Masya Allah, Al Quran Terjemah Bebas Bersajak dalam Bahasa Aceh
Ngon nama Allah lonpuphon surat
Tuhan Hadharat nyang Maha Murah
Tuhanku sidroe geumaseh that-that
Donja akherat Rahmat Neulimpah
Itu terjemah bersajak bebas dalam bahasa Aceh untuk Basmallah yang oleh Imam Syafii menempatkannya sebagai bagian dari surat al-fatihah. Al-fatihah sendiri dalam bahasa Aceh diterjemah peuneuhah (pembuka).
Masya Allah, cara orang Aceh menerjemah kalam ilahi ternyata sudah dalam sekali. Melihat penggunaan "Tuhan hadharat" pada terjemah basmallah maka bisa disebut kuatnya pengaruh sufistik dalam alam pemahaman keislaman orang Aceh.
Apakah rekan-rekan steemit sudah pernah melihat Al Quran Terjemah Bersajak Bebas Dalam Bahasa Aceh itu? Ternyata, Aceh salah satu daerah di Indonesia yang kaya dengan karya monumental sebab sudah lama memiliki al quran al karim terjemah bahasa Aceh, dan bersajak pula.
Ceritanya, saya menemukan terjemahan kalam ilahi ini di lemari buku yang sudah lama tidak saya kunjungi. Terimakasih steemit yang sudah memulihkan kembali semangat saya untuk kembali membaca buku.
Terjemahan al quran al karim ini disebut sudah dikerjakan sejak April 1993 dan baru selesai pada Maret 1994. Baru pada September 1994 naskahnya final dan disertai teks asli al quran, dan diterbitkan pada 1995. Aslinya, terjemahan ditulis dalam huruf Arab Melayu (Jawoe).
Paska tsunami, terjemahan al quran dalam bahasa Aceh ini dicetak kembali setelah dilakukan penyempurnaan dari sisi bahasa Acehnya.
Saya lalu memotret beberapa halaman untuk berbagi kepada steemian semua, siapa tahu ada yang belum melihatnya.
Dalam catatan disebut al quran al karim terjemah bersajak dalam bahasa Aceh ini dilakukan oleh Tgk. H. Mahjiddin Jusuf kelahiran Peusangan, Bireuen, 16 September 1918.
Dalam kata pengantar penerbit mengutip pernyataan Ibrahim Zaki Khursyid yang mengatakan bahwa penerjemahan sastra (berwajah puisi) lebih sukar dikerjakan dibanding dengan terjemahan bebas (prosa).
Dalam penelusuran google, sudah ada juga al quran terjemah dalam bahasa batak Angkola, Toraja, dan Mongondow. Juga ada dalam bahasa Sasak, Makassar, Kaili, Jawa Banyumasan, Dayak Kanayatn, dan Minang. Disebut juga akan ada pula terjemah dalam bahasa Bali, Ambon dan Banjar.
Ternyata, karya besar yang hadir dari Aceh dahulu cukup banyak menjadi inspirasi bagi daerah lain. Maka, makin berwibawalah kedudukan Aceh bagi Indonesia yang kerap disebut daerah modal. []
Catatan
Tulisan ini sudah mengalami revisi.
Hana yan suci seulaen droe guh Allah, karya hebat yang kahir karena kwhwndak Allah SWT. Terharu membaca tulisanmu Kandaku. Terimakasih telah mau secara tulus berbagi kepada kami informasi2 baru dalam goresan benakmu yang indah. Semoga Allah geubalah amalan get dari Abang @rismanrachman
Tulisan yang penting dari bang @rismanrachman,untuk menggali lebih jauh lagi teks-teks Islam Nusantara. Jika dengan perbendaharaan seperti ini kenapa pula kita harus berkiblat pada kebudayaan lain secara kaku dan tekstual. Aceh actually has the richness of text that has not been elaborated yet.
Bravo
Aceh merupakan model Islam Nusantara, tapi itu dulu... Sekarang banyak persoalan yang timbul sehingga Aceh seolah-olah daerah paling tertinggal dalam segala hal. Penyebabnya bisa jadi kita belum siap dengan segala aspek kemajuan, mulai dari segi Agama, budaya, dll. Namun bukan berarti Agama harus dimodifikasi, tetapi banyak hal yang perlu penyesuaian dan kajian yang kita anggap berseberangan. Maaf kalau saya salah...
Salam @safwaninisam
Banyak sekali jejak intelektual aceh dahulu yang belum dikelola menjadi bahan kajian dan penelitian kekinian. Tapi, tetap ada sejumlah orang yang berkhidmat mengangkat informasi Aceh lampau. Hanya saja karena ghirah kita terhadap ilmu pengetahun masih kalah terus oleh gairah akan ekonomi dan kekuasaan yang tiada habis-habisnya maka aktifitas kajian dan penelitian hanya menjadi milik beberapa individu yang mau saja.