SANDI, KOPI, DAN SEJARAH YANG BERULANG

in #indonesia6 years ago

wp_ss_20181123_0004.png

Tuan rumah yang baik baru saja dipertontonkan oleh kelompok relawan PAS Aceh, singkatan untuk Prabowo- SandiUno. Kehadiran sang calon wakil presiden Sandiaga Uno baru saja mendatangkan gelombang pesona yang mengguncang bumi Serambi Mekah. Luar biasa antusiasme yang ditunjukkan oleh sebagian besar masyarakat Aceh. Tentu saja bagi mereka yang menjadi relawan dan simpatisan dari pasangan ini. Didampingi oleh para petinggi salah satu partai lokal di Aceh, kehadiran Sandi Uno diagungkan sebagai sumber pengharapan bagi Aceh yang lebih baik dimasa depan.

Keriuhan ini berbanding terbalik dengan kunjungan sang wapres dari Presiden petahana Joko Widodo. Sang Kyai Ma'ruf Amin gagal menyedot perhatian massa. Meskipun telah melakukan upaya klasik yakni mengunjungi warung kopi, namun kehadiran beliau tak mendapat respon yang baik dari masyarakat Aceh. Mbro Sandi memang fenomenal, sefenomenal kekayaannya, sefenomenal permintaannya yang melecehkan biduan dangdut yang terkenal dengan goyang gergaji, Dewi Persik di masa lampau. Masa lalu biarlah masa lalu, tentunya besar harapan kita semua untuk tidak terulang dimasa depan. Karena untuk godaan yang terkait "selangkangan" ini, ada banyak pemimpin dunia yang tersesat dalam "kedalamannya". Semoga Mbro Sandi tidak akan termasuk dalam catatan sejarah yang demikian. Amin.

C__Data_Users_DefApps_AppData_INTERNETEXPLORER_Temp_Saved Images_A7F79D58-15F9-4E5A-97D4-708A1229A817.jpg

Kembali kepada keriuhan pada saat kehadiran Mbro Sandi ke Aceh. Sebuah momen penghormatan dilakukan kepada Mbro Sandi, yaitu pesijuek dimana ini merupakan salah satu momen sakral dalam tradisi masyarakat Aceh. Momen pendaulatan beliau sebagai pemimpin yang seolah mengulang image kejayaan Sultan Aceh. Hajat tak terlupakan diatas menunjukkan betapa besarnya bentuk harapan masyarakat Aceh terhadap pasangan PAS ini. Setelah berulang kali dikhianati dari sejak awal berdirinya republik ini, Aceh seolah sekali lagi siap untuk kembali larut dalam buaian sematan berbagai pujian setinggi langit untuk kemudian dihempas ke bumi menerima kenyataan yang tak seindah harapan. Tak hanya terbuai oleh pujian, tatkala hasil alam dikuras tuntas serta masyarakatnya hidup teraniaya masih saja harapan besar pada republik ini kita gantungkan. Betapa teuleubehnya kita.

Saudara tua, daerah modal, serambi mekkah, adalah nama buaian yang membuat Aceh terlena. Terlena untuk kemudian pasrah digerayangi dan diperkosa secara biadab dari masa ke masa. Anehnya banyak yang justru menikmati. Bahkan menyodorkan bagian lainnya untuk disumpali. Aku mencoba mereka percakapan imajiner para politisi Jakarta terakait Aceh;

"Politisi A : Bro, gimana no Aceh?
"Politisi B : Apanya yang gimana, bro? Aceh mah kecil. Belajar dari sejarah bro. Aceh jangan dikerasi aja bro. Lolohi aja mereka dengan kopi. Kemarahan sebesar apapun bisa adem dengan segelas kopi. Coba aja bro. Sejarah sudah membuktikan itu.
"Politisi A: Segampang itu bro. Yakin Ente?
Politisi B: Sumpah demi apapun It will be work, bro. Trust me deh. Samber gledek bareng-bareng gue berani.
Politisi A & B: Hahahahahahaha...

Dan mereka pun tertawa bahagia...
wp_ss_20181123_0001.png

Itulah yang dilakukan Mbro Sandi dalam kunjungannya. Dia langsung mengunjungi pusat hiburan kawula tua muda Aceh, warung kopi Solong. Bahkan diberi kesempatan untuk memegang saringan untuk meracik kopi. Tentu kesempatan itu takkan didapat oleh 'afra'u seupot' semacam saya ini. Well, itulah Aceh guys. Kita baperan abis kalau dikatai ke- Acehannya. Disisi lain kita tidak sadar kalau keacehan kita mulai terkikis. Hari ini di pedalaman/kampung kita akan mudah sekali mendapati Ibu muda milenial bertutur dalam bahasa "sinetron" kepada anak anak mereka. Demikian juga si Ayah, tam tum bersuara dalam bahasa yang seperti menasbihkan bahwa saya telah utuh menjadi Indonesia. Dan memang sebenarnya kita telah berupaya keras dengan itu. Orang-orang tua kita pernah sangat rela menerima cibiran terlalu bersifat province-egosentris atau terlalu mementingkan ego kedaerahan daripada rasa nasionalisme Indonesia. Namun balasannya sungguh mencabik minda dan jiwa.

Pengkhianatan pusat adalah bagian dari sejarah di tanah rencong. Namun selalu saja ada harapan akan masa depan yang Lebih baik untuk setiap harinya. Demikian juga harapan untuk tetap berlayar dengan bahtera NKRI ini. Meski kerap dibodohi pasca setiap kunjungan kampanye para capres-cawapres, banyak masyarakat Aceh yang masih rela membodohi diri untuk para calon penguasa negeri. Jadi tolong jangan sia-siakan "kebodohan" mereka ini.

wp_ss_20181123_0002.png
wp_ss_20181123_0003.png
wp_ss_20181123_0004.png

Lihatlah gambar komentar facebooker Aceh yang saya screenshot. Lihatlah gambar bagaimana orang Aceh memuliakan orang yang bahkan tak dikenal dengan baik. Kenapa? Semua karena cinta akan republik ini. Semua masih menaruh asa besar akan terwujudnya Indonesia yang adil dan makmur. Semoga harapan itu akan menjadi kenyataan manis. Semanis tagar #2019gantipresiden.

Dengan Cinta,

Reza Sofyan

Sort:  

Congratulations! This post has been upvoted from the communal account, @minnowsupport, by reza sofyan from the Minnow Support Project. It's a witness project run by aggroed, ausbitbank, teamsteem, someguy123, neoxian, followbtcnews, and netuoso. The goal is to help Steemit grow by supporting Minnows. Please find us at the Peace, Abundance, and Liberty Network (PALnet) Discord Channel. It's a completely public and open space to all members of the Steemit community who voluntarily choose to be there.

If you would like to delegate to the Minnow Support Project you can do so by clicking on the following links: 50SP, 100SP, 250SP, 500SP, 1000SP, 5000SP.
Be sure to leave at least 50SP undelegated on your account.

Congratulations @rezasofyan! You received a personal award!

Happy Birthday! - You are on the Steem blockchain for 1 year!

Click here to view your Board

Support SteemitBoard's project! Vote for its witness and get one more award!

Coin Marketplace

STEEM 0.27
TRX 0.25
JST 0.039
BTC 96923.38
ETH 3370.74
USDT 1.00
SBD 3.55