Hancur Badan Dikandung Tanah, Budi Baik Terkenang Juga

Hancur badan dikandung tanah, budi baik terkenang juga. Suatu pepatah dalam bahasa indonesia yang memiliki makna sangat dalam dan menyentuh hingga sanubari. Sebuah peribahasa yang menggambarkan arti kehidupan yang sangat mendasar dalam tata cara bersosial sesama manusia. Orang tua, guru, maupun siapapun akan mengajarkan tata krama dan budi pekerti yang baik bagi yang muda.

Tata krama lebih identik dengan kesopanan dan budi pekerti lebih identik dengan etika. Kesopanan merupakan peraturan hidup yang timbul dari hasil pergaulan yang bersifat relatif, berdasarkan tempat, lingkungan, atau waktu. Etika merupakan aturan sikap atau perilaku sekitar lingkungan yang ada dan mencakup sopan santun dalam bersikap atau berbicara. Selain itu juga, Etika juga penggambaran dari tingkah laku seseorang dalam kehidupan sehari-harinya.

Dalam sebuah berita, kita telah mendengar seorang murid membunuh gurunya. Sebelumnya, kita juga dihebohkan oleh beberapa kasus guru dijebloskan ke penjara karena mendidik muridnya yang melawan dengan tegas. Banyak lagi kasus serupa yang baik tersentuh media ataupun tidak didalam sistem pendidikan kita saat ini.

Dalam pengalaman penulis sendiri, penulis sempat juga melihat sebuah kasus dimana seorang mahasiswa mengancam dosennya sendiri dengan ancaman pembunuhan. Apakah ini layak dilakukan seorang murid atau mahasiswa terhadap guru atau dosennya sendiri ? Penulis dengan tegas mengatakan tidak.

Sebuah etika dan kesopanan merupakan cerminan perilaku kita dalam sehari-hari. Bagaimana kita memilih sebuah lingkungan hidup dan memilih sesosok teman dalam pergaulan. Jika kita memilih sebuah lingkungan yang sehat dan positif, maka kita secara otomatis akan terikut dengan pola sosial yang sehat dan positif dan juga sebaliknya.

Penulis teringat dengan sebuah hadist Rasululah Shallallahu ‘alaihi wa sallam yang mengingatkan teman itu ibarat penjual minyak wangi dan pandai besi. Jika kau berteman dengan seorang penjual minyak wangi, kau bisa membeli atau bahkan diberikan sebuah parfum untukmu. Jika tidak, maka kamu tetap akan terpercik wanginya. Sedangkan berteman dengan seorang pandai besi, maka kau bisa saja kepercik api dari bara yang ada, namun yang pasti kau akan tetap terkena asap yang tak sedap. (HR Bukhari 5534 dan Muslim 2628).

Jika kita telisik lebih dalam lagi, sebuah etika dan kesopanan pertama kali diajarkan dari rumah kita sendiri. Seorang orang tua pasti akan mengajarkan etika dan kesopanan yang baik sesuai dengan kaedah yang ada. Saat si anak bermain dengan temannya, pasti teman yang lain akan memiliki pola pengajaran etika dan kesopan yang berbeda dirumahnya masing-masing. Hal ini akan berpengaruh didalam sebuah kehidupan sosial seorang anak dalam sebuah kehidupan.

Syukur saja jika seorang anak akan kepercik oleh etika dan kesopanan yang baik. Jika tidak, maka celakalah si anak tersebut. Akan terjerembab kedalam kehidupan bersosial negatif dan melawan kaedah kehidupan yang ada. Serta si anak tersebut akan menjadikan perilaku negatifnya didalam setiap kehidupan.

Penulis hanya menegaskan dan mengingatkan bahwa sebuah etika dan kesopanan merupakan satu paket tata cara kehidupan sosial yang tidak bisa dipisahkan. Sebuah etika dan kesopanan merupakan suatu didikan yang sangat kompleks dan sistematis harus dilakukan sejak dini. Jika tidak, generasi penerus dibawah kita akan hancur lebur dengan pola kehidupan yang tidak tentu arah dan tidak terkendali.

Berikan sebuah contoh yang baik dan jangan membiasakan diri, adik, abang, kakak, ataupun siapa saja untuk melakukan sebuah tindakan yang diluar norma kehidupan. Saling menasehati dan mengingatkan merupakan suatu hal yang harus dilakukan. Mulai dari diri kita sendiri, maka semua hal positif akan menular ke yang lainnya.