Usia 3 Tahun Awal Kehidupan

Setelah periode di dalam kandungan, tahap kedua install software pikiran adalah pada periode di lahirkan hingga anak berusia 3 tahun. Periode ini sering disebut sebagai periode emas bagi perkembangan anak. Pada masa ini, segala peristiwa yang di lihat, di rasa, dan di dengar oleh anak akan langsung terekam di dalam pikirannya. Jika selama di dalam kandungan yang menginstal adalah ibunya, maka pada periode ini yang menginstal kepada si anak adalah orang-orang di sekitarnya. Termasuk dalam hal ini adalah media massa seperti televisi, radio, dan sumber informasi lainnya yang dapat di akses oleh si anak.

Pada umumnya para orang tua sering kali menunjukkan wawasan sempit tentang cara kerja pikiran. Mereka menganggap anak kecil tidak tahu apa-apa mengenai urusan orang dewasa. Anak kecil yang belum bisa berbicara di anggap tidak mengerti apa yang mereka bicarakan. Sehingga mereka enteng saja berselisih paham dengan mengumpat dan bahasa kasar lainnya di depan anak mereka. Sebagian orang tua atau orang dewasa yang tidak mengerti tentang cara kerja pikiran sering kali menggoda anak dengan kata-kata yang kotor, mengejutkan, atau menakuti-nakuti si anak.

Ekspresi spontan dari anak kecil yang di perlakukan seperti itu sering kali menggemaskan dan lucu. Sehingga hal ini sering kali di lakukan para orang tua maupun orang dewasa lainnya. Sayangnya, emosi tidak selalu bernilai positif, tetapi bisa juga bermuatan unsur negatif. Bisa Anda bayangkan jika seorang bayi sering mendengar dan melihat orang tuanya bertengkar, entah kedua orangtuanya sama-sama keras, atau ada yang kalah, sengaja mengalah, atau di kalahkan dari satu pihak. Ekspresi kemarahan, ketegangan, kesedihan, keterpurukan, penderitaan, dan emosi-emosi lainnya tentu saja akan tertanam di dalam pikiran bawah sadar si anak. Hal inilah yang selanjutnya akan membentuk ke pribadian dan perilakunya.

---

^{Sumber | pixabay.com}

Jadi, meskipun bayi belum bisa mengerti makna dari kata-kata yang di sampaikan orang dewasa , ekspresi emosional yang di munculkan orang dewasa dari raut wajah, intonasi suara, dan bahasa tubuh yang muncul saat mengatakan sesuatu dapat terekam dan tertanam di pikiran bawah sadar si bayi. Terlebih lagi jika informasi semacam itu terus berlangsung secara berulang-ulang, maka informasi tersebut akan tertancap sangat dalam di pikiran bawah sadarnya. Banyak di antara mereka yang mengeluh sering di hantui rasa takut tanpa sebab yang jelas, merasa cemas tanpa sebab yang jelas, minder, dan sering khawatir tanpa sebab yang jelas.

Umumnya, kehidupan mengenai orang tuanya itu akan langsung terungkap baik melalui pengakuan verbal, nonverbal, dan dari gambar yang di hasilkan. Barangkali Anda dapat menduganya, bahwa mereka ternyata sering mendapatkan informasi berupa emosi-emosi negatif, khususnya selama masa balita. Segala informasi yang mereka dapatkan selama periode balita itu terinstal menjadi software yang mengisi dasar ke pribadian dan perilaku mereka di masa selanjutnya. Sehingga ketika mereka dewasa, perasaan tegang atau takut tanpa alasan yang jelas masih menghantui mereka.

Jika informasi bermuatan negatif akan berpengaruh kepada bayi, maka sebaliknya pun demikian, informasi positif akan berpengaruh baik bagi bayi. Orang tua yang memperlakukan bayinya dengan keriangan, kerabat yang selalu mengajaknya bercanda positif, menjaganya selalu berada di lingkungan penuh kesenangan, percaya diri, dan optimis, tentu akan membuat pikiran sang bayi lebih banyak terisi software yang berkualitas positif. Hal-hal positif seperti itu kemudian akan membentuk kepribadian yang positif juga.

---

^{Sumber | pixabay.com}

Tidak sedikit orang yang menganggap sifat, kepribadian, dan karakter anak di turunkan dari orang tuanya. Dengan kata lain, kepribadian, pola pikir, dan karakter tersebut bersifat genetis. Ada memang teori psikologi yang menyatakan seperti ini. Namun, saya lebih meyakini bahwa adalah "tabularasa", seperti kertas kosong yang siap menerima tulisan apa saja. Intinya, setiap manusia yang di lahirkan ke dunia adalah kosong. Lingkungannya yang kemudian berperan untuk mengisi dan membentuk kepribadian manusia tersebut.

Seluruh uraian di atas menyimpulkan bahwa kepribadian dan perilaku seseorang terbentuk melalui proses belajar, bukan di turunkan secara genetis melalui sel-sel tubuh. Jika Anda merasa adalah seorang guru atau orang tua, maka ada baiknya Anda mulai menata ulang software pikiran siswa dan juga putra-putri Anda. Sekali lagi, Anda tidak akan bisa mengubah masa lalu. Apapun kondisinya di masa lalu, semua itu sudah terjadi. Kalaupun baru sekarang Anda menyadari adanya kesalahan-kesalahan yang telah Anda lakukan saat anak Anda masih berada di dalam kandungan, anggap saja hal itu berdampak spontan kondisi yang Anda alami ketika itu. Sebaliknya, Anda berhenti untuk menimpakan kesalahan kepada diri Anda sendiri atau meratapi masa lalu.

Hal terpenting sekarang yang perlu Anda kerjakan adalah menata ulang kehidupan keluarga dan anak-anak Anda menjadi lebih bahagia di masa depan. Sebagai guru maupun orang tua, Anda masih memiliki kesempatan untuk mendukung anak-anak yang menjadi tanggung jawab Anda, mencapai kehidupan mereka yang lebih baik. Semoga Anda dapat memetik inspirasi dan menemukan solusi dari setiap permasalahan yang Anda hadapi.