Wanita Tua Penjual Buah yang Dermawan
Tadi sore, setelah ashar lunas, aku beli semangka di sebuah warung kecil pinggir jalan yang dijaga seorang Mak Wa renta. Kutaksir usianya sekitar 60 tahun. Dia ramah. Sepanjang melayaniku, senyumnya terus saja mengembang. Kulihat, di belakang kursi tempat ia duduk sedari tadi, ada sebuah meja kecil. Dua piring, satu mangkok, dua gelas dan sebuah termos air telah diatur sedemikian rupa di atasnya. Dari jumlah piring dan gelas, pasti ada dua orang yang akan menyelesaikan puasanya di meja ini. Suaminya sedang keluar mencari makanan berbuka puasa katanya. Kuyakin, suaminya juga sudahlah renta. Jadi, aku membayangkan dua orang renta ini menghabiskan harinya Bersama-sama di keudee reot ini. Berjualan buah, dan barangkali salah satu dari mereka akan pergi lebih dulu menghadap Tuhan suatu hari kelak.
Oh ya, sebenarnya bukan itu yang ingin aku ceritakan. Jadi begini, harga semangkanya 35 ribu. Duit aku 50 ribu, kembaliannya 15 ribu, Karena tidak punya uang 5 ribu Mak Wa minta uang pas. Sama, aku juga tidak punya. Lantas, aku minta 10 ribu saja, 5 ribu lebih untuknya saja. Biasanya, pedagang lain menerima saja dengan senang hati. Akan tetapi Mak Wa ini berbeda, ia bersikeras, enggan menerima, ia bahkan menyodorkan duit 20 ribu sebagai kembaliannya. Lebihnya untukku saja, kasian aku anak rantau, katanya. Jadi akulah yang mendapat sedekah 5 ribu. Dalam sepersekian detik, sempat terharu juga sama Mak Wa ini. Akhirnya, kubelanjakan 20 ribu lagi untuk beli buah Mak Wa ini. Ketika pulang, dia masih tersenyum. Bagaimanapun, kutemukan ketegaran dan kasih sayang ibu di matanya.
- Karena segan, aku tidak berani mengambil fotonya. Mak Wa ini biasa berjualan di sepanjang Jalan Soekarno-Hatta Lampeuneurut, dekat RS Meuraxa.
👍👍