Cerita Ramadhan_17# Padusan

Sebelum akhirnya hijrah ke Semarang tahun 2015 lalu, aku pernah merasakan hidup di Kota Solo. Selain sebagai kota kelahiran, beberapa tahun tinggal di sini membuatku sedikit tahu akan kebiasaan, tradisi, dan budaya masyarakat Solo. Termasuk tradisi yang dilakukan saat Ramadhan.

Source

Tiap-tiap daerah pasti memiliki tradisi untuk menyambut datangnya bulan Ramadhan. Seperti tradisi nyadran yang sudah aku tulis pada postingan kemarin. Ada juga tradisi dhandangan atau semacam kirab budaya di Kudus, Jawa Tengah, dugderan di Semarang, malamang yang berarti membuat lemang yang dilakukan masyarakat Minangkabau. Juga tradisi Meugang di Aceh, beberapa kawan Steemians sudah menulisnya di postingan mereka.

Sedangkan di Solo sendiri aku mengenal istilah padusan. Biasanya sih tradisi ini dilakukan sehari sebelum Ramadhan. Padusan sendiri berasal dari kata adus yang berarti mandi. Dengan demikian dapat diartikan jika padusan adalah mandi besar dengan tujuan untuk membersihkan diri, mensucikan jiwa dan raga sebelum memasuki bulan puasa.

![)
Source

Bagi masyarakat Solo, Klaten, Boyolali dan daerah sekitarnya tradisi ini masih ada sampai sekarang. Padusan sendiri dilakukan dengan cara mandi di sumur-sumur atau berendam di sumber mata air. Sehingga nggak heran jika sehari sebelum puasa banyak tempat-tempat seperti kolam renang umum, sumber mata air, ramai dipenuhi pengunjung.

Seperti yang pernah aku lihat, beberapa tempat di Solo adalah favorit untuk melakukan padusan. Waterboom Pandawa, kolam renang Tirtomoyo daerah manahan, Bengawan Sport. Atau beberapa sumber mata air seperti di Tlatar Boyolali, dan juga Umbul Cokro di Klaten.

Source

Antusias masyarakat begitu besar untuk melakukan padusan guna membersihkan diri secara lahir dan batin, hal ini terlihat dengan meningkatnya volume pengunjung sehari jelang puasa di tempat-tempat tersebut. Dari pagi sampai sore hari silih berganti banyak yang berdatangan untuk melakukan padusan. Tak khayal mereka rela berjubal di dalam kolam demi melakukan tradisi ini.

Melihat antusias yang begitu besar dari masyarakat akan tradisi padusan ini, banyak yang memanfaatkan momen ini untuk mendulang rejeki. Seperti aji mumpung, peluang ini akhirnya dijadikan sebagai komoditi pariwisata. Biasanya sih hal ini berlaku mulai dari naiknya harga loket masuk yang dua kali lipat dari hari biasa, biaya parkir juga beberapa orang yang berjualan di area melakukan padusan.

Beberapa tahun lalu salah seorang teman mengajakku untuk melihat langsung tradisi padusan ini di Umbul Cokro Klaten, Jawa Tengah. Betapa kagetnya sesampainya di sana aku melihat ada panggung dangdut segala. Sebegitu meriahnya ternyata tradisi padusan ini.

Tradisi padusan sendiri seharusnya merupakan tahap akhir proses pembersihan diri sebelum memasuki bulan Ramadhan. Tapi belakangan tradisi ini mulai melenceng maknanya, sehingga banyak yang menjadikannya untuk kepentingan pariwisata.

Source

Aku sih berharap semoga saja ke depannya tradisi padusan semacam ini terus hidup dan dilestarikan tanpa mengurangi makna dan nilai-nilai kesakralannya. Sehingga nantinya bisa menjadi satu khazanah masyarakat Indonesia.

Sekian dulu ya postingan kali ini, jangan lupa baca cerita ramadhan sebelumnya di sini:

Cerita Ramadhan_1
Cerita Ramadhan_2
Cerita Ramadhan_3
Cerita Ramadhan_4
Cerita Ramadhan_5
Cerita Ramadhan_6
Cerita Ramadhan_7
Cerita Ramadhan_8
Cerita Ramadhan_9
Cerita Ramadhan_10
Cerita Ramadhan_11
Cerita Ramadhan_12
Cerita Ramadhan_13
Cerita Ramadhan_14
Cerita Ramadhan_15
Cerita Ramadhan_16

Terima kasih kepada Kurator Indonesia @aiqabrago dan @levycore, kepada teman-teman Komunitas Steemit Indonesia. Mari saling berbagi, mari saling menguatkan.

Sampai jumpa pada cerita Ramadhan selanjutnya...