baya yang membersihkan area tersebut menjadikan saya merasa sangat nyaman berada di sini. lalu saya pun berkenalan dengan beliau dan saya juga bertanya kepada laki-laki paru baya tersebut, senyum dan sapaan pun tak luput dari bibir bapak tersebut saat kami masuk ke area pemakaman. beliau adalah pak Dadang yang merawat area makam Cut Nyak Dhien.
saat saya menelusuri ke belakangan komplek tepat dekat dengan makam Cut Nyak Dhien yang sangat terlihat dengan jelas saya melihat ada rumah panggung pondasi tiang warna putih dan ukiran warna cokelat yaitu Meunasah Cut Nyak Dhien yang berdiri kokoh menggunakan kayu dengan ukiran khas Aceh serta dikelilingi lantai dasar yang menggunakan lantai dasar keramik. tentunya Meunasah Cut Nyak Dhien ini sering digunakan oleh masyarakat Aceh yang datang berziarah dan Sholat di Meunasah tersebut namun ada juga yang menggunakan nya untuk tempat khenduri anak yatim yang ada di lingkungan komplek makam.
Sekali lagi saya ucapkan.
Alhamdulillah Rindu Hati Berziarah Ke Makam Sang Pahlawan Terobati Sudah.
[Hikayat Perang Sabil]
Walaupun dia budaknya orang, hukum fardu aini di puncak kita.
Meski tak sempat lunaskan hutang, wajib harta di sumbangkan kepada siapa yang mau berperang.
Balada Cut Nyak Dhien, [WS.RENDRA]
Apabila bulan tersenyum diatas bumi merdeka, Dia adalah wajah Cut Nyak Dhien.
Apabila angin berhembus bumi mugo yang suci, Dia adalah nafas Cut Nyak Dhien.
Saya akhiri dengan sebuah kata Kesukaan yaitu "Penulis Yang Baik Karena ia Menjadi Pembaca Yang Baik" artinya siapa yang mau membaca apabila tak ada yang mau menulis.
Terimakasih sudah membaca dan mengunjungi blog saya
Mantap postingannya bang @rizqiaulia
Resteem..