Kosmis Pancasila

Sebuah bangsa tidak akan dapat terwujud kalau tidak ada ideologi yang menyatukannya. Ideologi adalah sebuah rel bagi setiap lokomotif setiap pikiran, pendirian dan norma-norma setiap suku-suku dan golongan yang membentuk suatu bangsa. Ideologi tersebut harus tepat menyentuh segala komponen-komponen di dalam suatu bangsa. Tidak boleh ada ideologi yang tidak berpihak ke suatu antropologi maupun sosiologi ke setiap bagian-bagian yang berhimpun di suatu bangsa. Hal ini dikarenakan ideologi itu tercipta dari sebuah kesepakatan dan mufakat yang disepakati bersama dan ditaati demi menajaga kerukunan suatu bangsa.

Ada Banyak Ideologi yang dijadikan landasan bangsa-bangsa yang ada di permukaan bumi ini. Yang paling populer antara lain Sosialis, Komunis, Imamah, Liberal, Sekuler dan Monarki. Setiap ideologi tidak dapat diadopsi begitu saja. Karena dari awal telah disampaikan bahwa ideologi merupakan perekat suatu bangsa yang menempati geografis tertentu.Jadi tidak dapat berfungsi sebuah ideologi, Apabila ideologi Bangsa Eropa dan Bangsa Jepang disamakan. Jauh sebelum zaman kolonial masuk ke nusantara. Nusantara pada hakikatnya telah memiliki aturan dan norma-norma yang apabilda ditarik garis merah, dari banyaknya suku keberagaman yang ada di nusantara. kita akan menemukan kesamaan. Walau berbeda konteks dan prosesi ritualnya berbeda.

Keragaman bangsa Indonesia yang direkatkan oleh samudera lautan tidak dapat dipisahkan oleh penjajah VOC, Sekutu dan Nippon. (Namun ada hal yang menarik ketika perjanjian Giyanti dilakukan. Hal ini seakan-akan VOC menginginkan kraton mataram tetap menjadi satu. tidak terpisah seperti saat ini antara kraton Yogyakarta dan Surakarta. Lain kali penulis akan dikupas tuntas sejarahnya.). Begitu lah kehebatan para pendahulu kita. Mereka mampu menyatukan nusantara dengan segala kekurangannya. Mereka menyusun ideologi dan perundang-undangan dasar negara Indonesia dengan waktu singkat namun hasil rumusan mereka para pendahulu kita, nilai-nilai yang dirumuskan kegunaan dan implementasi tidak terbatas oleh ruang dan waktu. Buktinya hingga saat ini nilai tersebut dapat melebur dengan kemajuan peradaban saat ini.

Pancasila disajikan ke kita sebagai penerus bangsa. Nilai-nilai yang ada di dalam pancasila sepertinya belum dapat diresapi oleh kita sebagai bangsa Indonesia. Kenapa ini bisa terjadi. Banyak faktor yang mempengaruhi lunturnya nilai pancasila disetiap bangsa hingga ke pemerintahan yang seharusnya lebih paham dengan pancasila. Hal yang paling mendasar kenapa Pancasila tidak lagi dijadikan landasan negara yaitu Pancasila. Dengan terbatasnya pengetahuan dan ilmu saya. Kesempatan kali ini saya ingin memaparkan apa makna Pancasila bagi diri saya sendiri.

Sila Pertama : Ketuhanan Yang Maha Esa
Sila ini menurut saya kunci pokok dari sila-sila lainnya. Kalau Ketuhanan Maha Esa belum dapat diamalkan maka sila lainnya akan cacat dalam pelaksanannya. Tidak mungkin Manusia akan adil dan beradab kalau mereka tidak mempunyai rasa cinta kepada Tuhannya. Tuhan memiliki kurikulum dalam mendidik kita menjadi manusia agar tidak mengutamakan sesuatu selain diriNya. Disini nilai-nilai kehidupan secara hakikat telah diajarkan oleh Tuhan ke Manusia melalui utusanNya. Apabila kita lupa, bahwa Tuhan merupakan audiensi utama kita dalam menyaksikan segala macam perbuatan kita di Dunia maka sulitlah bagi kita untuk paham mana itu adil dan mana itu beradab

