BANJIR (ACEH UTARA)

Awan yang diselimuti gelap menandakan bahwa hari ini hujan akan turun. Udara yang begitu sejuk menusuk pori-pori kulit, membuat diri ku ingin bersemanyam di kasur empuk itu.
Padahal hari ini aku harus sekolah karna ada praktek kelas harus dikerjakan. Pagi yang indah matahari masih ditenggelamkan awan dingin. Belum ada cahaya sedikitpun untuk menyaksikan bahwa hari ini akan cerah.
"Kanna sudah siap sarapan mu ?" ujar ibu.
"Iya bu, belum ini satu suap lagi". Jam 07.00 waktu ku mandi untuk sekolah .aku pun membereskan makanan ku di atas meja makan dan langsung pergi ke sekolah.
"Ibu aku udah siap", ibu mengantarku ke sekolah seperti biasanya, terkadang aku juga harus berangkat ke sekolah dengan teman-teman ku.

---

"Selamat pagi teman-teman!! Apa kabar kalian hari ini?" sapaan yang kerap ku berikan kepada mereka.
"Alhamdulillah kabar kami baik kanna!" sahut teman-teman kanna yang penuh semangat, seakan-akan keceriaan mereka dapat menggantikan cuaca yang kusam hari ini.
Sebelum masuk kelas aku sering melakukan cang¹ dengan mereka dan ada juga paling aku sukai yaitu membaca novel atau cerpen bersama teman-teman ku. Bagiku itu suatu hal yang tidak mempersulit keadaan dan sangat bermanfaat sebelum kegiatan belajar dimulai.
Dring..dring..dring..!!!!!
Suara bel berbunyi menandakan kami masuk kelas. Kami pun melakukan pengajian wajib tiap hari nya sebelum guru masuk. Setelah pengajian selesai guru langsung memberikan pelajaran kepada kami dengan semangat kami yang gagah hari ini .
Ibu zubaidah sedang menarangkan pelajaran tentang pencemaran lingkungan.

---

Saat pelajaran sedang berlangsung,hati ku pun langsung menegah dengan iming-iming pertanyan. "Bu, apakah banjir itu adalah akibat dari pencemaran lingkungan?" pertanyaan yang aku ajaukan pada bu zubaidah. "Iya nak, sangat benar! apalagi sekarang lagi musim penghujan ". Iya buk di kampung Aisyah sekarang lagi kebanjiran! Wah benarkah itu?? Gumam semua murid kelas .
Pelajaran pun tidak dilanjutkan lagi karna, usul bapak kepala untuk segera pulang ke rumah masing-masing. saat ku menulusuri jalan pulang banjir ternyata sedang menyosor beberapa perumahan warga, dari desa Keude hingga desa Punti. membasahi area jalan kadang kendaraan pun tidak bisa dilintasi karna, mesin kendaraan tenggelam hanyut banjir. Wah begitu parahnya sudah, padahal baru 2 jam aku mengikuti pelajaran, air sudah meluap seperti ini. Hatiku seakan menggigil ingin berteriak! Karna tidak menutup kemungkinan rumah ditenggelamkan banjir.

---

"Kanna bereskan baju mu sekarang nak!! Ambil semua perlengkapan pentingmu bawa ke tempat pengungsian." baju seragam sekolah yang masih melekap pada tubuh, tas yang masih menggelantung di bahu ku segera ku berlari membereskan perlengkapan penting ku di rumah.
Siasat buruk itu datang dan ini kenyataan ku. "Buk kemana kita harus mengungsi?" Deretan yang beririnhan dengan rumah rata terarungi banjir . Hanya beberapa rumah yang bersebelahan dengan rumahku yang tidak terkena banjir. "Kita segera mengungsi ke rumah Nyak Nek beliau sudah menunggu kita disana." cerca ibu pada ku. Rumah Nyak Nek di desa Teupin Keubeu juga amun, alhamdulillah! rumah beliau tidak pernah kerendam banjir dari tahun ketahun dan sudah menjadi kebiasaan untuk kami mengungsi. Bisa dikatakan rumah kami sudah menjadi tempat bajir musiman, yang di belakang rumah dikelilingi oleh sawah sehingga sangat rawan terjadi banjir tanggoi pun sudah roboh.
Setelah dua hari pengungsian, pagi menghampiri dengan membawa angin baik!ternyata banjir sudah mulai surut riuh hati menggemulai senang. Aku dan ibu langsung bergegas pulang dengan perlengkapan yang kami ungsikan. Garis senyum ku terpancar lebar letih ini tenggelam dalam kesenangan. Walau sesampai di rumah kami akan membersihkan leun² banjir .
Alhamdulillah syukur aku panjatkan kepada sang Khaliq semoga banjir tidak lagi menerjang desa kami tahun-tahun yang akan datang.

---

1. Bercengkrama atau bertukar pikiran
2. Sisa banjir berupa lumpur.

Aceh utara, 20 Oktober 2018