Orasi 5 Ketua BEM Soal Kartu Kuning Jokowi Di Mata Najwa
Haii Sahabat Stemiaan...
kali ini saya akan mencoba mengambil kesimpulan dari Orasi 5 Ketua BEM Terkain Dengan Soal Kartu Kuning Jokowi Di Mata Najwa Pada 07-Februari-2018 yang lalu.
Zaadit Taqwa (ketua BEM UI)
Dalam orasinya, ia mengatakan :
Dalam sejarahnya, setiap peristiwa-peristiwa penting yang terjadi di negara kebanggan kita ini, Negara Indonesia selalu melibatkan peran mahasiswa dan pemuda di dalamnya. Kemerdekaan tahun 1945 tidak akan rerjadi apabila kaula muda tidak menculik orang tuanya. Dan pada hari ini, kita sama-sama menyaksikan dengan kasat mata kita bahwa kita telah sama-sama bangkit untuk bergerak dengan Gerakan Kartu Kuning Jokowi, kartu kuning ini sebenarnya adalah sebuah simbol peringatan, kartu kuning ini adalah sebuah tanda peringatan buat Persiden kita Pak Jokowi bahwa masih banyak hal-hal, masih banyak program-program yang belum diselesaikan.
Kasus KLB Asmat merupakan sebuah bentuk cerminan bahwasanya masih banyak pelayanan-pelayanan masyarakat yang belum dapat terselesaikan dengan baik. Kasus Plt Gubernur Jawa Barat dan Sumatera Utara merupakan sebuah gambaran bahwa masih ada beberapa agenda-agenda Reformasi yang belum dapat diselesaikan hingga saat ini.
Dan draft, draft Permenristek Dikti tentang Organisasi Kemahasiswaan merupakan salah satu gambaran bahwa pemerintah kita belum memberikan ruang demokrasi seluas-luasnya dan sebebas-bebasnya bagi masyarakat.
Dan hari ini, kita semua mahasiswa Indonesia. Ini adalah satu titik balik bagi kita, Ini adalah satu momen untuk kita semua untuk menunjukkan bahwa mahasiswa selalu berada di garis paling depan, selalu ada di garis terdepan sebagai penyambung lidah masyarakat dan kemudian menyuarakan suara masyarakat,serta menjadi mitra kritisnya pemerintah.
Gafar Refinde Putra (Presiden Mahasiswa Trisakti)
Dalam orasinya, ia mengatakan :
Seribu sembilan ratus empat puluh lima tahun yang lalu, Bolognan muda berkumpul, bersatu padu, untuk mendorong terciptanya kemerdekaan Republik Indonesia.
Seribu sembilan ratus dua puluh delapan, para senior-senior kita atau para abang-abang kita turun bersimbah darah ditembak dan empat abang-abang Trisakti ditembak tepat di dalam kampus. Dan pada hari ini, kita kembali dipertontonkan tentang pembungkaman mahasiswa, pengebirian terhadap Ormawa Trisakti, Indonesia semuanya dikebirikan oleh Permendikti.
Pada momentum ini, pada hari ini, seluruh Indonesia bahwasanya kita tidak berbeda. Kita itu satu, kita buakn dari mahasiswa UI, kita bukan dari mahasiswa Trisakti, dan kita bukan juga dari Mahasiswa IPB, tapi kita adalah Mahasiswa Indonesia.
Kita juga pernah bersumpah yaitu bertanah air satu, tanah air tanpa penindasan. berbangsa satu, bangsa yang gandrung akan keadilan. Serta berbahasa satu, bahasa tanpa kebohongan, bahasa tanpa kemunafikan.
Qudsyi Ainul Fawaid (Ketua BEM IPB)
Dalam orasinya, ia mengatakan :
Pergerakan mahasiswa merupakan nafasnya bagi bangsa indonesia. Kemerdekaan Indonesia pun ada karena adanya mahasiswa menjemputnya. Orde Baru pun terjadi karena semangat pembaharuan yang ada. Dan Reformasi yang telah ada hari ini itu juga berkat mahasiswa yang dengan lantangnya dengan gagah beraninya menyatakan keadilanlah yang harus di junjung tinggi.
Mahasiswa bebas untuk menyatakan pendapatnya,Mahasiswa juga bebas menggungkapkan orasinya untuk memberikan pandangannya karena kami dituntut menajdi sebagai insan yang cendikiawan. Pergerakan mahasiswa pun bisa saja salah, bisa saja menjadi benar, bisa juga baik, namun terkadang bisa juga menjadi buruk. Tapi,harus diingat adalah pergerakan mahasiswa memiliki suatu landasan, memiliki satu tujuan yaitu adalah suatu kejujuran.
Obed Kresna Widya Pratistha (Presiden Mahasiswa UGM)
Dalam orasinya, ia mengatakan :
Hari ini kita telah dihadapkan pada suatu permasalah yang sangat pesat. Pendidikan tidak lagi menjadi hak, tapi pendidikan sudah menjadi sebagai komoditas.
Mereka yang dapat mengakses pendidikan adalah mereka yang punya kemampuan finansia yang lebih.Kondisi itulah yang telah menyandera nurani mahasiswa dan juga telah menyandera nurani anak muda Indonesia saat ini.
Dan kini pasar telah mengendalikan ruang-ruang kelas hingga bukan logika kemanusiaan yang ada di dalam kelas, tapi logika persaingan dan logika yang kompetitif. Dan kini kemanusiaan juga tidak lagi menjadi arah intelektual perjuangan mahasiswa sekarang.
Kondisi itulah yang telah menyebabkan kita menjadi sangat mudah untuk dapat diadu domba oleh hal-hal yang sebenarnya sanagt sepele. oleh hal-hal suku, ras, dan juga agama. oleh hal-hal identitas, padahal perjuangan di sana, perjuangan kelas, perjuangan ekonomi masih sanagat banyak yang perlu kita kerjakan secara bersama-sama.
Jadi mulai sekarang, dengan semangat kebhinekaan kita jangan lagi terpecah belah hanya karena identitas, hanya karena perbedaan golongan, dan hanya karena perbedaan hal-hal yang tidak substansial. Kini kita satukan gerakan kita bersama-sama untuk Indonesia kita tercinta. Merdeka !!
Ardhi Rasy Wardhana (Presiden Keluarga Mahasiswa ITB)
Dalam orasinya, ia mengatakan :
Teman-teman, kini langgam kehidupan demorasi kita hari ini telah terluka. Persoalan kartu kuning Jokowi ramai dibicarakan dan sentar terdengan di seluruh negeri. Namun Pro kontra pun pasti akan terjadi, tapiyang perlu diketahui sahkah seorang pribadi di-bully !!
apakah ini budaya dari Reformasi kita ?
Di saat dahulu diperjuangkan HAM dan HAM dilanggar melalui operasi hari ini.Hari ini HAM kembali dilanggar melalui kita yang tidak peduli.Dahulu orang selalu menyatakan kita anti-Dwifungsi ABRI, tapi mari kita pertanyakan apakah Dwifungsi ABRI masih berdiri saat ini ?
Dahulu kebebasan untuk mahasiswa berdemokrasi sangat diperjuangkan, tapi hari ini, apakah hari ini kita dibebaskan !!
Reformasi belum selesai. Jangan mengabaikan sebelum Indonesia ini bersatu, berdaulat, serata adil dan makmur kita gapai. Merdeka !!
reference
[Source]
Memang bpak jokowie luar biasa..
orasi drokeuh kiban