Sila Kedua : Kemanusian yang adil dan beradab
Manusia adil merupakan manusia yang tepat dalam tindakannya dalam menyikapi sesuatu berpikir panjang bahwa tindakan yang dihasilkan itu mendahului kebaikan bukan menyenangkan. Sangatlah susah untuk adil. Faktanya hukum yang kita anggap aturan yang paling ampuh untuk mengontrol manusia ternyata masih banyak yang menyanggah kalau hukum itu adil. Misalnya. Ada seorang pencuri yang kelaparan karena sudah berhari-hari tidak makan. ketika ditangkap hukum tidak mentolerir hal tersebut. Hukum terikat dengan aturan yang disepakati bersama. Jarang sekali hukum mengkaji kenapa alasan mereka melakukan tindakan kriminal. Nenek yang dituntut anaknya karena Sang Nenek bertahan hidup diproses sama dengan orang lain yang tidak punya hubungan darah kepada korbannya. Guru yang dipenjara karena mendidik anak muridnya disamakan dengan pasal pria yang tidak dikenal korbannya dalam melakukan tindak kekerasan. Apakah menurut anda itu adil? Disini lah keadilan itu dapat dilihat bahwa, Adil itu tidak harus selalu sama rata. Ada porsinya masing-masing. Bagaimana menentukannya? caranya nilailah sesuatu itu dari moralnya terlebih dahulu, jadilah orang yang beradab. Itulah kenapa dalam menjadi orang yang adil juga harus diiringi dengan adab. Pakailah kacamata moral terlebih dahulu sebelum menggunakan kacamata hukum. Disinilah Sila Ke Dua ditekankan. Sila kedua apabila belum dapat diamalkan. Maka suatu komunal tidak akan pernah bersatu untuk mencapai suatu hal.

Sila ketiga: Persatuan Indonesia
Persatuan bukan berarti semua golong punya pandangan yang sama. Bersatu disini bagi saya sendiri ialah kemauan seseorang untuk berpuasa memaksakan gagasannya demi mencapai tujuan suatu komunal dengan cara menghargai, mengakui dan loyal. Komunal yang bersatu adalah terdiri dari individu-individu yang mengutamakan kelancaran pencapaian tujuan dengan tidak merasa bahwa dari gagasannya lah tujuan itu tercapai. Mereka berpuasa demi menjaga kehormatan komunalnya. Mereka bisa melihat batas-batasan ekosistem komunalnya. Mereka mampun menyimpan gagasannya walau dianggap lebih ampuh demi kemajuan komunal. Namun karena pertimbangan tidak merusak kekompakkan komunal, ide dan gagasan tersebut disimpan hingga tepat waktunya untuk disampaikan. Prilaku ini kalau bukan orang yang adil dan beradab tidak mungkin pribadi yang paham dengan persatuan tercipta. Persatuan merupakan kunci penting dalam bermusyawarah dan bermufakat. Dengan bersatu maka banyak golongan yang ada akan mudah mencari solusi dalam mencapai sebuah tujuan maupun menyelesaikan konflik. Atas dasar ini lah kalau Perwakilan rakyat yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam permusyawaratan/perwakilan dapat terwujud. Omong kosong kalau belum bersatu sila ke 4 akan dapat diwujudkan.

Sila Keempat: Perwakilan rakyat yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam permusyawaratan/perwakilan
Sila ini merupakan sila yang paling susah dihafal. Begitu juga pengamalannya. Karena banyak tingkat pengamalan Pancasila yang harus dilalui satu dua dan tiga. Namun kalau satu sudah beres pasti semua sila akan dapat dengan mudah diamalkan. Di Sila ini terdapat elemen-elemen individu yang telah teruji ketangkasannya, kebijaksanaannya dan pemahamannya terhadap apa yang baik dan apa yang buruk. Dengan musyawarah setiap individu-individu di forum mewakili aspirasi rakyat yang mana aspirasi tersebut telah di validasi, bahwa aspirasi tersebut memang dibutuhkan rakyat untuk menyelesaikan permasalahan yang menghambat tujuan dari bernegara.

Sila Kelima: Keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia. Definisi adil merupakan suatu prilaku atau tindakan yang tepat pada substansi solusinya. Adil tidak harus merata. Analoginya. Dalam sebuah wilayah tidak dapat disamakan rata dalam pemenuhan infrastrukturnya. Belum tentu semua wilayah diberi stadion megah. Perlu pemetaan potensi dan dampak-dampak yang ada sebelum pembangunan infrastruktur. Hal ini lah yang dimaksud adil. Rakyat Riau dan Jakarta memiliki kadar keadilannya masing-masing. Untuk menentukan keadilan tersebut. Maka diperlukan adanya musyawarah, pembahasan yang mana musyawarah tersebut memenuhi syarat dari sila ke-4. Maka tidak mungkin keadilan akan tercipta kalau musyawarah tidak dilakukan.

Begitulah pancasila disusun dengan tepat oleh bapak bangsa kita. Pancasila merupakan rumusan dari persatuan negara plural Indonesia. Pancasila bukan hanya simbol melainkan spirit bagi bangsa Indonesia. Spirit untuk tetap teguh dan kuat menghadapi segala macam dinamika tantang yang muncul akibat efek-efek globalisasi yang mengikis jiwa kemanusiaan di Nusantara. Seandainya kita semua dapat memahami dan mengamalkan nilai-nilai yang terkandung di Pancasila Insya Allah Indonesia akan dapat menjadi barometer di dunia dalam hidup berbangsa dan bernegara